Undercover ╏ SooGyu ✓

By hanwistereia

163K 17.2K 5.3K

[lokal-AU] pura-pura pacaran sampai lupa kalau cuman pura-pura More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
12.2
13
14
15
16
17
17.2
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
29.2
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
51.2
52
53
54
55
56
57
58
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71 - last
childish flower (1/3)
childish flower (2/3)

59

1.4K 164 66
By hanwistereia

Sampai ke taman yang dimaksudkan Bayu, lagi-lagi yang terjadi enggak sesuai dengan prediksinya. Lantaran begitu sampai, Arga langsung turun dari sepedanya untuk menaiki ayunan di taman. Tapi, itu pun cuman beberapa saat karena setelahnya Arga beranjak lagi hanya untuk berlari-lari berkeliling taman. Sesekali berhenti hanya untuk menunjuk sesuatu yang ditemuinya, bertanya 'ini apa?', 'untuk apa?', 'warna apa?', 'ada berapa?', dan banyak hal lainnya.

Bayu selalu menjawab setiap pertanyaan adiknya, sebisa mungkin menjawab dengan jawaban yang mampu dimengerti adiknya. Meskipun seenggaknya jawabannya kadang ngaco tapi lebih baik dijawab terus daripada gak dijawab sama sekali. Apalagi Arga sudah bisa ngomomg huruf 'r' membuatnya makin gencar baco—maksudnya, makin gencar bicara.

"Kenapa daun warnanya hijau? Kenapa gak biru?"

"Kalau biru, nanti saingan sama langit."

"Ooohhh, terus kenapa ini daun warnanya cokelat?"

"Soalnya daun yang ini udah tua, udah berumur."

"Ooohhhh, tapi gak bisa dimakan ya?"

"Gak bisa, soalnya pahit, kayak hidup."

Bayu yang jawab, tapi Sandi yang keselek.

"Tapi permen cokelat manis kok!" Arga berseru. "Kayak aku!"

Bayu tergelak. "Pede banget ini bocah adiknya siapa sih?" pipi Arga dicubit dan sedikit diuyel lantaran gemas.

Ini Sandi daritadi cuman nyimak di sebelah Bayu, tapi kenapa ya daritadi jantungnya deg-degan terus. Lebih cepat daripada semestinya, padahal Sandi ngegandeng tangan Bayu juga enggak, tapi...

Sandi menutupi mulutnya dengan satu tangan, sebab daritadi bibirnya gak bisa berhenti tersenyum. Takut disangka gila.

Ada untungnya juga Bayu sibuk dengan adiknya. Padahal biasanya kalau Bayu fokus dengan yang lain ketika bersama dengan Sandi, terkadang Sandi merasa agak kesal lantaran Bayu sedikit mengabaikannya.

Mungkinkah karena Arga adalah adiknya Bayu sedangkan ketika bersama yang lain mereka cuman... stranger.

Tapi parah nih, masalahnya Sandi daritadi nyengir mulu, kalau rahangnya sampai robek terus copot gimana?

"Kak Andi, kak Andi!" panggilan Arga membuat Sandi tersadar dan beralih pada balita itu.

"Ini buat kak Andi, batu putih." Arga menyerahkan batu berwarna tersebut ke telapak tangan Sandi.

"Kak Sandi habis dikasih Arga bilang apa?" Bayu menatap Sandi.

'Kak Sandi', katanya, dia panggil 'Kak Sandi'.

Sebelum pikirannya ke mana-mana, Sandi buru-buru beralih pada Arga dan tersenyum. "Makasih Arga."

"Sama-sama!" Arga tersenyum riang. "Sekarang semuanya punya batu sendiri-sendiri, yeay!"

"Yeaaay!" Bayu turut bersorak di tengah gelak geli karena merasa gemas dengan tingkah adiknya sendiri, Arga pun langsung dirangkul dan dibubuhi cium bolak-balik di kedua pipi. Tapi setelahnya, muka Bayu langsung ditabok adiknya.

Meski ditabok—sampai Sandi sendiri kaget—tapi Bayu malah ketawa, pipi Arga dicubit pelan sebelum mereka kembali beranjak.

"San, kue cubit," Bayu menunjuk abang-abang penjaja kue cubit yang melintas dari jauh.

"Lo mau?"

Bayu malah bertanya pada adiknya, "Adek mau kue cubit gak?"

"Mana?"

"Itu,"

"Mau!"

"Yuk, beli kalau gitu, panggil abangnya dek, bilang, 'abang, mau beli'!"

"Abang! Mo beli!"

SANDI HISTERIS (dalam hati).

Lantas mereka pun mendekati abang penjaja kue cubit yang berhenti oleh seruan mereka.

"Kenapa namanya kue cubit?"

"Soalnya bikinnya dicubit."

"Kenapa dicubit? Kasian, nanti sakit."

"Enggak, kan cubitnya pelan kayak gini," Bayu mencubit pelan—setengah menggelitik—perut adiknya membuatnya langsung tertawa, sebab Bayu 'mencubit' gak cuman sekali tapi beberapa kali membuat adiknya kegelian.

"Gantian Ayu!"

"Gak mau, wlee, gak kena!"

"Ayu dicubit!"

"Ahahaha!"

Bayu menghindari menjauh, tapi cuman beberapa langkah kemudian membiarkan Arga menangkapnya. Lagi-lagi mengabaikan Sandi yang cuman melihati dari jauh, tapi entah kenapa Sandi gak keberatan sama sekali.

Entah ya kenapa... ada rasa syukur karena Sandi gak terlalu diajak main dan membiarkan dua kakak-beradik yang terpaut usia nyaris 15 tahun itu sibuk dengan dunianya sendiri, jadi Sandi bisa puas-puasin melihat keduanya dengan perasaan debar yang menyenangkan.

"Adik, Mas?" tanya si abang penjual.

"Pacar, bang." refleks Sandi menyahut, padahal biasanya cuman asal diiyakan saja.

"Oalah, terus yang kecil anak angkatnya?"

"Ahaha, bukan bang, itu adiknya pacar saya."

"Ohh, soalnya akrab banget, anak saya malah berantem terus. Mungkin karena masih kecil terus beda umurnya gak beda jauh." curhat si abang, kali ini cuman diiyakan saja olehnya.

Kalau Sandi mau ingat-ingat, perbedaan umur dia dengan adiknya juga gak dekat-dekat amat, tapi kalau soal berantem lebih sering sama kakaknya sih. Mungkin karena Sona memang lebih pendiem sedangkan Sherly memang dari sananya begajulan yang kalau napas pun minta ditapuk, apalagi kalau rahangnya sudah lemes dan mulutnya berkicau.

Lah, kenapa gue jadi mikirin dua curut gak penting itu. Sandi geleng-geleng kepala terus kepalanya menoleh dan menemukan Bayu yang sudah berjongkok sejejar dengan tinggi Arga yang sedang memainkan rambut panjang kakaknya yang dikuncir.

Perasaan Sandi ringan seketika.

Akhirnya kue cubit mereka selesai dibuat, ketiganya pun pilih makan di pos kamling yang gak jauh dari sana.

Bayu membiarkan adiknya memakan kue cubitnya sendiri lantas dia beralih pada Sandi—yang sedari tadi memang memperhatikan Bayu.

"Kenapa lo ngelihatin gue?"

"Soalnya punya mata." Sandi melengos.

Bayu cuman tertawa pelan dengan gelengan kepala gak habis pikir, dia tahu kok kalau Sandi sering memperhatikannya tapi gak pernah bilang apa-apa. Kadang rasanya ditatap sedemikian rupa oleh sang pacar seperti kayak Sandi minta di-notice Bayu karena sudah kebelet.

"Ayu, Ayu," panggil Arga membuat kakaknya beralih kembali padanya, lantas Arga menyuapkan sebiji kue cubit yang diterima oleh Bayu.

"Makasih, adek." Bayu mengusap kepala adeknya.

"Sama-sama, Ayu." terus Arga menusuk kue cubit lagi dan mengarahkannya buat Sandi.

"Eh, kak Sandi punya sendiri loh," tegur Bayu.

"Sini, kakak terima di sini aja." Sandi menerima kue cubit pemberian Arga ke wadahnya. "Makasih Arga."

"Sama-sama kak Andi!"

Kemudian mereka menghabiskan kue cubitnya masing-masing sebelum gak lama setelahnya beranjak pulang.


ღ。◦◝。


Pagi menjelang siang tanggal 24, persis H-1 sebelum natal, kediaman keluarga Bintara secara tumben sekali berkumpul di ruang tengah. Meski, persisnya sih Sandi dan Sona yang diteriaki sang Nyonya Rumah untuk keluar dari kamar dan berkumpul bersama. Malam natal begini, masa' masih mau mengeram di dalam kamar?

Selain itu, tujuan lainnya karena mereka menunggu kepulangan si anak sulung dari kota rantuannya mencari nafkah.

"Shalom! Anak gadis Papah-Mamah akhirnya pulang!" dengan sedikit sopan lantaran mengucap salam, Sherly memasuki rumahnya.

"Emangnya masih gadis—" Sandi buru-buru membekap mulut Sona sebelum terjadi prahara yang tidak diinginkan.

"Loh, inget masih punya Mamah sama Papah kamu?" Mamah menukas pedas, bukannya menyambut kedatangan putri sulungnya, padahal daritadi nungguin tapi begitu datang bukannya langsung disambut malah disinisin, agak mirip seseorang tuh.

"Mah, gak usah lebay, bulan Oktober kemarin kakak kan juga pulang." seloroh Sherly sambil salim pada Papahnya.

"Harusnya kakak salim sama Mamah dulu dong!"

"Nggih, Nyonya, sepurane kulo lagek mulih." (iya, Nyonya, mohon maaf aku baru pulang)

"Abang, Adek, kakaknya pulang gak mau salim juga?" lempar tanya Papahnya membuat ketiga  anak Bintara itu cuman saling tatap. Tepatnya Sandi dan Sona yang menatap Sherly agak ogah dan males gitu. Dih, berasa penting banget ini orang?

"Bangun dong kalian, kakaknya pulang nih mau menghabiskan natal bareng, kalian malah cuek aja."

"Entar kalau bangun gak nyampe." cetus Sandi.

"Kon arep tak tapuk lambemu?" (lu mau gua gaplok?)

"Kak, awakmu wis seperempat abad mosok adik e sek digeluti?" tegur Papah. (kakak udah seprempat abad masa' masih berantem sama adiknya?)

"Dek e ne seng ngeselin." (dianya yang ngeselin)

"Yawis podo wae berarti." (sama aja semuanya)

"Ngomong apa sih?" Sona berbisik ke Sandi.

"Gak ngerti."

Akhirnya setelah berlama-lama, keduanya menyalimi kakaknya dengan benar, begitu pun antara Sherly dengan Mamahnya.

Waktu pun bergulir begitu saja, setelahnya haha-hihi dan saling adu bacot satu sama lain yang tentunya langsung langsung hening kala Mamah mencetuskan konkritnya agar diam dan menggiring ketiga anaknya untuk membantunya memasak buat makan malam. Persisnya sih, hidangan besar untuk keluarga untuk merayakan natal.

Mamah sudah berencana untuk membuat sup brenebon, masakan sup kacang merah khas Indonesia bagian Timur, persisnya daerah Manado. Isi supnya tentu saja kacang merah—sebagai bahan utama—daging sapi atau babi, dan sayuran. Karena si putri sulung doyan daging sapi, jadi kali ini mereka memasaknya dengan potongan daging dan iga sapi.

"Daging babi juga enak."

"Mahal tauk, udah paling bener daging sapi, cintai produk lokal."

"Emang daging babi semahal apa sih? Import dari Australia atau gimana dah,"

"Aku sih lebih suka pizza."

"Kamu jangan banyak makan babi San, nanti kelakuanmu makin mirip babi."

"Kakak gak pernah makan daging monyet tapi kelakuan udah kanyak monyet liar, manjat-manjat pager, keluar jendela, maling barang atau makanan orang."

"Mau berantem? Aku pegang pisau loh ya!"

"Aku juga pegang mixer, mau muka kakak aku acak-acakin?!"

Sona yang sedang mengeruk kelapa untuk bahan baku klapertaart, begitu menyaksian tingkah kedua kakaknya langsung turut berseru tanpa pikir lagi, "Mamaaaahhh, Kakak sama Abang mau berantem lagi!"

Dan gak perlu waktu lama, Mamah menginterupsi, "Hayo, siapa yang masih mau berantem?! Turun kelas ngulang masuk TK lagi sana!"

Kemudian acara masak-memasak itu dikelilingi kebisuan selain lagu yang sengaja disetel Papah dari ruang tengah terdengar sampai dapur.

"...Walau kuharus berjalan
dalam lembah kekelaman
Perlindungan-Mu Oh Tuhan
nyatalah bagi hidupku..."


ღ。◦◝。


Malamnya, bukannya beristirahat di kamar masing-masing, Sandi dan kakak-adiknya malah berkumpul di kamar Sona. Kalau kata Papah sih, tumbenan akur.

"Dulu tuh, kita suka pasang pohon natal sama ornamen gitu, semenjak si Sona kelas 3 atau berapa gitu, udah mulai enggak." cerita Sherly begitu saja sementara Sandi dan Sona sibuk gaming dengan konsol masing-masing.

"Oh iya..." Sona menimpal sementara Sandi cuek saja.

"Iya tuh, jadi natalnya mulai ala kadarnya aja. Kakak juga kan udah mulai kuliah jadi gak di rumah, terus Abang kamu tuh udah sok-sok malu gitu natal masih dirayain pakai ornamen gitu-gitu, padahal biasa aja kan ya? Emang dianya aja lebay persis kayak Mamahnya."

"Ya." kali ini Sandi nyahut.

"Padahal lucu tahu ada pohon natal, ada ornamen, ada misteletoe."

"Ya sono lu minta gih ke Mamah." sewot Sandi.

"Belum juga minta, Mamah bilang udah repot mau masang gituan, gak ada yang mau bantu masangin juga." jawab Sherly sambil lirik kedua adiknya yang duduk di lantai, sementara dia sendiri di kasur, keduanya gak ada yang menimpal.

Sherly berdecak, "Ck, memang ya kalau satu pohon ya buahnya sama aja."

"Iya, soalnya Kakak anak pungut."

Sherly menjambak rambut Sandi bertepatan dengan pintu kamar Sona terbuka menampilkan Papah.

"Udah malem, besok ke gereja loh, atau mau pada murtad?"

Anak-anaknya cengo, selain Sona yang menimpal, "Astagfirullah, Papah omongannya dijaga dong."

"Oh iya, astagfirullah," sahut Papahnya. "Ya udah, ayo tidur semua sebelum dimarahin Mamah."

Sherly gak punya riwayat darah rendah atau anemia, tapi habis lihat kelakuan Papah dan adik bungsunya bikin agak pening. "Son, kamu main udah sampai mana sih?"

"Pastinya gak sejauh Abang sama Kakak sih, aku mah berniat stay halal." Sona ngomong biasa saja, tapi Sherly dan Sandi kompakan tersedak.

[30-11-2021]

Continue Reading

You'll Also Like

318K 44.9K 20
"kalian tuh sebenernya pacaran ngga sih?" 🌻 lowercase 🌻 bxb 🌻 completed. side story of [ciel ; minsung] highest rank: #3 seo changbin (15/12/18)
111K 18.2K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
19.2K 4.2K 28
Han Jisung hanyalah pemuda biasa yang diminta oleh ibunya untuk pergi ke karnaval di desa supaya bisa mendapat teman. Ia tak pernah menyangka jika uc...
67.6K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...