SERDADU

By kanyasena

304 9 1

saya sudah bersumpah untuk mengabdi dan memberikan segalanya kepada ibu Pertiwi. tetapi, justru sang Pertiwi... More

introduce
1 - tas
2 - olahraga
3 - mata
5 - selesai

4 - temu

39 1 0
By kanyasena

"good job Alin"

"terima kasih kak. mohon bantuannya ya"

tempo hari, Alin mengirim lamaran pekerjaan di sebuah cafe yang lumayan terkenal untuk posisi barista. beruntung, sebelumnya Alin belajar banyak mengenai kopi dari pakdhenya. mulai dari meracik beragam kopi hingga artnya.

Alin sangat bersyukur karena ternyata ia mendapat panggilan untuk interview dan training. keduanya telah ia lalui dengan lancar. dan hari ini adalah hari ke 20 Alin bekerja setelah menjalani masa training selama 5 hari.

sebelumnya Alin juga pernah bekerja paruh waktu sebagai barista, tetapi ia resign karena jarak yang harus ditempuh cukup jauh. fyi, rentang jam kuliahnya dari pagi hingga sore. dan Alin bekerja mulai dari pukul 4 sore hingga 10 malam. sehingga waktunya tidak bentrok satu sama lain.

lagipula, cafe ini berlokasi di Tebet, Jakarta Selatan. tidak terlalu jauh dari rumah. ditambah, Jakarta Selatan adalah tempat Alin biasa bermain dan nongki. wilayah rumah Alin juga sangat dekat dengan perbatasan Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Alin sendiri tinggal di Jakarta Timur.

"oiya Alin, kamu udah ketemu sama bapak yang punya cafe ini?" tanya salah seorang pegawai cafe ini, sebut saja Ineza. yang bekerja sebagai Chef.

"belum kak, kata kak Vanza si bapak sibuk" tutur Alin yang memang belum pernah bertemu dengan pemilik cafe ini

"you must know Alin, ganteng banget dan masih muda. gak pantes banget dipanggil bapak, pantesnya dipanggil ayang– eum maksudnya mas"

Alin tertawa mendengar penuturan Ineza

"jadinya mau sama kak Vanza atau sama si bapak cafe?" ledek Alin

"gak tau tuh, Vanza masih gantungin aku. emang aku jemuran apa?" kekeh Ineza

iya, Inez memiliki hubungan dekat dengan Vanza. lihat? belum genap satu bulan, Alin sudah mengetahui gosip-gosip para pegawai di cafe ini. kemampuan beradaptasi Alin memang tidak perlu diragukan lagi. Inez pun merasa klik dengan Alin karena Alin sangat humble juga receh.

fyi, Vanza adalah General Manager di cafe ini. usianya juga terbilang masih muda, namun skillnya tidak usah diragukan lagi karena saat ini ia menempati posisi GM.

"emang muda bangetnya itu sekitar umur berapa?" tanya Alin

Ineza terlihat berpikir,

"mungkin seumur Vanza?" tutur Ineza

Alin membulatkan matanya. jika memang semuda itu, jelas tidak pantas dipanggil bapak tetapi lebih pantas dipanggil mas/kakak/abang. Vanza sendiri berumur 22 tahun.

"hah? muda banget dong kak" ujar Alin

"iya, muda banget. mungkin bisa jadi pacar untuk sepantaran kita" tutur Ineza

"hahahaha bahaya ya kak Inez" kekeh Alin, dirinya menjadi lumayan penasaran seperti apa pemilik dari cafe tempatnya bekerja ini

karena letaknya di daerah Jakarta Selatan yang terbilang daerah kota, tak heran jika cafe ini sangat ramai. cafe ini terbilang baru, karena baru beberapa bulan dibuka. nama cafe ini lumayan unik yakni Kopdar. jika kalian berpikir kepanjangan dari Kopdar adalah Kopi Darat, kalian salah besar. nyatanya, kepanjangan dari Kopdar cafe ini adalah Kopi Udara.

dan untuk jam operasional cafe ini yakni dari jam 10 AM - 10 PM. terbagi menjadi 2 shift. dan Alin mendapatkan shift tetap yakni shift sore sampai dengan closing. pekerjaan ini bisa dibilang part time.

Alin juga bersyukur karena bekerja di tempat kerja yang sesuai. jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah, jam kerja yang tidak bentrok dengan kegiatan kuliahnya dan rekan rekan kerjanya yang saling membantu satu sama lain.

Alin bekerja dengan membawa motor. saat ini, jam menunjukkan pukul 22.15. sudah saatnya Alin untuk pulang. bagi kebanyakan orang, jam tersebut masih terbilang sore. jangan heran, karena hukum di kota seperti Jakarta yakni 'semakin malam, semakin ramai'.

di sepanjang jalan, Alin sangat menikmatinya karena terpampang jelas pemandangan gedung gedung tinggi dengan kelap-kelip lampunya. sangat indah.

begitu memasuki wilayah distrik Halim, gedung-gedung itu tergantikan dengan pepohonan yang sangat asri di sepanjang jalannya. tak lupa, pada batang pohonnya dipasang lampu warna warni yang melingkari batang tersebut.

TIK TIK TIK~

ZRAASHHHHH!!!

tiba-tiba hujan turun sangat deras, Alin pun segera melipir. dirinya sudah tidak sempat untuk mencari tempat berteduh dan alhasil ia berteduh dibawah pohon besar.

melihat para pengendara motor lain mengenakan mantel hujan, Alin merutuki dirinya yang tidak membawa mantel miliknya. seharusnya ia harus selalu sedia.

tidak lama, ada seorang pengendara motor yang juga berhenti dan memakirkan motornya di dekat motor Alin, ia berjalan menuju ke arah Alin dan—

menarik lengan Alin untuk ikut bersamanya? apakah dia adalah seorang penjahat? apakah Alin akan diculik?

itu terlalu berlebihan Alin

"maaf pak? ada apa pak???" tanya Alin yang justru panik

wajahnya tidak terlalu terlihat karena pria itu memakai helm Cakil yang membuat wajahnya tertutup sebagian.

pria itu mengajaknya ke sebuah gereja?

"maaf pak sebelumnya— tapi saya muslim" ujar Alin yang masih mengikuti langkah pria itu

alih-alih membalas ucapan Alin, pria itu justru membuka helmnya yang membuat seluruh wajahnya terlihat

"hah????" sentak Alin terkejut yang sekaligus ingin mengumpat

lagi dan lagi? orang ini lagi???

si tentara galak itu lagi?

Letnan Dirga???

oh ayolah, sebenarnya ada apa dengan takdir?

"berteduh disini" ujarnya acuh

"memang boleh?" tanya Alin dengan polos

tentara itu hanya menatapnya datar, ah memang raut wajahnya selalu datar

Alin pun akhirnya hanya menurut

butuh waktu sekitar 15 menit sampai hujan benar-benar berhenti,

"mari saya antar" ujarnya pada Alin karena hujan sudah berhenti

"gak perlu mas, gak apa apa. sudah dekat dari sini" ujar Alin yang belum benar-benar percaya pada pria dihadapannya ini meskipun ia adalah seorang prajurit negara sekaligus anak asuh kesayangan yang dipercaya sang pakdhe

bagaimana jika tentara ini ingin macam macam? tetapi, dilihat dari niatnya membawa Alin untuk berteduh, sepertinya dia pria baik-baik

Alin sedikit menyesal karena pada saat dirinya bertemu Dirga di rumah sang pakdhe, Alin justru menghindar dengan pergi ke kamar Dito. seharusnya Alin mencari tahu seperti apa sosok Dirga sebenarnya.

"kamu pasti sudah mengetahui siapa saya,"

"mari, saya kawal. ini sudah larut" sambungnya

"ini daerah Halim mas, dekat pangkalan militer juga. pasti aman" ujar Alin

"tetap harus waspada. anggota PM memang melakukan patroli disekitar wilayah Halim. tapi, PM berpatroli hanya sampai pukul 11 malam" ujarnya tegas

Alin menatapnya seraya bermonolog "alay banget"

"memang, mas tinggal dimana?" tanya Alin

"tidak jauh dari sini" jawabnya

"di Halim? Skadron?"

Dirga menghela nafas,

"mari bergegas dan pulang. agar kamu bisa segera beristirahat" tuturnya

gaya bicaranya memang datar dan tegas, tapi setiap ucapan yang terlontar benar semua. sampai dimana,

"Raline?" sapa seseorang

Alin terdiam seketika ditempat, tubuhnya terasa kaku

"kak D-Davin?" ujar Alin

sedangkan tentara bernama Dirga itu hanya memperhatikan keduanya bergantian

Davin adalah masa lalu Alin. mereka menjalin hubungan lumayan lama yakni sekitar 2 tahun, sampai pada akhirnya lost contact. hubungan mereka pun menjadi gantung. dan sudah 3 tahun mereka tidak bertemu.

"maaf, aku buru buru. aku duluan" ujar Alin yang sejujurnya menghindar

tetapi usahanya untuk menghindar tidak semudah itu, lengan Alin ditahan oleh Davin

"we have to talk. kita gak bisa begini terus" ujar Davin

"gak ada yang perlu dibicarain lagi, semuanya udah jelas" jelas Alin

alih-alih melerainya, Dirga justru seperti sedang menonton sebuah drama percintaan. tidak menarik sama sekali, pikirnya.

"jelas kamu bilang? selama ini aku mencari kamu" tutur Davin

"mulai sekarang, kita selesai. jelas?" ujar Alin lalu bersiap untuk beranjak

Davin kembali menahannya,

"Alin, banyak yang mau aku jelasin. give me your time, untuk aku menjawab semua kekeliruan ini" pinta Davin

Alin menghela nafas, laki-laki dihadapannya ini selalu bisa menyihir dirinya hanya dengan tutur bicaranya yang lembut dan sabar

"sudah larut kak. lagipula masih ada hari esok" jawab Alin

Davin mengerti dan mengangguk, sampai dirinya tersadar akan pria yang sejak tadi bersama dengan Alin.

lantas Davin langsung memberikan hormatnya, "siap! ijin ndan! maaf saya tidak menyadari kehadiran komandan" ujar Davin

Dirga hanya mengangguk,

Alin menatap dua laki-laki dihadapannya ini bergantian, sepertinya dua orang ini saling mengenal?

selanjutnya, Alin pamit untuk pulang. tidak terkecuali dengan Dirga yang benar-benar mengawalnya sampai rumah dan menyisakan tanya di benak Davin.

tidak lama, mereka sampai di depan rumah Alin,

"mampir dulu mas" tawar Alin

"tidak, terima kasih. ini sudah larut" jawabnya

"terima kasih karena sudah antar saya. kalau mas berkenan— kapan kapan saya traktir gimana?" ujar Alin yang sebenarnya merasa bodoh karena— kenapa bisa-bisanya mulutnya berujar hal tidak penting seperti ini?!

sejujurnya Dirga bukanlah tipe orang yang ingin tahu masalah orang lain. dirinya terkesan cuek. namun Dirga yakin, kejadian barusan pasti ada hubungannya dengan masa lalu antara gadis dihadapannya ini dengan adik tingkatnya semasa di Akademi.

Dirga tersenyum, senyum yang pertama kali Alin lihat

"tidak usah repot-repot" tuturnya

"anggap aja ini sebagai bentuk terima kasih saya" tutur Alin

"apakah artinya sama seperti hutang?" tanyanya

"mungkin? hutang bagi saya" jawab Alin

"jika memang itu hutang, apa kamu berniat untuk melunasinya?"

"apapun itu, jika itu adalah hutang- sudah seharusnya dilunasi" jawab Alin

"cerdas"

"apa agendamu besok?" tanya Dirga

"kuliah, lalu kerja. tapi besok saya mau ke Gramedia Matraman" tutur Alin

Dirga mengangguk,

"saya jemput pukul 12 didepan Gramedia"

eh??

Dirga memberikan ponselnya pada Alin, "catat nomermu"

Alin dengan segera mencatat nomernya dan mengirim pesan test untuk nanti dirinya menyimpan nomer sang empu di ponselnya

Dirga kemudian pamit. sebelum benar benar pergi, ia berujar
































"assalamualaikum, Raline"

Continue Reading

You'll Also Like

43.1K 911 91
Continuation of Modesto story who happens to intercourse with friends,mature,classmates,strangers and even family...
36.8K 999 83
In which Kim Saena is in a groupchat with a bunch of idiots Or In which Bangchan finds himself inside a groupchat with a bunch of delusional fans ~~★...
178K 364 21
just some of my horny thoughts;) men dni
12K 1K 27
Story of a family - strict father, loving mother and naughty kids.