Malam Pertama Tanpa Selaput D...

By AyraNFarzana

26K 356 11

Kisah Adiba yang ditalak pada malam pertama. More

Malam Pertama Berakhir Petaka
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
PoV Azam
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 11
Bab 12

Bab 9

1.3K 28 0
By AyraNFarzana


“Apa yang kalian lakukan!” Tanpa disadari Luna berjalan menghampiri kami.
Azam sesaat menoleh pada Luna, lalu kembali menoleh ke arahku.

“Aku sedang memberi pelajaran padanya,” ucap Azam menatapku. “Kamu jangan pergi dari rumah ini atau aku akan kembali mempermalukanmu,” bisiknya di telingaku.

Azam melepaskan cengkeraman tangannya dan berjalan menghampiri Luna yang berdiri tak jauh dari kami.

Gadis itu menatap kami dengan wajah penuh tanya.

“Mana ada memberi pelajaran sedekat itu.” Luna tampak tak suka dengan apa yang dilakukan Azam tadi.

“Beneran, aku cuma mau memberi dia pelajaran karena dia tidak mau melakukan apa yang aku perintahkan. Masa kamu cemburu sama cewek bau seperti dia.” Azam menunjukku.

Akhirnya Luna percaya dengan ucapan Azam. Dia pun bergelayut manja pada lengan Azam seraya memandangku. “Beb, kalau berbicara soal bau, kayaknya kamu deh yang bau!” sekilas dia memandangku. Lantas kembali memandang Azam seraya menutup hidungnya dan melepas tangannya dari lengan Azam.

Azam mengangkat lengannya secara bergantian dan mencium bau badannya sendiri. “Baiklah, Aku mau mandi dulu,” pamitnya pada Luna.

Setelah kepergian Azam, Luna duduk menunggunya di ruang tamu. Sedangkan aku bergegas ke dapur untuk membersihkan  sisa makanan mereka.

Setibanya di meja makan, Aku segara mengatur napas yang  sudah terasa sesak, karena menahan tangis sedari tadi. Air mataku pun akhirnya berjatuhan membasahi pipi dan meja makan.

***

Setelah kehadiran Luna tempo hari. Aku lebih memilih untuk menghindari Azam. Aku tidak ingin mendengar caci-maki kembali keluar dari mulutnya.

Setiap pagi aku keluar kamar, setelah Azam berangkat kerja dan masuk ke dalam kamar sebelum dia pulang. Ada dan tiada dirinya bagiku sama saja, tidak ada bedanya, karena dia tak memedulikanku sama sekali.
Beruntung, pria itu selalu memesan makanan cepat saji, jadi aku tidak perlu menyiapkan makanan dan bertatap muka secara langsung dengannya.

Hingga suatu ketika tanpa sengaja aku melihatnya, saat  terbangun lewat tengah malam karena kehausan. Terpaksa aku keluar kamar untuk mengambil air minum. Biasanya sebelum tidur sebelum tidur aku membawa sebotol air ke dalam kamar. Malam itu, kebetulan terlupa.

Pada saat keluar kamar, aku melihat Azam sedang tertidur meringkuk tanpa bantal ataupun selimut di atas sofa yang terletak di ruang keluarga. TV juga  masih dalam keadaan menyala.

Tanpa menghiraukannya, aku melanjutkan langkah kaki menuju ke dapur untuk mengambil minum.

“Maaf, semua aku lakukan, hanya untuk membalaskan dendam kakakku.”

Mendengarnya, seketika aku menghentikan langkah dan berbalik untuk memandangnya. Ternyata Azam hanya mengigau. Aku pun bergegas menuju ke dapur untuk mengambil air minum.

***

“Adiba.” Icha menghampiriku  yang duduk termangu di perpustakaan kecil yang berada di sekolah usai mengajar. Kebetulan, perpustakaan sangat sepi, tidak ada siswa yang berminat untuk membaca. Maklum, buku-buku yang ada di sana belum komplit. Kebanyakan hanya buku pelajaran saja.
Icha duduk di kursi yang terletak tak jauh dariku.  “Beneran sekarang kamu dan Azam tinggal satu rumah?” tanyanya.

Aku menganggukkan kepala.

“Apa dia memperlakukanmu dengan baik?” Icha memandangku.

Aku kembali menggelengkan kepala. Aku menjelaskan padanya bagaimana Azam memperlakukanku.

“Maafkan aku, Adiba. Aku dan Fahrul yang memintanya untuk menjemputmu,” terang Icha.

Icha juga menjelaskan, jika dirinya melakukan hal itu, karena dia berharap Azam bisa menerimaku seiring berjalannya waktu. Apalagi saat ini aku sedang mengandung anaknya. 

“Tapi ternyata caranya membawamu pulang pun salah. Sekali lagi maafkan aku. Adiba.” Icha menangkupkan kedua tangannya. Dia tampak sangat menyesal.

“Semua bukan salahmu, Cha. Semua yang terjadi memang sudah takdirku,” ucapku lesu.
Hidupku hancur, bukan karena salah siapa-siapa. Sudah sedari awal, Azam tidak mempercayaiku. Mungkinkah, jika aku menikah dengan pria lain akan bernasib sama seperti saat ini?

“Kenapa kamu tidak menolaknya, Adiba?”
Aku menundukkan kepala. Lalu menerangkan pada sahabatku itu alasan aku menerima permintaannya untuk kembali bersama. Hanya demi bayi dalam kandungan agar tidak terlahir tanpa seorang ayah.

Aku lantas menceritakan Luna pada Icha. Bagaimana sikap mereka saat berada di hadapanku. Aku pun bertanya padanya apakah benar wanita itu adalah pacar Azam.

“Mana mungkin dia punya pacar? Setahuku dia itu tidak pernah bermain wanita.” Icha tak percaya dengan apa yang aku katakan.

Menurut Icha, Azam tidak mungkin memiliki wanita lain. Karena dia pria yang baik.
Bila Azam benar pria yang baik-baik mana mungkin dia menghinaku seperti itu.
Teringat igauan Azam tempo hari, akhirnya aku menanyakan pada Icha Apakah Azam memiliki seorang kakak. Karena aku penasaran, apakah ada kaitannya dendam Azam dengan diriku.

“Aku kurang tahu juga soal itu, Mas Fahrul juga tidak pernah menceritakannya padaku. Coba nanti aku akan menanyakannya  pada Mas Fahrul.”

Fahrul dia yang lebih tahu tentang Azam. Aku meminta Icha untuk menanyakan perihal Luna dan kakak Azam pada Fahrul.

“Yang sabar, Adiba. Aku yakin suatu saat Azam pasti akan memperlakukanmu dengan baik. Insya Allah, aku juga akan membantumu dengan cara menasihatinya.” Icha bangkit dari duduknya. Dia menepuk pundakku pelan, sebelum pergi meninggalkan perpustakaan.

Icha sangat menyesal dengan kejadian yang menimpaku dan Azam. Karena, dulu dia yang selalu meyakinkanku, jika Azam merupakan pria yang baik. Namun, kenyataan dia tidak seperti yang diduga.

***

“Dari mana saja, Kamu?” bentak Azam saat aku baru pulang ke rumah.

Hari ini aku pulang malam, karena mampir terlebih dahulu ke rumah Bapak dan Ibu. Sudah beberapa hari aku tidak ke sana.
Sebenarnya Ibu sudah meminta untuk pulang lebih awal. Namun, aku menolaknya. Rasanya aku ingin berlama-lama di rumah Ibu, hanya di sana tempat ternyaman untuk melepas penat.

Aku tak menjawab pertanyaan ataupun memandang Azam yang tengah berdiri di ruang tamu. Sepertinya dia memang sengaja menungguku pulang. Aku pun berjalan melewatinya begitu saja.

“Berhenti!” bentaknya lagi.
Namun, aku tetap tak menggubrisnya dan melanjutkan berjalan menuju kamar.

“Adiba!”

Kali ini Azam berjalan menghampiri. Dia menariku kuat, hingga tubuh ini membentur dada bidangnya. Hingga tidak ada jarak di antara kami.

Aku bisa mendengar suara detak jantung Azam yang cepat. Napasnya pun juga terasa memburu.

Sesaat aku larut dalam kedekatan ini. Mungkin jika Azam benar-benar mencintaiku, situasinya pasti akan berbeda.

Sadar akan apa yang sedang terjadi Azam bergegas kembali menegakkan badannya.

“Jangan pergi saat aku sedang bicara!”
Aku hanya diam tak menimpali perkataannya.

“Adiba, jawab pertanyaanku!”

“Pertanyaan mana yang harus aku jawab.” Aku berdiri seolah-olah menantangnya.
“Dari mana saja kamu?”

“Bukan urusanmu!”

“Jelas ini urusanku, karena kamu istriku.” Dia berbicara dengan menaik turunkan tangannya.

“Istri? Kapan kamu menganggapku sebagai istri?” Aku menatapnya tajam.

“Adiba, beraninya kau!” Azam tampak sangat emosi.

“Bukankah sudah nyata, jika kamu tidak menganggapku sebagai seorang istri. Di depan Luna kau anggap aku ini pembantu bukan? Jadi aku pulang malam atau tidak pulang pun, itu bukan urusanmu!” Aku menggerakkan jari telunjuk dan menggelengkan kepala bersamaan.
Aku lantas membalikkan badan, meninggalkan Azam yang masih berdiri termangu di sana.

Argh!

Teriaknya saat aku akan menutup pintu. Aku masih bisa melihat Azam mengacak rambutnya kasar.  Pada akhirnya dia meninju udara, sebelum beranjak dari sana.

Bersambung ....
Yang mau next kilat bisa ke KBM APP di sana sudah tamat

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 770 16
"Jangan pernah hina anak ku..! dan mengatakan yg tidak-tidak karena kalian tidak pernah tau apa yg sebenarnya terjadi" (ANDINI...
2.4M 36.6K 49
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
126K 4.9K 21
Annisa harus menelan kenyataan pahit saat masa iddahnya belum selesai, harga dirinya harus hancur oleh perbuatan Bima, adik ipar yang dulu adalah man...
4.8K 323 26
"Lgi masak Jay ?"tanyanya dngn santai "Ah! Em...i-iya gua lgi masak"setelah berkata seperti itu Jay buru-buru alihin mukanya ke pisau yg ada di tngnn...