My Baby, My Angel

Por MarumeChiisa

152K 5.7K 41

Kayla selalu ingin menjadi wanita karir yang sukses, dan suaminya mengerti akan hal tersebut. Tapi tentu saja... Más

Prologue
Graduation
Before the BIG Day
The First Few Years
The Unexpected
Good? Bad?
One Last Time
The Big Fight
Bad Timing
Decision
Try Again
Epilogue

Nightmare

9.2K 354 4
Por MarumeChiisa


"Kau yakin tidak ada cara lainnya?" Zai bertanya, gagang telepon pada telinganya. Wajahnya tampak sedih mendengar jawaban dari seberang telepon, dan ia hanya bisa mendengarkan.

Walaupun berat, Zai hanya mengangguk dan berkata, "Aku akan segera mengantarnya." Lalu menutup telepon dan terdiam selama beberapa saat, sebelah tangan menutupi wajahnya yang tampak lelah.

"Zai, ada apa?" Kayla bertanya sambil berjalan tertatih-tatih memasuki ruang keluarga untuk menemui suaminya.

Kehadiran istrinya itu membuat Zai sedikit tersentak dan buru-buru menghampiri wanita itu. "Apa yang kau lakukan? Kau kan nggak boleh banyak bergerak dengan perut sebesar itu!" ia membantu istrinya berjalan menuju salah satu sofa.

Kayla tersenyum kecil dan membalas, "Habis kau lama sekali, sih. Lagipula sebentar lagi kita akan pergi ke rumah sakit, kan?"

Selama sepersekian detik, wajah Zai tampak muram, tapi langsung menutupinya dengan senyum kecil agar istrinya tidak khawatir. "Kau benar. Tunggu di sini, aku akan keluarkan mobil dulu."

Kayla mengangguk dan membaringkan dirinya di sofa ruang keluarga. Sudah sejak pagi tadi perutnya terasa sakit karena kontraksi, tapi wajahnya tampak cerah karena tahu buah hati yang telah dikandungnya dalam sembilan bulan terakhir akan segera lahir. Ia meminta Zai pulang cepat dari kerja dan membuat janji dengan dokter. Dan sekarang ia akan segera menuju rumah sakit.

Tentu saja sebelum hari besar itu, ia sudah memeriksakan kandungannya beberapa kali dan memastikan jenis kelamin bayinya. Hatinya semakin berbunga-bunga saat mengetahui bayinya adalah laki-laki, yang sejak awal kehamilan sangat diinginkannya. Ia ingin segera melihat bayi kecil itu keluar dari perutnya, memeluknya, dan memanggilnya dengan nama yang sudah dipilihkannya; Zachary.

Tidak lama kemudian, Zai kembali ke dalam untuk membantunya berjalan memasuki mobil, dan mereka segera berangkat menuju rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Zai mengurus formulir dan berkas lainnya di resepsionis, sementara beberapa orang perawat membantunya duduk pada kursi roda selama menunggu.

Kyle, saudara kembar Kayla—yang juga merupakan salah satu dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut—menghampiri keduanya, tapi langsung menarik Zai agak jauh untuk bicara. Kayla sempat heran mengenai apa yang mungkin dibicarakan kedua orang itu tapi tidak boleh didengar olehnya. Lagipula Kyle bukan dokter di bagian kandungan—walaupun mungkin pria itu tahu beberapa hal mengenai kelahiran. Belum lagi wajah kedua orang itu tampak serius. Tapi Kayla tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan semua itu, ia punya perutnya sendiri untuk dikhawatirkan.

Seorang perawat mulai mendorong kursi rodanya ke ruangan persalinan, dan jantung Kayla semakin berdebar-debar. Perawat itu mengajaknya bicara untuk membuatnya lebih santai, tapi yang ada dalam pikiran Kayla hanyalah bayinya.

Kayla tidak ingat apa yang terjadi selama perjalanan menuju ruang persalinan dan saat ia masuk ruangan tersebut. Pandangannya agak nanar karena rasa sakit pada perutnya. Saat ia sadar lagi, tubuhnya sudah diposisikan pada kursi bersalin, dan beberapa orang perawat berlalu lalang di sekitarnya, tampak mempersiapkan persalinan.

Betapa terkejutnya Kayla melihat kalau Kyle juga ada dalam ruangan tersebut, dengan penutup kepala dan masker yang terbuka. Padahal ia cukup yakin Kyle bukan dokter bagian kandungan, kecuali pria itu tiba-tiba saja beralih profesi. Kyle tampaknya membaca ekspresi saudara kembarnya tersebut dan berkata, "Zai memintaku untuk menggantikannya."

Kayla mengernyitkan dahi dan bertanya, "Zai tidak akan ke sini?"

Kyle menggeleng pelan. "Dia bilang, 'maaf'."

Padahal Zai sudah berjanji untuk mendampinginya selama proses kelahiran, tapi perkataan Kyle barusan jelas tidak mendukung situasi tersebut. "Maaf? Maaf apanya?"

"Ssh... jangan pikirkan hal-hal yang tidak ada hubungannya. Fokuskan seluruh kekuatanmu pada otot perut—"

"Aku tanya KENAPA?!" tanpa sadar, Kayla membentak. Ia perlu jawaban, ia tidak dapat membayangkan dirinya melahirkan tanpa Zai di sisinya.

Ruang persalinan itu jadi hening selama beberapa saat, seluruh mata memandang ke arah dua saudara kembar tersebut. Sampai akhirnya Kyle berkata, "Tekanan darahmu naik, itu tidak baik untuk proses kelahiran."

Sebenarnya Kayla masih ingin mendesak saudara kembarnya untuk memberi jawaban, tapi lalu ia dikejutkan dengan kontraksi pada perutnya. Ia mengerang kesakitan, dan perawat-perawat di sekitarnya langsung tampak sigap.

"Dorong, Kayla, kau bisa melakukannya," Kyle berkata pada saudara kembarnya.

Walaupun kepalanya masih dipenuhi tanda tanya, Kayla tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang dikatakan saudara kembarnya tersebut. Setelah beberapa saat berusaha mendorong, ia masih tidak dapat merasakan bayinya keluar.

"Sama sekali tidak ada tanda-tanda crowning, dokter," salah seorang perawat berkata.

"Siapkan vacuum cup," Kyle memerintahkan.

"Apa...? Kenapa...?" Kayla berusaha bertanya, tapi ritme napasnya tidak mendukungnya untuk bicara lebih banyak.

"Maaf, tapi sepertinya kami harus menarik bayimu keluar," Kyle berkata, tampak sibuk menyiapkan sesuatu dengan perawat-perawat lainnya.

"Aku masih bisa dorong... kenapa...?" Kayla dapat merasakan air mata mulai membasahi matanya. Tidak ada yang mendengarkan, semuanya tampak sibuk berbicara mengenai sesuatu yang tidak dimengertinya.

Lalu beberapa orang perawat menghampirinya sambil membawa sesuatu yang berbentuk seperti pipa panjang. Ia tidak tahu alat apa itu, tapi ia merasa kalau itu bukan sesuatu yang umumnya terjadi pada kelahiran normal.

"Apa yang—" napas Kayla tercekat saat ia merasakan pipa itu dimasukkan perlahan ke dalam rahimnya. "Apa yang kalian lakukan?!"

Kyle tiba-tiba saja sudah berada di sisinya, mengelus dahinya dengan lembut sambil berkata, "Tidak apa-apa... tidak akan sakit. Rasanya mungkin sedikit seperti cabut gigi."

Cabut gigi? Bicara apa saudara kembarnya itu? Ini adalah proses kelahiran, jelas berbeda dengan pencabutan gigi busuk. Seharusnya Kyle lebih tahu daripada dirinya. Kan? Tapi entah kenapa Kyle mengatakannya seolah-olah itu memang dua hal yang serupa.

Kayla tidak punya banyak waktu untuk berpikir karena tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu dari dalam rahimnya ditarik keluar perlahan. Ia berteriak ngeri. Secara fisik, sakitnya memang tidak seberapa. Tapi ia tidak habis pikir kenapa bayinya harus dikeluarkan dengan cara seperti itu. Dan lagi, ia masih dalam keadaan sadar sepenuhnya.

"Hentikan!! Hentikan!!" Kayla memekik-mekik ngeri, air mata mengalir membasahi pipinya. Ia tidak dapat bergerak karena tangan dan kakinya terikat pada kursi persalinan. Sejak kapan tangan dan kakinya diikat? Ia bahkan tidak dapat mengingatnya.

'Sesuatu' yang ditarik dari dalam rahimnya itu perlahan mulai keluar, dan teriakannya semakin keras. Ia menangis dan menjerit, memohon agar orang-orang itu berhenti. Tapi tidak ada yang menggubris teriakannya, dan ia terus berteriak sampai tenggorokannya sakit.

Tiba-tiba saja sesuatu mengguncang kedua bahunya, dan saat ia membuka mata, pandangannya yang basah bertemu dengan sepasang mata cokelat keemasan yang sangat dikenalnya. Kekhawatiran terpancar jelas dari wajah pemilik mata tersebut.

"Kau tidak apa-apa, Kayla? Ada yang sakit?" Zai bertanya.

Kayla mengerjap beberapa kali, seolah-olah pria di hadapannya akan menghilang tiba-tiba kalau ia melakukannya. Tapi pria itu masih ada di hadapannya, walaupun agak samar karena pandangannya terhalangi air mata.

"Zai...?" akhirnya ia berhasil mengeluarkan suaranya yang parau.

"Kau mimpi buruk lagi?"

Mimpi buruk?

Perlu beberapa saat bagi Kayla untuk dapat mencerna satu frase tersebut, sampai akhirnya ia dapat mengingat semuanya. Ia mengangkat tubuhnya dan langsung memeluk suaminya, menangis sejadi-jadinya dalam pelukan pria itu.

Zai mengelus kepala dan punggung istrinya dengan prihatin. Sudah tiga bulan sejak mereka mengetahui kalau anak pertama mereka tidak lahir dengan selamat karena terlilit tali pusar dan terlambat diketahui. Tapi kejadian itu masih saja terulang dalam mimpi buruk yang hampir setiap malam menghantui istrinya.

Satu-satunya alasan kenapa ia tidak mengalami mimpi yang sama adalah karena ia tidak berada dalam ruangan itu pada saat semuanya terjadi. Dua minggu sebelum kelahiran, sebenarnya ia sudah tahu kalau bayi dalam kandungan istrinya sudah tidak bernyawa, tapi dokter kandungan mereka memintanya untuk merahasiakan hal tersebut. Kalau sampai istrinya tahu, mungkin akan terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.

Pada dasarnya, janin yang meninggal beberapa saat sebelum dilahirkan harus dilahirkan secara normal dan pada waktunya. Operasi caesar sangat tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi-komplikasi tertentu. Dan kalau sang ibu mengetahui janin dalam kandungannya sudah tidak bernyawa, bukannya tidak mungkin trauma karena membawa-bawa jasad tak bernyawa dalam perutnya hanya akan membahayakan diri sang ibu sendiri.

Walaupun berat, Zai setuju untuk merahasiakan hal tersebut demi keselamatan istrinya. Tapi ia tidak dapat membawa dirinya menyaksikan semua itu, sehingga ia meminta adik iparnya untuk menggantikannya pada proses kelahiran.

Sekarang ia menyesali keputusannya saat itu. Ia jadi bertanya-tanya apakah keputusannya untuk merahasiakan semua itu adalah benar saat ia melihat istrinya mengalami mimpi buruk hampir setiap malam sejak saat itu. Ia tidak dapat membayangkan kengerian seperti apa yang dilihat istrinya dalam mimpi buruk tersebut. Teriakan wanita itu setiap malam mengiris-iris hatinya, dan yang bisa dilakukannya hanya memeluk istrinya.

Setelah beberapa saat menangis, Kayla tampak kelelahan dan kembali tertidur. Tapi Zai biasanya tidak dapat tidur lagi setelah itu. Ia memang berbaring di kasur dengan istrinya dalam pelukannya, tapi tidak tertidur sampai pagi datang beberapa jam kemudian.

Pagi harinya, biasanya Zai lah yang mengambil alih pekerjaan rumah sebelum berangkat kerja. Kayla sudah berhenti bekerja sejak usia kandungannya menginjak bulan keenam, dan tampaknya wanita itu tidak berniat untuk bekerja kembali.

Sejak saat kelahiran itu, Kayla lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, membaca buku di kasur atau sofa ruang keluarga sepanjang hari. Wajah wanita itu hampir selalu tampak sembab karena sering menangis, jadi ia juga jarang keluar rumah.

Beberapa orang terdekatnya; saudara, ipar, ataupun ibunya, kadang datang untuk bicara, tapi biasanya ia tidak tampak atusias menanggapi pembicaraan tersebut. Ia juga menolak untuk menemui psikolog karena tidak suka ide seorang psikolog mengunjungi psikolog lainnya untuk konsultasi, dan Zai tidak memaksanya. Tentu saja ia juga melakukan hal lain selain membaca buku, tapi baru akan bergerak untuk melakukan sesuatu kalau Zai juga melakukannya bersama.

Zai tidak bisa protes karena ia tahu istrinya masih berduka. Tapi ia terus bertanya-tanya kapan mereka akan dapat pulih.

***

Glossary:
Crowning: Proses keluarnya bayi dari rahim yang ditandai dengan tampaknya kepala (atau anggota badan lainnya) sang bayi.
Vacuum cup: sejenis alat penghisap (seperti vacuum cleaner dengan tekanan lebih rendah) yang digunakan untuk membantu proses kelahiran. Biasanya terjadi kalau sang ibu tidak mampu mendorong sendiri.

Seguir leyendo

También te gustarán

108K 19.2K 33
COMING SOON...
47.2K 5.9K 10
Katanya pemimpin perusahaan WterSun Group itu jahat. Katanya pria berusia 25 tahun itu suka menindas orang tanpa ampun. Katanya orang bernama Yuno Ba...
Rasa Por darklatte_

Novela Juvenil

8.7K 561 60
Bagi Rayhan, Saras adalah hujan yang turun di gurun yang panas. Bagi Saras, Rayhan adalah kekhawatiran yang tak ada habisnya. Dua dunia yang berbeda...
213K 10.8K 37
Naksir bapak kos sendiri boleh gak sih? boleh dong ya, kan lumayan kalau aku dijadikan istri plus dapet satu set usaha kosan dia