The Twins' Obsession | MARKHY...

By notfound_404

787K 103K 8.1K

{DILARANG SEBAR DI TIKTOK} (INI CERITA HOMO! JANGAN SALAH LAPAK! NGEYEL? SAYA BLOK KAMU!) ~•~•~•~• Lee Donghy... More

1. Seseorang Yang Mirip Dengannya
2. Ketakutan Kembali Menghampiri
3. Kembarannya
4. I Like Your Sexy Voice
5. Ayah Kembali
6. Jadilah Ayahku
7. Aku Akan Kembali
8. Sebuah Permainan
9. Kejiwaan
10. Nyaman
11. Suka
12. Dia Yang Tak Kau Ketahui
13. Keinginan Untuk Memiliki
14. Alasan Mencintai
15. Orang Yang Dipercaya Adalah Yang Paling Berbahaya
16. Awal Bertemu Dirinya
17. Suara Yang Menggetarkan Hati
18. Menyukai dan Mengakui
19. Menunjukkan Pada Semua Orang Bahwa Kau Adalah Milikku
20. Akhir Dari Masa Lalu
21. Kebenaran Yang Membuat Hati Merasakan Kesakitan Yang Nyata
22. Ibu
23. Obsesi Keduanya
24. Study Tour 🔞
25. Menjadi Milikku 🔞
26. Dia kembali
27. Berbagi Kehangatan 🔞
28. Ayah dan Anak
29. Dulu Yang Mana?
30. Lee Min Hyung
31. Mark Lee
32. Tiga Kepribadian
33. Godaan
34. Lucas (1)
35. Lucas (2)
36. Lucas (3)
37. Mengingat Kenangan Masa Lalu
38. Egois
39. Psikiater dan Pasien
40. Kebohongan (1)
41. Maukah Kau Menerimanya?
42. Demam
43. Lemah
44. Heart Attack
45. Kebohongan (2)
47. Kebohongan (4)
48. Kebohongan (5)
49. Cinta yang Berlebihan
50. Meninggalkan Cinta
51. Sakit Yang Terlalu Dalam
52. Kembalinya Masa Lalu
53. Mencoba Untuk Mencintai Diri
54. Memori Lama
55. Teman Lama
56. Bertemu
57. Menerima dan Memeluknya
58. Tidak Peduli Siapa
59. Selamat Tinggal
60. Kehidupan dan Kematian
61. Pertemuan Terakhir [End]
Extra [1] : Cinta Remaja
Extra [2] : Family Time
Extra [3] : Happy Ever After
Seribu Patah Kata Penulis
Special Chapter : Merawat Orang Sakit

46. Kebohongan (3)

8.2K 1.3K 182
By notfound_404

"Paman. Kemana kita harus mencari ibuku?" tanya Jisung. Dia benar-benar merasa dibohongi oleh orang terdekatnya sekarang.

Jisung belum yakin tentang Mark, tapi dia merasa ada yang aneh. Kemana Mark pergi jika dia tidak ada di apartemennya. Ibunya juga mengatakan bahwa dia baik-baik saja bersama Mark.

"Kita ke apartemen Mark dulu. Mungkin dia sudah kembali." Jisung mengangguk dan mengikuti Jaemin pergi menuju mobil milik Jaemin.

Keduanya segera pergi ke apartemen Mark, tapi ketika mereka tiba di sana, apartemen Mark masih kosong dan satpam di sana juga berkata bahwa Mark belum juga kembali.

"Coba kita ke perusahaan Mark," ajak Jaemin.

Setelah mendapat anggukan dari Jisung, mereka berdua pergi ke perusahaan Mark. Setibanya di sana mereka bertemu dengan resepsionis di bawah.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita yang duduk di meja resepsionis.

"Aku mencari Mark Lee."

"Tuan Mark tidak masuk hari ini."

"Kenapa?"

"Kami juga tidak tahu, Tuan."

Wanita itu menjawab dengan sopan. Jisung menghela napas kasar. Jaemin mengajak Jisung untuk keluar dan mencari tempat untuk beristirahat.

Mereka memilih kafe yang berada di dekat perusahaan Mark. Memesan dua minuman untuk mereka masing-masing.

"Apa yang harus kita lakukan, Paman?" tanya Jisung sendu.

"Aku akan menelpon Mark dan bertanya keberadaannya. Semoga dia menjawab panggilanku kali ini."

Jisung mengangguk. Dia memajukan tubuhnya untuk mendengar suara Mark lebih jelas.

"Halo?"

Suara Mark terdengar serak. Jaemin dan Jisung saling menatap satu sama lain.

"Kau di mana? Aku lelah menghubungimu, tapi kau tidak menjawabnya," tanya Jaemin.

"Rumah."

"Kau punya rumah? Apartemen maksudmu?"

"Ya."

Jaemin mendecakkan lidahnya. "Apanya yang iya?"

"Kau perlu apa denganku?"

"Kenapa kau menjadi dingin, bajingan? Ada yang ingin kukatakan padamu. Katakan di mana kau sekarang!" Jaemin menahan suaranya agar tidak berteriak. Temannya ini tiba-tiba berubah menjadi dingin. Berbeda dari yang dia temui terakhir kali.

"Akan kukirimkan alamatnya."

Jaemin belum sempat menjawab, tapi Mark telah memutuskan sambungan teleponnya.

"Bajingan ini. Oh, ini alamatnya, Jisung."

Jaemin menunjukkan ponselnya pada Jisung. "Tapi ini cukup jauh dari sini dan hampir gelap juga."

"Tidak apa, Paman." Jisung melihat Jaemin dengan yakin.

Ditatap seperti itu oleh Jisung, Jaemin menjadi gemas dan mengiyakan permintaan Jisung. Mereka bergegas kembali ke dalam mobil dan pergi menuju alamat yang diberikan oleh Mark.

Ponsel Jisung berdering ketika mereka sedang dalam perjalanan. Jisung melihat layar ponselnya, tampak nama "Paman Renjun" di sana. Jisung menghela napas sebelum dia menekan tombol hijau.

"Ya, Paman?"

"Jisung. Apa Chenle bersamamu? Dia tiba-tiba mengirim pesan jika dia akan menenggelamkan diri di danau."

Suara Renjun terdengar khawatir. Jisung terdiam mendengar perkataan Renjun.

"Dia tidak ... bersamaku."

Jaemin melirik sekilas pada Jisung yang duduk di sampingnya. Jisung terlihat khawatir, tapi dia berusaha menahannya.

"Kau serius? Bukankah dia akan menginap di rumahmu? Apa kalian bertengkar?"

Jisung tidak menjawab. Di seberang sana, Renjun menghela napasnya.

"Jisung, tolong jangan bertengkar dengan Chenle. Dia akan menyakiti dirinya sendiri jika kalian seperti ini."

Jisung menjawab dengan dingin, seolah dia tidak peduli. "Sembuhkan dia ... selamatkan dia ... maaf, Paman. Aku harus menyelamatkan seseorang yang lebih penting dari Chenle."

Jisung langsung mematikan ponselnya. Genggamannya menguat kala perkataan Renjun terngiang di kepalanya. Akan tetapi, Jisung menepis pikiran itu. Chenle tidak akan terluka jika ibunya cepat menemukan dirinya.

Selain Jisung, ada orang lain yang juga peduli pada Chenle. Jisung meyakinkan dirinya bahwa Chenle akan baik-baik saja dan dia tidak perlu mengkhawatirkan keadaan anak itu.

Sementara di rumah Mark, lelaki itu tampak frustasi setelah dokter memberitahu jika Haechan sedang mengandung.

"Kau bodoh! Kau sendiri yang ingin mengikatnya, tapi kau juga yang melepaskannya."

"Tapi dia melakukannya bukan denganku saja. Kau bisa kembali bersama Donghyuck."

"Tidak. Tidak. Aku akan menjadi pengecut jika melakukannya."

"Tapi jika aku di sini, dia akan terluka."

"Tidak. Biarkan aku pergi dan kau yang melindungi dia."

"Hahahahahah. Kepalaku seperti mau pecah."

Mark duduk di sofa ruang tengah. Dia berbicara dengan dirinya sendiri. Menjawab perkataan yang dia lontarkan sendiri. Rambutnya berantakan karena dia menariknya.

Mark menoleh ketika seseorang menepuk pundaknya. Dia melihat Haechan berdiri di belakangnya dengan menggunakan sweater.

"Kau sudah baikan?" tanya Mark.

Haechan mengangguk. Dia bergerak ke hadapan Mark.

"Apa?" tanya Mark lagi saat Haechan hanya diam.

"Apa kau akan pergi?"

Mark terdiam sejenak sebelum dia menjawab. "Tidak."

"Jangan bohong. Aku mendengar kau mengoceh sendiri. Apa kau akan pergi meninggalkanku lagi? Setelah kau mengikatku untuk yang kedua kalinya?"

Mata Haechan memerah. Dia berusaha keras untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"Bajingan."

Mark melihat Haechan dengan mata rendah. "Aku tidak pergi."

"Jangan bohong."

Haechan tak lagi bisa menahan kesedihannya. Setetes air mata jatuh ke pipinya. Dia menangis tanpa suara di depan Mark.

"Kenapa menangis?" tanya Mark sembari berdiri dari duduknya. Dia mengangkat tangannya dan membawa jarinya ke pipi Haechan untuk menghapus air mata itu, tapi Haechan segera menepisnya.

"Lalu kenapa kau bilang akan mengembalikan Mark kepadaku. Mark mana yang kau maksud? Kau kira aku apa? Bisa kau dorong aku kemana yang kau suka."

"Biarkan aku berpikir."

Mark tidak membantah apa yang dikatakan oleh Haechan. Dia memang brengsek karena akan meninggalkan Haechan, tapi di sini dia butuh waktu untuk berpikir jalan mana yang harus dia ambil.

Mark mengabaikan Haechan dan pergi menaiki tangga untuk menenangkan diri, tapi Haechan mengejarnya dan menarik lengan lelaki itu.

"Bicara padaku!"

Mark menghempaskan tangan Haechan dari lengannya. Kepala Mark tiba-tiba berdenyut. Dia harus segera menenangkan dirinya sebelum dia hilang kendali.

Namun, Haechan tak menyerah. Dia ingin berbicara dengan Mark. Haechan berusaha membuat Mark berbalik padanya, tapi lelaki itu terlalu kuat melepaskan tangan Haechan dan tanpa sengaja mendorongnya hingga Haechan jatuh dari tangga.

"Donghyuck!"

Mark berteriak memanggil Haechan. Tangga di rumah Mark cukup tinggi dan mereka hampir sampai di atas. Mark melihat Haechan yang jatuh pingsan dengan kepala yang berdarah.

"Donghyuck," lirih Mark.

Dia mengangkat Haechan dan memeriksa nadinya. Mark menghela napas lega saat mendapati Haechan masih bernapas.

"IBU!"

Mark melihat ke samping saat ada orang lain di dalam rumahnya. Itu Jisung yang datang bersama Jaemin.

Jisung segera berlari ke arah ibunya saat dia melihat darah yang keluar dari dekat ibunya. Dia mendorong Mark menjauh dan mengambil alih ibunya.

Saat Jaemin dan Jisung tiba, mereka sudah menekan bel berkali-kali, tapi tak ada yang membuka pintu. Karena kesal, Jisung mencari sesuatu untuk dia menghancurkan kunci pintu. Kemudian dia menemukan linggis di dalam mobil Jaemin. Jisung menghancurkan sandi dan membuka pintu secara paksa sehingga mereka bisa masuk ke dalam.

"Apa yang kau lakukan pada ibuku?!" teriak Jisung. Mark tampak terkejut dengan kehadiran Jisung. Dia diam seperti patung karena tidak bisa menjawab pertanyaan Jisung.

"Jisung. Bawa dulu ibumu. Baru kita bicara," ucap Jaemin. Dia juga terkejut dengan ini. Saat mereka masuk, Haechan sudah tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir.

Mark ingin menyentuh Haechan, tapi Jisung segera menyingkirkan tangan Mark. Dia menatap Mark dengan dingin.

"Berani kau sentuh ibuku, aku akan membunuhmu."

Mark tertegun. Jisung tiba-tiba berubah menjadi menakutkan, bahkan Jaemin sampai menelan ludahnya.

"Akh!" Tiba-tiba Mark mengeluh sambil memegang kepalanya. Jaemin yang melihat Mark kesakitan segera menghampirinya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Jaemin.

"Akh!"

Jisung meletakkan kedua tangannya di bawah tubuh Haechan, kemudian mengangkatnya.

"Paman. Cepat!"

"Tapi ... Mark—"

"Jika Paman tidak cepat, aku akan pergi sendiri ke rumah sakit." Jisung tidak main-main dengan ucapannya. Segera setelah dia menyelesaikan kalimatnya, anak itu langsung berjalan keluar dari rumah Mark sambil menggendong Haechan.

"Pergilah. Aku akan menyusul," kata Mark. Jaemin menatap temannya dengan khawatir.

"Maaf, Mark. Saat ini Jisung lebih penting. Segera menyusul. Hati-hati."

Jaemin menepuk bahu Mark dan langsung pergi menyusul Jisung. Mereka membawa Haechan dengan menggunakan mobil Jaemin, sementara Mark menyusul di belakang.

"Cepat tolong ibuku!"

Jisung membawa Haechan ke ruang UGD. Perawat di sana langsung mendorong ranjang untuk menidurkan Haechan. Pintu UGD di tutup. Menyisakan Jaemin dan Jisung di depan ruang UGD.

"Hah ...." Jisung menghela napasnya sambil mengusap kasar wajahnya. Dia berjalan dengan lesu ke arah kursi tunggu. Menunggu Haechan selesai diobati.

Jaemin duduk di samping Jisung. Menepuk paha anak itu, memberinya semangat. Jisung melirik Jaemin sekilas dan menyandarkan kepalanya ke dinding.

Mark baru saja tiba setelah sakit di kepalanya berkurang. Jisung yang melihat Mark menyusul mereka pun menjadi marah. Dia menghampiri Mark dan memukul kuat wajah lelaki itu. Mark terhuyung karena pukulan Jisung. Sudut bibirnya sedikit berdarah akibat pukulan Jisung yang kuat.

"Apa yang kau perbuat sampai ibuku seperti ini?!" teriak Jisung. Untung di sekitar mereka tak ada orang, tapi hal itu membuat suara Jisung bergema di lorong rumah sakit.

"Kau bilang ibuku akan operasi pita suara ... tapi apa yang kulihat? IBUKU PINGSAN DENGAN DARAH DI KEPALANYA!"

Napas Jisung terengah-engah setelah dia berteriak. Matanya terlihat begitu tajam dan diselimuti oleh amarah. Kedua tangannya terkepal di samping tubuhnya. Hati Jisung kini terasa panas. Memukul Mark sekali tidaklah cukup.

"Tolong tenang, Jisung." Jaemin berusaha menengahi. Dia menarik Jisung untuk duduk kembali.

Jisung mengikuti Jaemin. Dia mengatur napasnya untuk meredakan emosi. Dia duduk di tempat semula tanpa melihat Mark sedikit pun.

Jaemin mengajak Mark untuk duduk di bangku seberang. Menyuruhnya untuk menunggu Haechan selesai diobati.

Tiga puluh menit kemudian pintu UGD terbuka, menampakkan seorang dokter yang keluar dari sana.

"Bagaimana keadaan ibuku?" tanya Jisung segera setelah dia berdiri dari duduknya.

"Benturan di kepalanya cukup kuat dan untungnya rumah sakit memiliki stok darah yang cocok dengan tuan ...?"

"Haechan," sahut Jisung.

"Tuan Haechan baik-baik saja sekarang, mungkin untuk sementara akan ada benjolan di kepalanya. Sekarang, Tuan Haechan masih belum sadarkan diri. Sebentar lagi, perawat akan memindahkan Tuan Haechan ke ruangan lain. Ah, satu lagi, kandungan Tuan Haechan juga baik-baik saja meskipun sempat terjadi pendarahan," jelas dokter sambil tersenyum. Kemudian dia pamit pergi karena ada pasien lain.

"Kandungan?" bisik Jisung pada dirinya sendiri. Dia berbalik untuk melihat Mark. Saat Jisung ingin menghajarnya kembali, perawat telah keluar sambil mendorong ranjang Haechan.

"Kau! Jangan berani datang ke ruangan ibuku."

Setelah mengatakan itu, Jisung pergi untuk menyusul Haechan.

Mark ingin mengejar Jisung, tapi kepalanya kembali berdenyut, bahkan lebih parah dari sebelumnya.

"Akh!"

"Mark. Kau kenapa?" tanya Jaemin.

"Kepalaku ... sakit sekali."

Mark terjatuh dengan bertumpukan lutut. Dia memegang kuat rambutnya berusaha mengusir sakit di kepalanya.

"Sebentar, aku panggil perawat dulu."

Jaemin pergi dengan cepat untuk memanggil perawat. Dia menemukan seorang perawat laki-laki tengah berjalan di koridor yang tak jauh dari ruang UGD. Segera dia meminta perawat tersebut pergi untuk menolong Mark.

"Mark!"

Jaemin berteriak ketika dia melihat Mark dalam keadaan tak sadarkan diri.





Tbc.

Jisung 😭😭😭😭😭😭

Vote dan komennya yeorobun~

Continue Reading

You'll Also Like

152K 16.6K 21
Karena sejauh apapun langkah kaki membawamu pergi, kau akan selalu kembali, kepadaku. bxb with mpreg Moon Haechan Mark Lee
1M 110K 43
[COMPLETED] [Mpreg] [Sad Romance] Mengisahkan tentang perjuangan Haechan dan janin yang berada di dalam kandungannya. Dimohon Jangan salpak ⚠️⚠️ Bxb⚠...
16.4K 1.3K 22
[COMPLETED] zhong chenle yang selalu menimpa kesialan dalam hidupnya, selalu mendapat cacian bahkan hinaan dari orang-orang sekitarnya "Aku juga seor...
418K 33.8K 40
Setengah Waras a.k.a Stewars, merupakan perkumpulan persahabatan tujuh lelaki yang terkenal begitu famous di Neo Senior High School. Tujuh pria denga...