KEMBALI SMP (END)

By herlinsryy

97.4K 12.7K 4.4K

⚠️ Follow sebelum membaca. "𝙳𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚌𝚞𝚖𝚊 𝚒𝚜𝚝𝚒𝚕𝚊𝚑, 𝚊𝚜𝚕𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚁𝚒𝚘𝚗 𝚋𝚞𝚌𝚒𝚗 𝚝𝚒𝚗𝚐... More

1|Mau kenalan
2|Pembagian Piket
3|Salah tingkah
4|Meyakinkan
5|Flashback
6|Roti Coklat & Susu
7|Teman atau diri sendiri?
8|Nanti
9|Perjalanan menuju dewasa
10|Nyata dan waktunya
Aku, aku dan aku.
Kasih yang lama
Obat penyejuk
Pergi
Kita temenan
Kertas
Pembinaan
Perjanjian untuk menjadi seimbang
Dia selalu ada, aku susah ada
day to be day
Rongsokan bertahta emas
memory which cannot be forgotten.
Mau sok ganteng tapi ga akan mempan!
Memberikan rasa sebagai penanda.
Ada beberapa hal yang pantas untuk diingat.
Setan berwujud manusia (lanjutan chapter 'love me? no')
berkaca pada air keruh.
Tulus gak ya dia?
1/3
Matahari 1/4 bulan
Menunggu Senja datang
Berlari mengejar awan
Jadian beneran
love me? no?
Perasaan
Mengulang
I love you </3
are you serious with me? I do not think so
Sayu
percaya takdir
Memulai untuk mengakhiri
Titik terang
Selesai, kisah suram ini berakhir.
Aku dan ceritamu
Ajeng & Rion
Bukannya kamu juga sama?

i + u = ?

705 59 6
By herlinsryy

Tak selamanya mereka yang benar mencinta akan selalu memiliki.

Aku terbangun dari mimpi yang sangat panjang, kemarin saat pemakaman mama. Daun berguguran layaknya mengantarkan mama ke peristirahatan terakhirnya. Cermin selalu berkata bahwa aku adalah gambaran dari sebuah kegagalan. Setiap langkah baru hanyalah omong kosong. Lagu kasih ibu, pasti ada maknanya. Setiap kali lagu itu diputar, aku selalu apa makna dari setiap bait yang dinyanyikan.

"Bahkan aku gak sempet untuk meluk mama yang terkahir kalinya."

Rumah hanya sebutan untuk tempat dimana seseorang menetap. Kata orang jika ibu sudah tidak ada maka satu-satunya cahaya penerang mu sudah padam. Ada benarnya juga. Sekarang aku merasa seperti itu. Rasanya jauh lebih sakit ketimbang aku harus patah hati. Sangat sakit.

Setelah bertahun-tahun akhirnya aku tau alasan mengapa mama tak pernah memperlakukan ku sama seperti kakak. Semua perlakuan manisnya membuat hati kecilku sedikit iri. Aku tau ini jahat, ketika seorang adik merasa iri terhadap kakaknya sendiri. Aku tidak haus akan perhatian. Sudut pandang ku sedikit berbeda saat mama lebih sayang terhadap kak Dhiva. Aku senang.

Papa yang sangat sederhana, menurutku ia adalah lelaki terhebat. Saat aku masih kecil, aku sangat suka membaca. Aku penggila dongeng. Bagi sebagian orang dongeng memanglah sangat membosankan. Tetapi, bagi seorang anak yang kurang mendapat perhatian seperti ku ini. Dongeng adalah gambaran saat dunia berjalan sesuai apa yang diinginkan. Dimana semua orang berhati baik, sihir dapat membantu segala. Semua orang menjadi teman dan masih banyak lagi.

"Aku benci saat dunia bilang kalau aku ini gak bisa apa-apa. Semua orang selalu menjadikan ku sebagai musuhnya, menyalahkan ku atas apa yang terjadi. Rasanya sangat melelahkan. Aku benci untuk selalu berpura-pura bahagia."

Lantunan ayat suci Al Quran menjadi pengingat. Entah sudah berapa lama, sejak hari itu aku terus berdiam diri di dalam kamar. Meskipun kak Dhiva sudah berulang kali mencoba mengetuk pintu, aku selalu menolak.

"Dia disini karena tulus atau terpaksa?" tanya ku di dalam hati.

Aku berkata seperti itu bukan karena aku benci padanya. Tetapi, rasanya sedikit aneh saat kami semakin dekat.

"Aku tau mulai hari itu, kita harus jadi kakak beradik yang baik. Kita harus saling menjaga satu sama lain. Aku selalu berpikir apa keberadaan kak Dhiva murni karena dia sudah benar-benar sadar kalau di sini rumahnya?"

Kehilangan masa kecil yang berharga. Aku selalu ingin bermain bersama. Bercerita banyak hal dengannya. Suara ketukan pintu lagi-lagi terdengar.

"Elin, aku bawa makanan nih. Kamu makan ga? Udah seminggu loh kamu ngurung diri di kamar. Aku udah masak nih. Emang rasanya gak seperti buatan mama tapi seenggaknya ini gak terlalu buruk." Kak Dhiva masih saja keras kepala.

Mungkin ada sekitar sepuluh menit ia menunggu Elin keluar dari kamar.

"Makasih ya kak," ucap ku dengan keadaan tidak karuan.

Kak Dhiva masuk, melihat adiknya yang kacau balau.

"Kamu makan ya dek, kakak takut kalau kalau kamu sakit. Kakak khawatir sama keadaan kamu. Tolong jangan terus-terusan menyiksa diri. Mama pasti sedih begitu tau setelah dia gak ada, kamu jadi sekacau ini."

Padahal kak Dhiva membawa sepiring nasi goreng. Tapi entah mengapa aku tak memiliki gairah untuk menyenggolnya. Hidangan yang hampir setiap pagi mama buat.

"Kak, aku gak lapar. Buat kakak aja ya. Makasih udah peduli sama aku. Biarin aku sendiri dulu ya kak, aku belum sepenuhnya percaya kalau mama udah gak ada,"

Penolakan halus. Di ruang tamu ada seseorang yang mendengar percakapan kami.

"Rion, tolong dong kamu bujuk Elin supaya mau makan. Kakak gak tau harus gimana lagi. Sudah seminggu dia gak keluar dari kamar."

"Aku izin masuk ya kak, nasi goreng biar ku kasih Elin. Bismillah, semoga Elin mau makan." Rion perlahan membuka pintu.

Lelaki itu lembut. Aku terpana saat ia mengucap salam begitu masuk. Setiap kata yang terucap begitu menenangkan.

"Assalamualaikum, selamat pagi Elin. Kamu pasti belum makan. Aku bawa nasi goreng nih. Gak mungkin kamu gak lapar. Dimakan ya?" tanya Rion.

Ia terus bersikeras. Sesuap nasi yang ia berikan. Meskipun aku menolak, dia terus saja memaksaku. Tetapi, aku sama sekali tidak merasa seperti dalam paksaan.

"Sejak kapan kamu di sini? Dari pagi ya?" tanya ku padanya.

"Lumayan lama sih, aku khawatir sama kamu."

Kalimat itu hampir saja membuatku tersentuh.

"Tebak aku bawa apa," katanya dengan menyembunyikannya salah satu tangannya.

Aku sama sekali tidak penasaran.

"Jeng-jeng. Aku bawa roti coklat sama susu. Kamu masih suka roti coklat kan? Ini spesial untuk kamu, gak tau sih rasanya enak atau enggak. Kamu harus bangkit! Jangan sedikit terus," Rion mengelus lembut kepalaku.

Tanpa ku sadari ternyata ia berhasil membantuku untuk makan. Mungkin karena katanya ia membawa roti coklat, aku jadi lebih bersemangat. Sambil mengingat seperti apa rasanya dulu. Sudah lama sekali saat aku berada di UKS. Roti coklat mengingatkan betapa manisnya suasana sekolah.

"Kamu masih inget kalau aku suka roti coklat? Susunya juga? Perasaan itu udah lama banget deh. Kamu punya ingatan yang kuat ya. Keren banget loh Ion." Aku memujinya sebagai rasa terima kasih.

"Aku gak pernah lupa setiap hal kecil yang kamu suka. Setiap detik yang aku habiskan semua hanya tentang kamu." batin Rion sambil menatap manis Elin.

Lelaki itu mengajakku keluar dari kamar. Udara diluar begitu sejuk. Kicauan burung dan suara bel sepeda. Aku rindu saat seperti ini. Entah bagaimana caranya, seolah sebagian kecil kenanga manis yang ku punya perlahan merangkul ku untuk bangkit.

"Gimana? Enak kan? Pagi ini cuacanya lagi bagus. Sayang banget kalau kamu gak menikmati pagi yang cerah ini."

"Kamu baik banget. Makasih ya,"

Sama-sama menikmati pagi yang cerah. Bagaimana bisa lelaki sebaiknya menjadi temanku?

"Rion kamu mau makan rotinya berdua? Masa aku makan sendiri, sedangkan kamu enggak. Jangan kayak dulu. Aku rakus, satu roti dimakan sendiri."

Rion menghela nafas panjang, tersenyum kepada ku.

"Boleh, tapi aku bawa ini spesial untuk kamu. Aku gak masalah jika kamu makan rotinya sendiri." Rion menolak.

Bukannya mengiyakan permintaan ku, lelaki itu lembut memilih untuk menjadi penonton. Tak henti sepasang mata menatapku, begitu manis. Satu-satunya yang ada di benakku. Dia sangat manis.

"Aku maksa! Pokoknya harus makan berdua," Elin memotong roti yang ada di genggamannya menjadi dua bagian. Bagian yang memiliki lebih banyak coklat menjadi milik Elin sementara Rion mendapat bagian yang tidak terlalu banyak coklat.

"Aku mau yang banyak coklatnya. Kamu yang polos aja ya?" Tawaran itu disetujui Rion.

"Lucu banget sih! Gemes bangetttt. Gak bisa gini terus! Harus gue nikahin! Lo harus jadi istri gue!" Rion menggenggam tangannya. Wajah memerah bagai kepiting rebus.

Disaat semua Elin yang sedang asik melahap makanan, Rion berinisiatif mengajak perempuan itu ke rumahnya.

"Habis makan, mampir ke rumah aku dulu ya. Katanya mama pengen ketemu."

"Beneran? Mama kamu apa kabar? Sehat kan."

Beberapa menit kemudian, mungkin memang sudah musimnya. Ada bapak-bapak mendorong gerobak yang berisikan banyak sekali mangga. Aromanya semerbak, membuat siapa saja yang lewat di hadapannya pasti tergoda. Elin selesai dengan makanannya, Rion mengajak perempuan itu kerumahnya.

Dari kejauhan terlihat mama Rion yang dari tadi sudah menunggu kepulangan anaknya.

"Rion, mama kamu nunggu di depan pintu. Tadi kamu izin dulu kan sebelum pergi?" tanya Elin.

"Aku udah izin tadi," jawab Rion.

Mereka bersalaman sebelum masuk. Mama Rion sepertinya tau segalanya. Sejak dari tadi ia senyum-senyum sendiri begitu tau anaknya membawa perempuan ke rumah.

"Assalamualaikum. Tante gimana kabarnya? Sehat? Hm, masih inget aku gak? Temen sekolah Rion waktu SMP." Elin mengecup tangan mama Rion.

"Waalaikumsalam, inget dong. Kamu Elin kan? Tante turun berduka cita ya sayang. Silahkan masuk, anggap saja rumah ini seperti rumah kamu sendiri. Jangan sungkan. Pintu rumah ini akan selalu terbuka lebar untuk kamu," mama Rion memeluk Elin.

Mereka berdua menjadi akrab. Rion sering bercerita bagaimana harinya dibuat berwarna karena perempuan itu. Elin membawa pengaruh besar untuknya. Sambil mempersilahkan Elin untuk masuk, mama menyiapkan secangkir teh hangat.

"Tante ini ngerepotin banget, tapi makasih ya udah menyambut aku dengan begitu ramah."

Setelah mengobrol cukup lama, Elin melirik ke arah kamar Rion. Sejujurnya ia penasaran dengan isi di dalamnya. Karena dari penampilannya saja bisa ditebak jika Rion orang yang teratur.

"Oh kamu mau lihat isi kamar Rion? Silahkan. Kalau begitu tante tinggal dulu ya."

Begitu pintu kamar di buka, ternyata benar apa yang ia bayangkan. Kamarnya sangat rapi. Semua barang tertata. Ada yang sedikit berbeda, Rion sama sekali tidak pernah memajang foto masa kecilnya. Lelaki itu lebih memilih menyimpan fotonya di album khusus. Ada satu hal yang membuat Elin begitu penasaran. Sebuah buku diary.

"Diary? Rion suka nulis? Kok lucu banget sih bukunya. Aku tanya Rion ah belinya dimana," ucap Elin sambil membawa buku diary itu bersamanya.

"Rion!" ucap Elin.

Lelaki itu tersadar dengan apa yang sedang Elin genggam. Demi kebaikan bersama, ia merebut paksa apa yang Elin pegang.

"Eh, itu kan buku aku. Kamu nemu dimana? Kamu belum baca isinya kan?" tanya Rion memastikan.

"Enggak, aku cuma mau nanya. Kamu beli buku ini dimana? Kok lucu banget sih," kata Elin.

Bagiamana menjalankan pada Elin jika ia adalah seorang yang begitu berharga untuk Rion? Apakah penantian ini tidak cukup lama baginya, di saat banyak hati mendekat. Tetap saja perasaan ini tau dimana tempatnya untuk pulang. Padanya yang belum jelas hatinya untuk siapa.

"Itu buku spesial, gak ada yang jual." Rion sedikit menggoda.

"Dari tadi ngomong spesial terus loh. Emang lagi bahagia ya? Apa menurut kamu setiap hari itu spesial?" tanya Elin.

"Iya, aku bersyukur atas setiap detik yang begitu spesial telah Tuhan berikan."




















Hai gaiss gimana kabarnya? Jangan sedih terus ya, btw kamu udah makan? Jangan begadang ya gaiss 😊

Mau info lebih lanjut kepoin hastag #KEMBALISMP di tiktok aja gaiss


Atau kamu bisa cek langsung di tiktok aku, banyak spoiler di sana xixixi

Continue Reading

You'll Also Like

70.4K 3.8K 8
Akibat kecerobohannya, Jisoo harus menyelesaikan tantangan permainan TOD dan tanpa Ia sadari kalau sebenarnya dirinya dijebak oleh Chef tampan, tempa...
347K 40.1K 68
[Follow akun ini dulu, bro! Karena sebagian chapter di private.] [Ending/Tamat] Warning ⚠️ Cerita ini dapat menyebabkan Anda kejang-kejang, darah ti...
10K 4.4K 26
ALUR CERITA BARU!! (Sebagian part diunpublish karena kepentingan penerbit) Apa jadinya ketika kamu harus menjaga dan bahkan harus menikahi seorang ga...
Gema By desiariaa

Teen Fiction

14.5K 1.6K 62
(COMPLETE) Hidup Gema jadi tak semenyenangkan dulu setelah kedatangan Shakeela. Gema ditinggal oleh Gesang, Gema harus berbagi kasih kedua orang tuan...