1. PASSING BY

De rawrnana

8.4K 4.7K 19.2K

❝ Kamu dan segala kenangan yang tersisa ❞ ⚠️TIDAK UNTUK DIPLAGIAT⚠️ Ini Cerita keduaku, cerita yang sangat in... Mai multe

Prolog
1. the beginning of all
2. Dia yang asing
3. TODAY
4. The secret of hera
5. Mariposa
6. Temanku
7. They are bad
8. What If
9. Menetap atau pergi
10. Mago
11. Orang jahat
12. Dia?
13. Tau
14. Mulai
15. Through me
16. Putus Asa
18. Rainbow
19. Hasil
20. Makan malam dan...
21. pulang dan datang
22. A DREAM
23. Ada apa?
24. Harta Saya
25. Semua oke
26. Happin€ss
27.The next
28. To the bond
29. Aku dan rasa sakit
30. Renggang untuk menyatu
31. Usaha untuk mengutarakan
32. Hello Ra
33. On me
34. Sepeda
35. my wish
36. I know now
37. beautiful time
38. Bohong
39. Tenang
40. Keluargaku
41. gonna leave
42. Tertidur
43. Apapun
44. Laut
45. Penebusan dan terima kasih

17. Tentang dan tantang

145 108 500
De rawrnana



~•••***•••~

Syukur, adalah salah satu rasa yang kini tengah dirasakan oleh siswa sekolah 'GAMA' mereka telah menjalani ujian tengah semester mereka. Tinggal menunggu hasil yang dapat memuaskan mereka semua.

Telah berakhir tiga hari yang lalu dan disekolah tak diadakan pelajaran, melainkan class meeting.

"Kenapa kepikiran?"

Satu kata itu sejak tadi, ah ralat sejak dua hari yang lalu telah berputar dikepala Hera.

"Pagi, bahkan malam gaada tanda-tanda," ujarnya membatin.

Hera mengetukkan jemarinya diatas meja seraya terus melamun, sesekali pandangannya mengarah pada pintu kelas yang sekarang nampak sepi karena banyak yang lebih memilih diluar.

"Coklat atau susu Ra?" Hera terlonjak ketika sosok Levi berdiri didepannya menyodorkan sebuah susu kotak coklat.

"Ga suka," ujarnya pada Levi.

Levi mengerutkan dahinya bingung menatap Hera, "loh tumben? Biasanya Lo ngamuk minta sama gue." ucap Levi diselah tawanya.

"Ga mood, diabetes kalo minum yang manis Mulu," ucapnya mengalihkan ucapan.

"Jehan?" Hera menatap Levi dengan mata memicing.

"Sana!" usir Hera.

"Suka sama Jehan Ra?" tanya Levi.

"Enggak Jehan," jawab Hera dengan nada malas, sialnya Hera malah mengucap nama Jehan bukan Levi.

"Eh? Apa? Apa tadi barusan?" cicit Levi tertawa mendengar ucapan Hera.

"Bawel ya Lo, sana gak!" tegas Hera membuat Levi menghembuskan napasnya dan beranjak keluar.

"Ra lusa ikut gue ya, dan Lo ga boleh nolak!" teriak Levi sebelum dirinya benar-benar menjauh dari kelas Hera.

Hera tak menjawab, bahkan menatap Levi.

"Gak kerasa bentar lagi naik semester dua, terus lulus. Bingung, apa bisa gue nyampe ke titik itu ya ...," lirih Hera menatap susu kotak yang diberikan oleh Levi tadi.

"Bisa gak bisa, harus bisa ... Takdir gaada yang tau,"

***

"Hera!"

Mendengar namanya dipanggil Hera lantas mengedarkan pandangannya, dan menemukan Alana yang berdiri tak jauh darinya.

Wajah Hera terlihat biasa ketika melihat gadis itu berjalan mendekati nya.

"Hai Ra?" sapa Alana tersenyum lebar.

Hera membalas senyuman itu dengan kikuk, "hai." jawabnya.

"Oh ya Ra, aku dua hari ga masuk sekolah. Apa ada pengumuman?" tanya Alana yang mendapati gelengan dari Hera.

"Huft ... Syukur deh," ujar Alana.

"Gue duluan," kata Hera.

"Sebentar Ra," cetus Alana menahan tangan Hera.

"Apa?"

Alana tak menjawab melainkan mengeluarkan handphone yang ada di saku seragamnya, mengotak-atik handphone tersebut lalu menunjukkan sesuatu pada Hera.

"Apa?" tanya Hera beralih pada Alana.

"Foto tukar cincin sama Jehan," ucap Alana menunjukkan jari manisnya yang kini terpasang sebuah cincin.

Hera tersenyum, "butuh ucapan selamat? Selamat Alana, gue ikut bahagia. Oh iya gue duluan." pamit Hera pergi, dia menepuk bahu Alana sebelum menjauh.

"Mereka tukar cincin ... Jadi karena itu mereka ga masuk selama tiga hari,"

Hera menggeleng kan kepalanya, kembali sadar dan melanjutkan langkahnya ke suatu tempat.

"Aku gasuka Hera, dia baik tapi juga jahat," ujar Alana menatap kepergian Hera.

"Emang rada nyebelin sih tuh anak," Alana menatap sosok gadis yang berdiri disampingnya.

"Kamu??" ucap Alana membulatkan matanya.

"Tenang ... Gue gaakan kunci Lo di toilet lagi, gue cuma mau sesuatu dari Lo," ujarnya pada Alana.

"Apa?" tanya Alana.

Gadis itu berbisik pada Alana, membuat Alana lantas membulatkan matanya lagi. Dengan ragu dirinya mengangguk setuju.

"Aku setuju," ucapnya.

***

"Selamat siang nona Lora, sudah lama tidak kemari," sapa sang kepala sekolah pada Lora.

Alora tersenyum ramah lalu duduk dikursi yang telah di sediakan.

"Saya sedang banyak pekerjaan, jadi baru bisa kemari. Apa semua baik-baik saja, apa ada kenakalan baru, atau justru anak perempuan itu berbuat ulah baru?" tanya Alora, yang ia maksud adalah Hera.

Pihak sekolah tak mengetahui bahwa Hera adalah anak Alora.

Kepala sekolah itu tertawan ringan, "tidak, dia tidak nakal lagi saat ini." jawabnya.

"Saya muak Dengan tingkah murid seperti itu, membuat malu nama sekolah saja," ungkapnya.

Kepala sekolah itu hanya mampu tertegun mendengar ucapan Alora yang terdengar sangat tak menyukai hal yang menurut orang biasa saja.

"Kau ada perlu apa kemari nona Lora?"

"Hanya memastikan sesuatu, dan melihat yayasan peninggalan orang tua saya ini," ujarnya.

"Semua dalam kendali baik, kau tidak perlu khawatir," Alora mengangguk-anggukan kepalanya seraya melihat keadaan sekolah yang tengah ramai dari ruangan kepala sekolah.

Alora melihat semuanya dari jendela ruangan itu, anak-anak itu tampak tertawa riang membuat Alora merasakan kehangatan.

"Dulu saya pernah seperti mereka ... Lalu hilang, hilang semuanya ...,"

Alora mengambil tasnya yang ada di kursi lalu pamit pada kepala sekolah untuk pergi.

"Saya duluan, jika ada sesuatu segera hubungi saya," ujarnya.

"Baik nona,"

Berjalan menelusuri koridor sekolahan dengan melihat para siswa dan siswi yang tengah bermain, atau bahkan sekedar bercerita membuat Alora menyunggingkan sedikit senyumnya. Entah itu tulus atau hanya citra yang sengaja Alora buat agar terkesan baik didepan orang.

"Saya akan segera menghubungi bapak apabila ini di setujui oleh pihak sekolah ...,"

"Saya harap di setujui, mohon bantuannya,"

Mendengar suara orang yang ia kenal membuat Alora beralih pada sumber suara itu.

Deg

"Alora?" panggil Yolan ketika mendapati keberadaan Alora disekolah ini.

"Senang bertemu dengan mu, lagi," lontar Yolan mendekat pada Alora.

"Dunia itu luas, kenapa harus ketemu sama kamu," cetus Alora membuang wajahnya kearah lain.

"Kau sedang apa kemari?" tanya Yolan.

"Bukan urusan kamu, permisi?" tegas Alora pergi begitu saja.

Yolan dengan cepat mengejar Alora yang berjalan cepat.

"Alora tunggu sebentar!" Alora tak menggubris panggilan Yolan dirinya dengan cepat menuju kearah mobilnya.

"Alora!"

"Saya minta maaf!"

"MAAFKAN SAYA!"

"MA--"

Ucapan Yolan terpotong ketika Alora masuk ke mobilnya dan segera pergi begitu saja.

"Maaf ...," lirih Yolan.

Dirinya menatap mobil yang kini telah melaju perlahan menjauh darinya, sorot matanya merasakan sakit saat ini.

"Bapak?" ucap Hera ketika menyadari keberadaan Yolan tengah berdiri menatap arah luar.

Yolan tersadar akan kehadiran Hera segera menetralkan wajahnya agar Hera tak curiga.

"Hera, kamu sekolah disini?" Hera mengangguk.

"Bapak sedang apa kemari?"

"Ada urusan, tapi sudah selesai," lontarnya.

Hera manggut-manggut dan tersenyum.

"Bapak kayak habis ngejar orang? Muka bapak keringetan ...," cetus Hera.

"Tadi saya lagi cari taksi buat pulang," ujar Yolan.

"Bapak mau pulang?" tanya Hera.

"Iya ini mau pulang,"

"Bareng aja pak, tapi jalan kaki. Saya gabisa bawa bawa kendaraan soalnya," mendengar penuturan Hera, Yolan lantas tertawa pelan.

"Ada-ada saja, sudah besar kok belum bisa bawa kendaraan ...," ucap Yolan bergurau.

"Gaada yang mau ngajarin," ucap Hera jujur.

"Yaudah ayo pulang, jalan kaki nih," ajak Yolan pada Hera.

Mereka berdua berjalan bersama dengan Hera yang bercerita tentang mengapa dirinya tak bisa membawa kendaraan bahkan anak yang seusianya sudah banyak bisa.

"Mama itu sibuk kerja jadi ga sempat buat ngajarin saya segala hal, kalo papa ... Saya gapunya papa," tutur Hera.

"Gapunya?" tanya Yolan bingung, lalu Hera mengangguk.

"Mama ga pernah cerita, kalau papa saya dimana, entah sudah meninggal atau memang sengaja tak muncul," jujur Hera, yang membuat Yolan merasa tak enak.

"Pasti ada alasan dibalik itu," ucap Yolan.

To be continued
******

Sekian makasih
Next part bakal ku up visual anak-anak ini :)

Spam Next?

Continuă lectura

O să-ți placă și

720K 4.7K 15
Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara seorang magang dan seorang wakil rakyat...
Cafuné De REDUYERM

Ficțiune generală

122K 11.1K 36
(n.) running your fingers through the hair of someone you love Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menj...
SCH2 De xwayyyy

Ficțiune generală

134K 18.4K 48
hanya fiksi! baca aja kalo mau
839K 31.5K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...