Voice Of Love

By Alena_Koa

19.1K 1.5K 322

Drama percintaan di dunia penyiaran radio.. Cerita ini hanya karangan fiksi belaka... ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž IN YOUR AREA!! B... More

Bab 1 - A Galileo Manoban
Bab 2 - Jane
Bab 3 - New Comer
Bab 4 - Bitter Encounter
BAB 5 - Affair?
Bab 6 - Confession
Bab 7 - Mengikhlaskan
Bab 8 - I feel The Pain
Bab 9 - Under Pressure
Bab 10 - Hari Patah Hati Jennie
Bab 11 - Misunderstanding
Bab 12 - She said yes?
BAB 13 - Jennie's Misery
Bab 14 - Backstreet
Bab 16 - Give Him A Chance
Bab 17 - Better With You
Bab 18 - Better With You II
Bab 19 - Bucin
Bab 20 - Full of Hope
Bab 21 - Precious
Bab 22 - Menantu Idaman Bapak

Bab 15 - Trouble Maker

614 61 21
By Alena_Koa

Don't forget vote and komen!

Semoga betah yaa karena ceritanya panjang banget... So, kalo bisa baca sampai akhir krn plot keseruannya ada di part yang ga ketebak hehehe.

~•~•••~•~

Jika Leo dan Jennie tengah dihadapkan dengan pertengkaran mereka. Lain cerita dengan Rose dan Jisoo.

Rose tengah diliputi rasa bahagia, pasalnya seharian ini dia menjalankan sesi maternity photoshoot. Kejutan yang diberikan Jisoo kepadanya.

Jisoo berkata hasil maternity photoshoot ini akan dipajang saat baby shower di Bandung nanti.

Mobil sedan hitam mewah milik Jisoo baru saja tiba di garasi mobil rumahnya. Jisoo memarkirkan di sebelah mobil Rose yang tadi dipinjam Echan untuk ngedate dengan Somi, pacarnya.

"Aku ke atas duluan ya.." Ucap Rose.

Jisoo mengangguk. Rose keluar mobil meninggalkan Jisoo yang masih sibuk dengan urusan membersihkan interior mobil.

Rose menutup pintu. Lantas berjalan masuk ke rumah. Saat tengah melewati mobilnya, Rose tanpa sengaja menangkap sesuatu yang ganjil. Rose membelalakkan mata mendapati body mobil bagian depan seperti ada bekas goresan, dan penyok seperti bekas benturan.

Rose pun dengan cepat melangkah ke dalam. Ia ingin segera meminta penjelasan kepada Echan.

Rose membuka pintu kamar Echan tanpa permisi. Membuat Echan yang tengah asyik main game terperanjat berdiri.

"Teteh.." Sapa Echan.

"Echan.. Itu mobil teteh kenapa penyok??" Tanya Rose. Echan tertunduk takut.

"Ma-Maaf teh.. Tadi Echan ga sengaja." Ucap Echan.

Rose menghela nafas pelan lalu duduk di ranjang, disamping Echan.

"Kamu tahu kan, itu mobil pemberian Mas Jisoo dan mas Jisoo itu sangat merawat mobil-mobilnya dengan hati-hati. Kalo Mas Jisoo marah gimana?"

"Jelasin ke teteh Chan. Kenapa mobil teteh bisa penyok kaya gitu?" Tanya Rose.

"Jadi tadi, Echan lagi jalan ke tikungan simpang 3 teh. Echan kan jalan lurus jalannya juga ga ngebut juga ga pelan, pokoknya cepet aja terus tiba-tiba dari arah lain ada mobil ugalan-ugalan, Echan kaget teh, terus Echan banting setir ke kanan nabrak pembatas jalan yang beton itu teh."

"Ya ampun.. Tapi kamu ga ada yang luka kan?? Somi juga ga papa kan??" Tanya Rose khawatir.

Echan menggeleng pelan. Rose menghela nafas lega lantas memeluk Echan meskipun sedikit kesulitan. Echan membalas pelukan Rose erat.

"Teteh bersyukur, kamu dan Somi ga papa Chan." Ucap Rose. Echan mengangguk di pelukan kakaknya.

"Terus mas Jisoo gimana teh?? Echan takut kalo mas Jisoo marah sama Echan."

Echan menatap Rose dengan penuh khawatir.

"Hmm. Semoga aja mas Jisoo ga tahu ya."

Rose mengelus rambut Echan berusaha menenangkannya.

Rose dan Echan lantas terdiam untuk beberapa saat.

"ECHAN!!!"

Pelukan Rose dan Echan terlepas saat mendengar teriakan Jisoo yang telah sampai di depan kamar Echan. Lantas Jisoo menyelonong masuk.

Echan pun diliputi rasa takut kala menatap Jisoo yang matanya melotot dengan amarah yang seolah akan dilepaskan. Echan pun menundukkan kepalanya.

"Kenapa mobil Rosie bisa penyok dan tergores?" Tanya Jisoo tajam.

"M..Maaf mas.. Echan ga sengaja!" Ucap Echan pelan.

"Lo bisa bawa mobil kan?? Kalo lo emang ga bisa bawa mobil, ga usah sok-sokkan minjem mobil." Ucap Jisoo seraya mencengkram kuat kaos Echan bagian atas.

Sedang tangannya yang lain mengepal di atas bersiap untuk memberikan pukulan ke muka Echan. Echan semakin dibuat takut oleh Jisoo.

Rose bangkit lantas mendekati Jisoo untuk menenangkannya. Rose lantas memeluk Jisoo dari samping. Tangan Rose mencoba melepas cengkeraman tangan Jisoo di kaos Echan.

"Mas... Udah!!" Ucap Rose memperingatkan. Tatapannya khawatir menatap suaminya terbawa emosi.

"Ngedate ga perlu bawa mobil, gegayaan banget sih pakai mobil. Biar apa Chan? Biar dikira anak sultan lo, Hah??" Omel Jisoo.

"Udah mas. Stop! Jangan marahin Echan, dia ga sengaja. Dia tadi cuma mencoba menghindari mobil yang ugal"an, Echan lepas control karena sempat oleng sampai akhirnya mobil aku nabrak pembatas jalan."

"Turunin tangan kamu! Ga usah pakai kekerasan gini bisa gak sih??" Tanya Rose kesal.

"Lo tahu kan Chan, biaya perawatan mobil kalo penyok gitu mahal?"

Kembali Jisoo meluapkan amarahnya kepada Echan.

"Untuk biaya perawatannya nanti biar aku aja yang tanggung yaa.. Aku masih ada uang tabungan." Ucap Rose lembut.

Jisoo menatap Rose tajam.

"Bukan masalah siapa yang bakal biayain perawatannya. Tapi ini masalah tanggung jawab!" Bentak Jisoo tepat di depan wajah Rose.

"Harusnya kalo lo tahu lagi minjem mobil, lo jaga baik-baik mobil itu. Mau itu mobil bokap lo, ataupun teteh lo. Itu namanya bertanggung jawab!" Ucap Jisoo melepas kasar cengkeramannya.

Lalu berlalu keluar kamar meninggalkan Rose dan Echan dengan perasaan yang masih kesal.

"Teh..." Ucap Echan menatap Rose pilu.

Pancaran wajah ketakutan masih tergambar di wajahnya.

"Udah ga papa.. Biar nanti teteh yang ngomong ke mas Jisoo. Besok pagi kamu minta maaf lagi aja ya ke mas Jisoo. Ya udah teteh nyusul mas Jisoo dulu ya. Kamu langsung istirahat! Jangan begadang main game!" Ucap Rose mengusap lembut puncak kepala Echan.

Echan mengangguk.

"Makasih teh!"

Ucap Echan tersenyum senang saat Rose berjalan keluar kamarnya.

"Buruan istirahat Chan!" Ucap Rose sebelum dia menutup pintu kamar Echan. Echan mengangguk.

🎙🎙🎙

Hari Senin pagi segenap crew penyiaran dan staff office di Gemintang Radio tengah melakukan meeting mingguan di ruang meeting, sedangkan untuk program siaran pagi ini, dari hasil tapping beberapa hari lalu.

"Hari ini Pak Mino sedang berhalangan hadir karena sedang sakit. Jadi, nanti akan saya wakili jika ada yang ingin mengurus sesuatu."

"Oke itu aja meeting kita hari ini. Barangkali ada yang ingin bertanya? Silahkan!" Ucap Jisoo yang memimpin meeting pagi ini.

"Tidak mas.." Ucap para crew serempak.

"Oke kalau gitu kita tutup meeting hari ini dengan doa ya. Silahkan Hanbin pimpin berdoa hari ini!" Ucap Jisoo.

Setelah berdoa para crew segera meninggalkan ruang meeting untuk melanjutkan rutinitas masing-masing.

"Tumben banget tampilan lo klimis gini, pakai kemeja dan berdasi."

Komentar Hanbin sembari menarik-narik dasi Leo, sedangkan Leo yang berjalan sambil merangkul Hanbin pun hanya mengulas senyumnya.

"Tau nih! Kenapa sih tumben amat lo!" Timpal Jeffrey.

Leo, Jeffrey, Hanbin, Dika, dan Mark tengah berjalan bersama menuju lantai bawah.

"Gue kan sekarang kerja di kantor perusahaan pabrik kertas mas. Gue disana jadi staff HRD." Ucap Leo.

"Oh iya??" Tanya Mark tak percaya.

Leo mengangguk.

"Terus siaran lo gimana Le?" Tanya Dika.

"Gue mau resign."

Sontak membuat teman-temannya tersentak kaget.

"Yaah.. Sayang banget, udah ga ada yang bakal bawain makan siang buat gue dong!" Ucap Hanbin.

"Kenapa mesti resign Le? Kalo siaran lo bisa jadi side job buat lo?" Tanya Jeffrey.

"Gue takut gue ga bisa ngimbangi sama kerjaan gue mas.."

Sementara itu, Jennie yang berjalan bersama Rose, Ashley, Krystal, Yoona, dan teman-temannya yang lain, mendengar pembicaraan Leo dan teman-temannya karena Leo berjalan di belakang Jennie. Jennie pun kembali muram.

"Ke pantry yu.. Makan-makan, gue kebetulan bawa cimol sama cireng banyak banget. Tadi beli sebelum berangkat ke radio." Ajak Yoona.

"Yah, sayang banget gue habis ini siaran." Ucap Rose cemberut.

"Untuk bumil, nanti gue sisain deh." Ucap Yoona merangkul Rose.

"Bener nih??" Tanya Rose.

"Iyaa lah.." Ucap Yoona. Rose pun girang.

Sesampainya di lantai 1 Rose lantas masuk ke ruang siaran karena bersiap untuk siaran. Sedang Jennie mengikuti Yoona ke pantry.

Saat akan masuk Jennie merasakan tarikan dari belakang. Jennie menoleh, ternyata Leo yang menariknya. Raut Jennie seketika berubah menjadi kesal.

"Mau apa?" Tanya Jennie.

"Aku mau ngomong sama kamu, sebentar aja." Ucap Leo mengiba.

"Dimana?" Tanya Jennie.

"Mana aja terserah kamu."

"Ruang santai dekat mushola. Aku cuma punya waktu satu jam, karena habis ini mau tapping ke ruang produksi." Ucap Jennie.

"Ga masalah.. Aku habis ini juga akan ngasih surat resign ke mas Jisoo sebelum ke kantor." Ucap Leo.

Raut kesal Jennie seketika berubah muram saat mendengar kata-kata resign.

🎙🎙🎙

"Kemana aja kemarin? Kenapa ga angkat telepon dan ga balas semua pesan dari aku?" Tanya Leo.

Dia dan Jennie tengah duduk bersama di sofa ruang santai dekat mushola lantai 2.

"Lagi males sama kamu." Ucap Jennie dingin.

Jennie tampak menghindari tatapan ke arah Leo. Leo menghela nafas lelah.

"Masih marah soal aku bakal resign? Please lah sayang.. Kamu jangan kaya anak kecil gini deh.." Ucap Leo kini dia mencoba menyentuh Jennie namun Jennie selalu menghindar.

"Siapa juga yang kaya anak kecil?" omel Jennie.

"Kalau aku cuma kerja di radio, bapak kamu bakal tetap memandang rendah aku Jen. Tapi sekarang aku udah jadi staff kantor Jen, jadi bapak kamu ga bakal mandang rendah aku lagi." Ucap Leo.

"Bukan masalah itu Le, cuma aku ga suka kalau mesti jauh dari kamu, beda tempat kerja, beda jam kerja. Pasti akan sulit ketemu kamu." Ucap Jennie murung.

Leo tersenyum tipis. Leo menarik tangan Jennie untuk digenggamnya. Leo pun mencium punggung tangan Jennie.

"Aku janji akan prioritasin waktu kita setelah pekerjaan aku." Ucap Leo.

"Aku akan ketemu kamu tiap hari, aku akan antar jemput kamu, kemanapun kamu pergi. Asal aku lagi ga sibuk." Ucap Leo.

"Bukan masalah itu Le.." Ucap Jennie menatap Leo wajahnya yang memerah menahan air mata.

"Apa lagi, hemm?" Tanya Leo.

"Aku akan kangen waktu siaran berdua sama kamu." Ucap Jennie meneteskan air matanya.

Leo tersenyum tangannya terulur menghapus air mata Jennie.

"Kamu cengeng banget deh yang. Bikin gemes deh.. Aku cium juga nih!"

Goda Leo mendekatkan bibirnya ke bibir Jennie. Jennie reflek memukul lengan Leo. Membuat Leo terkekeh dan segera menjauhkan tubuhnya dari tubuh Jennie.

Leo pun menarik Jennie ke pelukannya. Sembari terus menenangkan Jennie dan meyakinkan Jennie agar mau menerima keputusannya.

🎙🎙🎙

Leo mengetuk pintu ruangan Jisoo dengan hati yang tegang.

"Masuk!" Teriak suara dari dalam.

Leo pun segera membuka pintu. Terlihat Jisoo tengah sibuk menerima telepon.

"Duduk dulu Le.. Tunggu bentar yaa, gue baru dapat telepon dari media Jakarta." Ucap Jisoo. Leo mengangguk patuh seraya tersenyum tipis.

"Oke.. Terima Kasih atas informasinya, akan segera kami beritakan di siaran radio setelah ini." Tutup Jisoo.

Jisoo pun tampak mengetikkan sesuatu ke pcnya. Setelah itu beralih pada pesawat telepon lain, pesawat telepon yang biasa dipakai khusus untuk area kantor. Setelah menempelkan telepon, Jisoo lantas mengetikkan nomer.

"Bin.. Tolong kasih tahu ke Rosie stop program dulu! Bacain Breaking News musisi yang meninggal, sebentar. Headlines sama isi berita udah gue kirim ke PC announcer cuma tinggal baca doang! Sekarang!"

"...."

"Oke thanks Bin."

Jisoo menutup teleponnya lantas mengalihkan perhatian ke Leo.

"Sorry Le.. Gue anggurin, yah gini deh kalo Pak Mino ga berangkat." Ucap Jisoo.

"Gapapa Mas."

Leo tersenyum tipis.

"By the way, ada apa nih? Apa ada yang penting?" Tanya Jisoo.

"Jadi gini mas, harusnya sih gue ngomong ke Pak Mino. Cuma karena Pak Mino lagi sakit, jadi gue mau ngomong ke lo aja."

"Iya ngomong apa?" Tanya Jisoo.

Leo menyodorkan amplop putih besar ke hadapan Jisoo. Jisoo pun menatap heran.

"Gue mau resign dari radio mas." Ucap Leo. Jisoo tersentak.

"Kenapa Le??" Tanya Jisoo.

"Gue kebetulan banget udah diterima kerja di salah satu perusahaan." Ucap Leo.

Jisoo menggaruk dahinya yang tidak gatal. Seraya mengambil surat resign dari Leo.

"Per tanggal hari ini??" Tanya Jisoo menatap Leo. Leo mengangguk.

Jisoo menggigit bibirnya. Tampak berfikir. Lalu menutup surat itu.

"Leo... Sebenarnya, radio kita lagi butuh announcer, apalagi minggu ini Rosie bakal ambil cuti 4 hari untuk acara Baby Shower di Bandung. Otomatis bakal ada slot program yang kosong announcer, nah kalo lo juga ikut resign di minggu-minggu ini gimana nanti jalannya program siaran kita?" Tanya Jisoo.

"Gue bukannya mau menahan lo supaya lo ga resign, cuma masalahnya Gemintang radio itu lagi kekurangan penyiar cowok. Makanya minggu kemarin waktu gue, Mas Wendy, dan Pak Mino meeting, kita sempat berencana buat bikin lo jadi announcer tetap disini. Juga akan ada rekrut announcer cowok baru."

"Semenjak Satria pindah ke jaringan radio kita di Yogya kita ga punya announcer cowok. Lo keberatan ga, kalo misal lo tetap siaran tapi pas lo ga kerja, atau siaran khusus malam pas lo pulang kerja? Jadi siaran ini bisa lo jadiin sebagai side job lo." Ucap Jisoo panjang lebar.

"Kalo gue pikir-pikir lagi gimana mas?"

"Oke.. Tapi jangan lama-lama yaa.. Nanti, biar gue susun lagi jadwal siarannya. Lo coba dulu minggu ini, apakah lo bisa bagi waktu atau ga, kalau ga ya lo boleh resign."

Leo mengangguk.

"Makasih mas Jisoo, kalau begitu gue pamit dulu karena mau berangkat ke kantor." Ucap Leo menyalami Jisoo.

"Oke.. Lo bawa lagi aja suratnya." Ucap Jisoo membalas jabatan tangan Leo.

Leo memungut surat beserta amplopnya dari meja Jisoo lantas pamit keluar.

Jisoo menghela nafas menatap kepergian Leo. Lalu menyandarkan tubuhnya di kursi.

🎙🎙🎙

Jisoo baru saja menutup pintu ruang produksi untuk berangkat meeting menggantikan Mino nanti siang. Namun, tiba-tiba Jennie kembali ke ruang produksi setelah 10 menit yang lalu dia meninggalkannya.

Jisoo menatap heran Jennie.

"Kenapa Jen??" Tanya Jisoo.

"Flashdisk gue ketinggalan mas." Ucap Jennie.

"Oh.. Ya udah masuk aja." Ucap Jisoo menggeser tubuhnya, memberi jalan Jennie. Lalu Jisoo berjalan meninggalkannya.

Jennie menyodorkan access cardnya. Tak lama pintu ruang produksi dapat dibuka, Jennie pun buru-buru masuk ke dalam.

Jennie mengambil salah satu dari beberapa flashdisk yang ada di ruang produksi. Lantas memasukkan ke dalam kantongnya dan meninggalkan ruangan tersebut. Tak lupa Jennie menguncinya.

🎙🎙🎙

Jisoo tengah fokus menyetir, dia tengah dalam perjalanan mengantar Rose ke dokter kandungan sebelum dia meeting.

"Jadi kali ini kamu ga bisa nemenin lagi?" Tanya Rose kecewa.

"Ya mau gimana lagi, om Mino sakit, jadi aku yang harus menggantikan om Mino ngehadiri meeting ini." Ucap Jisoo.

"Tapi kan selain kamu ada mas.. Bisa nyuruh mbak Yoona kan? Om Mino juga biasanya gitu kok kalo ga ada kamu. Atau kenapa ga ditunda aja?" Tanya Rose yang mulai kesal.

"Ini meeting dengan client penting, jadi ga bisa main nunda-nunda gitu aja." Ucap Jisoo.

"Jadi menurutmu, periksa kandungan anakmu sendiri ga penting?" Tanya Rose yang tanpa dia sadari sudah menyulut emosi Jisoo.

"Apasih? Jangan mulai deh!" Ucap Jisoo tajam.

Sementara Rose memilih membuang mukanya ke jendela.

Sesampainya di rumah sakit, mobil Jisoo lantas berhenti tepat di depan lobby. Jisoo mencondongkan tubuhnya untuk mengecup bibir Rose.

Tak lama Jisoo keluar mobil dengan cepat untuk membukakan pintu Rose.

"Nanti kamu telepon aku selesainya jam berapa aku bakal jemput kamu." Ucap Jisoo.

Rose tak banyak bicara ia hanya mengangguk sebagai jawaban karena dia masih kesal dengan Jisoo.

Jisoo mencium kening Rose, dan lantas menunduk untuk mengelus perut Rose.

"Dedek, baik-baik ya. Jangan rewel kalo dokter lagi meriksa!" Ucap Jisoo diakhiri kecupan.

"Aku berangkat ya!" Ucap Jisoo. Lagi-lagi Rose hanya mengangguk.

Jisoo memutar tubuhnya untuk memasuki mobilnya. Tak lama mobil itu berjalan meninggalkan lobby rumah sakit.

Rose yang masih berdiri di depan lobby pun menatap hampa kepergiaan mobil Jisoo seraya mengusap-usap perutnya.

"Aku pikir kamu udah berubah.."

🎙🎙🎙

Rose baru saja selesai periksa kandungannya dengan Yongki. Setelah USG, Rose dan Yongki nampak berdiri berdampingan bersandarkan pada ranjang.

Di ruangan itu hanya ada mereka berdua, karena Yongki sengaja menyuruh perawatnya untuk istirahat makan.

"Jadi, suamimu ga bisa nganter kamu lagi?" Tanya Yongki dengan tatapan yang dia tujukan pada Rose.

Sedangkan Rose hanya diam tertunduk. Mood dia sedang tidak baik sekarang. Helaan nafas keluar dari mulut Yongki.

"Kenapa kamu masih mau mempertahankan rumah tangga dengan laki-laki tak bertanggung jawab seperti dia?" Tanya Yongki.

"Aku cinta dia.." Balas Rose singkat.

"Lalu kamu, kamu ga berhak ikut campur urusan rumah tangga aku. Kamu bukan siapa-siapa aku." Ucap Rose dingin.

Yongki tersenyum tipis.

"Justru karena aku menyayangimu, sehingga aku peduli terhadapmu. Aku tidak suka kamu dikasari suamimu. Aku ingin melindungimu, aku juga ingin membahagiakanmu lebih dari yang pernah suamimu lakukan untukmu. Aku masih sama sayang kamu, Rosie." Ucap Yongki yang kini mulai menggenggam tangan Rose yang menyentuh ujung ranjang.

Rose menarik tangannya dari genggaman Yongki.

"Yongki.. Apa tidak ada sosok wanita lain bagimu sehingga kamu mau-maunya menggoda wanita yang sudah bersuami? Dan kini dia juga tengah hamil besar??" Tanya Rose marah.

Tatapan tajam juga dia arahkan pada Yongki.

"Tolong, Rosie.. Buat apa kamu mempertahankan rumah tanggamu yang tidak sehat itu?? Itu hanya akan menyakiti kamu Rosie. Aku tidak ingin kamu lebih menderita kalau kamu tetap mau mempertahankannya." Ucap Yongki tangannya pun sudah menggenggam erat tangan Rose.

Rose menggeleng keras.

"Aku ga bisa.. Aku ga bisa pisah dari suamiku, aku yakin suamiku akan--"

Belum sempat Rose meneruskan kalimatnya, pintu terbuka lebar Jisoo tiba-tiba datang. Dia menatap tajam ke arah Rose dan Yongki yang masih menggenggam tangan Rose.

"Oh bagus.. Pantas lama! Ga taunya lagi pacaran antara dokter dan pasien?" Sindir Jisoo.

Rose memaksa melepaskan tangannya dari genggaman Yongki.

"Mas.. Kamu jangan salah paham. Aku ga ada hubungan apa-apa sama dia. Dia cuma masa lalu aku." Jelas Rose saat mendekati Jisoo.

"Jadi, kalian balikan, gitu?" Tanya Jisoo menatap Rose dan Yongki bergantian.

Rose menggeleng, matanya pun mulai berkaca-kaca.

"Seenggaknya selama gue dan Rosie menjalin hubungan dulu, gue ga pernah main kasar sama Rosie. Jangankan memukul dia, menyakiti dia aja gue ga pernah. Kita dulu putus baik-baik. Dan sekarang gue berharap bisa lagi berhubungan sama dia." Ucap Yongki.

"Ga tau diri banget lo ya. Masih mau sama wanita bersuami." Ucap Jisoo geram.

"Gue ga peduli.. Rosie lebih pantas sama gue daripada sama lo."

Bugh!

Satu pukulan dari Jisoo cukup mampu membuat Yongki terhuyung. Sedangkan Rose menjerit kaget.

Jisoo memberi pukulan untuk kedua kalinya, kini membuat kepala Yongki membentur alat usg. Darah mengalir dari sudut kepala Yongki hingga mengenai jas dokternya. Sementara Rose menutup mulutnya karena tangisannya mulai keluar dengan keras.

"Asal lo tahu.. Gue bisa aja beli rumah sakit ini, ataupun membuat rumah sakit manapun menolak lo jadi dokter. Gue bisa ngancurin karir lo seketika!"

"Mas Jisoo udah!!" teriak Rose memperingatkan suaminya.

Lantaran keributan yang terjadi di dalam salah satu ruang periksa dokter kandungan, membuat beberapa perawat, pasien, dan dokter mendekat ke ruang tersebut.

Namun tidak ada yang berani menghentikan, mereka tahu siapa yang sedang mereka hadapi. Lantaran Sutopo papa Jisoo adalah salah satu pemilik saham di rumah sakit itu, mereka hanya memberikan tatapan iba melihat Yongki berdarah-darah.

Dengan tubuhnya yang semakin lemah, Yongki berusaha untuk membalas Jisoo, Yongki mengambil timbangan yang ada di lantai lantas memukulkan ke Jisoo.

Namun sayang, Jisoo mampu menghindar. Bahkan Jisoo menendang perut Yongki dengan lututnya. Membuat Yongki semakin lemah dan terjatuh di lantai.

Rose semakin terisak bercampur malu karena dia menjadi tontonan banyak orang saat ini. Seakan tidak peduli dengan keadaan, Jisoo membawa Rose keluar dari ruang tersebut melewati beberapa orang yang menatap lekat ke arah keduanya.

🎙🎙🎙

Leo baru saja menyelesaikan pekerjaan di hari kedua ia bekerja. Dia pun membereskan mejanya sebelum dia pulang. Saat tengah sibuk dengan beres-beresnya, bunyi dering handphone menghentikan aktivitasnya.

Leo lantas mengambil handphone lalu mengangkat telepon tersebut.

"Halo, dengan siapa?"

"Gue Seno.. Leo lo bisa kan ke rumah sakit sekarang?"

Leo terbelalak saat tahu yang menelepon adalah Seno, lantaran sudah semenjak Seno operasi kepala, dia sempat mengalami koma.

"Oke gue kesana sekarang."

Leo bergegas meninggalkan ruangannya setelah menutup telepon untuk segera ke rumah sakit.

🎙🎙🎙

"Gue seneng akhirnya lo sadar." Ucap Leo berbasa basi.

Seno tersenyum tipis. Ia masih begitu lemah sehingga jarang mengeluarkan suara.

"Jadi lo yang membawa gue ke rumah sakit saat kejadian gue pingsan di depan Gemintang Radio?" Tanya Seno pelan.

"Oh.. Ah itu, gue kebetulan lewat aja mau ke radio. Tapi gue lihat lo ya udah gue nolongin lo." Ucap Leo seraya menggaruk tengkuk lehernya.

Seno tersenyum tipis.

"Makasih lo udah nyelametin gue. Coba aja kalo lo ga datang, mungkin gue udah ga disini."

"Eh jangan ngomong gitu.."

Seno tersenyum tipis.

"Hmm.. Lo beneran tulus mencintai Jennie?" Tanya Seno.

"Ke kenapa lo tanya gitu Sen?"

"Ga.. Gue cuma pengen tahu aja."

Leo mendadak pilu.

"Gue emang sayang sama dia, tapi gue sadar diri, gue ga bisa lebih baik dari lo. Yah mungkin untuk saat ini gue masih menikmati hubungan gue sama dia. Tapi jika sewaktu-waktu tiba saatnya lo harus tunangan sama dia, gue akan siap untuk kehilangan Jennie." Ucap Leo.

"Gue bakal berkorban karena gue mau Jennie mendapat pria yang bisa menjamin kebahagiaannya, pria yang memang udah dipilihkan bapaknya, dan itu lo..."

Seno tersenyum tipis mendengar jawaban Leo.

🎙🎙🎙

Tepat pukul 16.25 WIB Rose dan Jisoo tiba di terminal kedatangan bandara Bandung. Rose tersenyum senang karena ia akan segera melepas kerinduannya dengan kedua orang tuanya.

Rose mengedarkan pandangannya mencari keberadaan orang tuanya. Sedangkan Jisoo sibuk mendorong troli berisi koper.

"Teteh, mas Jisoo!" Sebuah teriakan seorang perempuan yang tak asing bagi Rose terdengar.

Baik Rose dan Jisoo pun menoleh ke belakang. Benar saja papa mama Rose, beserta aki dan nini dari mama, dan eyang kakung dari sang papa tersenyum ke arahnya.

Rose tersenyum. Setelah mendekat mereka pun saling berpelukan dengan Rose melepas kerinduan mereka.

Mereka pun juga menyapa Jisoo sebagai anggota baru di keluarga mereka.

"Mah ini ada oleh-oleh khas Solo titipan mama papa." Ucap Jisoo seraya membawakan satu kardus besar oleh-oleh khas Solo.

"Loh mas Jisoo, bilangin ke Jeng Dara dan Mas Topo ga perlu repot-repot bawa sesuatu." Ucap Joy.

"Ga papa mah.." Ucap Jisoo seraya tersenyum.

"Gimana kabarnya cucu mamah?" Tanya Joy. Seraya asyik mengusap perut Rose.

"Sehat mah.. Kemarin Senin sempat periksa dan dedek udah aktif banget gerak. Udah bisa merespon suara teteh juga, kalo malem suka banget nendang sampai teteh bangun.." Ucap Rose haru.

"Teteh sehat kan??" Tanya Johnny yang masih merangkul Rose.

"Iya pah.. Papah, mamah, aki nini sama eyang sehat juga kan??"

"Sehat. Alhamdulillah" Balas eyang.

"Echan kok ga ikut pulang Rosie?" Tanya Nini.

"Echan katanya mau nanti malem Ni, dia nunggu pacarnya selesai kuliah sore ini. Habis itu nanti malem terbang ke Bandung sama pacarnya." Ucap Rose.

"Echan udah punya pacar??" Tanya Johnny.

"Iya pah!"

"Ga pernah cerita sama papah."

"Ga tau pah, sama teteh aja awalnya ga cerita sebelum akhirnya diinterogasi sama teteh."

"Ya sudah jangan kelamaan ngobrol disini. Mending dilanjut ngobrol di rumah aja, kasian Rosie dan Jisoo pasti capek!" Ucap Aki seraya menepuk bahu Jisoo yang lebih tinggi darinya.

Jisoo tersenyum kecil.

"Ya udah yu.." Ajak Johnny.

Mereka berjalan menuju area parkir, dimana ada dua mobil tipe suv dan sedan yang menjemput Rose. Mobil type sedan milik Johnny dan satunya lagi milik Eyang, yang disetiri oleh sopir pribadi.

"Jadi gimana mah, acara baby showernya?" Tanya Rose dikala mereka tengah dalam perjalanan menuju rumah.

"Mama udah siapin kok, teteh tenang aja. Mama udah sewa eo jadi dekor, catering, fotografi, souvenir udah dalam satu paket itu teh. Jadi baby showernya sabtu sore teh, terus sabtu paginya kita mau ngadain pengajian." Ucap Joy seraya menepuk pelan paha Rose yang duduk di sampingnya.

"Oh iya mah, untuk total biayanya berapa biar Jisoo yang nanggung." Ucap Jisoo yang duduk di depan.

"Ga usah!! Papah udah bayar itu semua. Kalian tinggal terima beres!" Ucap Johnny dingin.

Ya, entah kenapa setiap kali Johnny berhadapan dengan Jisoo memang dia selalu bersikap dingin.

"Hmmm.. Tapi kan ini acara Rosie dan Jisoo pah, biar semua biaya Jisoo yang tanggung aja. Jisoo tidak enak sama papah kalo harus keluar biaya banyak demi ini. Atau kalau papah mau kita bisa patungan pah." Ucap Jisoo.

"Tidak usah! Biar papah semua yang biayain acara ini! Kamu ini ngeyel juga kalo dibilangin." Ucap Johnny penuh penekanan.

Rose terdiam, rautnya berubah tegang karena suasana di dalam mobil yang terasa begitu mencekam.

"Lagian ini karena Rosie dan cucu papah bukan karena kamu!" Ucap Johnny.

Jisoo berkecil hati atas ucapan Johnny, ia pun memilih diam.

"Pah.. Kok papah ngomongnya gitu sih sama Jisoo? Jisoo juga anak kita sekarang." Ucap Joy tidak suka atas sikap suami.

Sedangkan Rose menatap cemas Jisoo yang tampak berubah raut wajahnya.

🎙🎙🎙

"Pagi mah.."

Sapa Rose saat dia baru tiba di dapur, sedangkan sang mama tengah sibuk memasak bersama assisten rumah tangga mereka.

"Pagi teteh.. Semalam tidurnya nyenyak yaa, kok jam segini baru bangun. Hampir jam 10 loh ini.." Tanya Joy.

Rose mengembangkan senyumnya. Lalu mendaratkan dagunya di pundak sang mamah, dan memeluknya.

"Teteh tuh semenjak kandungannya makin gede jadi jarang bisa tidur nyenyak. Apalagi kalo cuacanya panas, dan cuaca di Bandung ini bikin teteh tidur nyenyak mah. Tapi tadi udah bangun subuhan kok mah.. Tenang aja." Curhat Rose.

Joy mengulas senyumnya.

"Suami teteh udah bangun?" Tanya Joy.

"Udah mah.. Lagi ngerokok di taman belakang sekarang."

Joy pun hanya membalas dengan betkata "oh" saja.

"Masak apa Bi?" Tanya Rose menegakkan tubuhnya untuk melihat sang bibi.

"Nasi Hainam Non Rosie." Jawab sang bibi.

Rose mengangguk.

"Masak banyak banget mah. Mau teteh bantuin?"

Tanya Rose saat melihat dapur penuh dengan bahan-bahan masakan, bahkan ada yang sudah jadi.

"Ga usah teh.. Nanti teteh capek. Kasian dedek kalau teteh kecapekan."

"Oh oke.."

"Mas Jisoo bilang ke mamah katanya teteh lagi ngidam masakan sunda, ngidam masakannya mamah. Jadi mamah minta bantuan Bi Lina masak banyak buat makan siang nanti, kan anak-anak mamah pada pulang. Terus ada tambahan nasi hainam dan ayam panggang kesukaan teteh." Jelas Joy.

Rose tersenyum

"Teteh laper gak?" Tanya Joy.

Rose mengangguk.

"Bangun kesiangan sih, itu ada bubur ayam yang beli Somi sama Echan tadi pagi. Udah dingin sih, coba teteh panasin ke microwife teh."

Rose mengangguk. Tak ingin lagi menganggu Joy yang masih sibuk dengan masakannya. Hari ini Joy tampak masak banyak, karena anak-anaknya pulang.

"Echan sama Somi kemana ma?" Tanya Rose saat menunggu bubur ayamnya hangat.

"Tadi Echan ajak Somi ke rumah aki nini, aki kemarin bilang mau kasih sayuran sama buah panenan aki. Makanya mamah suruh Echan aja yang kesana sama Somi biar Somi juga bisa tahu daerah Lembang."

Rose mengangguk.

"Mas Jisoo sukanya makanan apa teh?" Tanya Joy saat Rose tengah menikmati bubur ayam di meja makan dapur.

"Mas Jisoo sukanya ayam ma, mau apapun itu kalo olahan ayam pasti dia suka. Tapi emang yang paling disuka chicken katsu sih."

"Oh iya udah mamah bikinin chicken katsu spesial buat menantu mamah."

Rose terkekeh. Lantas menikmati makanannya.

"Rosie.. Mana sarapan aku." Ucap Jisoo yang baru saja datang ke dapur.

Rose membeku, ia lupa akan niat awalnya pergi ke dapur yang akan membuatkan sarapan untuk Jisoo malah sekarang dia menikmati sarapan seorang diri.

"Mas Jisoo laper?" Tanya Joy.

Jisoo menggaruk tengkuknya.

"I..Iya mah tadinya mau dibikinin Rosie sarapan." Ucap Jisoo.

"Hmm... Teteh malah makan sendiri." Ucap Joy.

Rose meringis.

"Lupa mah" Ucap Rose.

"Sarapan mie tektek sama nugget aja ya mas Jisoo, mumpung mie nya udah mateng, nasinya juga udah mateng."

Jisoo mengangguk.

"Bibi, tolong gorengin nuggetnya ya buat mantu saya." Instruksi Joy kepada Bi Lina.

"Baik Bu.."

"Nanti malem kita ke kawasan Dago yu mas.. Kita jalan-jalan kesana."

Bilang Rose sembari mengenggam tangan kiri Jisoo yang tengah menikmati makannya, sementara Rose sudah selesai. Jisoo mengangguk sebagai jawaban.

"Berdua aja?" Tanya Joy.

Rose mengangguk.

"Kan mau pacaran sama suami." Ucap Rose sembari menautkan tangannya ke lengan Jisoo dan menyandarkan kepalanya di bahu Jisoo.

Jisoo terpaku, karena merasakan ada yang menghangat di hatinya mendengar ucapan Rose.

"Padahal mamah juga pengen ikut.." Ucap Joy mencebikkan mulutnya.

Rose terbahak melihat sang mama cemberut.

🎙🎙🎙

"Makasih hubby.. Kamu udah menuruti ngidamku." Ucap Rose.

Dia mencium pipi Jisoo yang duduk di sampingnya. Setelah itu menyandarkan kepalanya di bahu Jisoo yang berbalut hoodie tebal. Sedangkan tangan Rose mendarat di paha Jisoo yang memakai celana cargo pendek.

Mereka baru saja selesai makan di salah satu Cafe kawasan Dago Bandung yang menjual aneka jajanan khas Bandung.

Jisoo memeluk dari samping Rose. Sementara tangannya asyik mengelus perut Rose yang berbalut dress hamil model sabrina, dilapisi sweater zipper yang zippernya dibiarkan terbuka.

"Emang ngidam apa?" tanya Jisoo polos.

Rose memutar bola mata malas.

"Ya ngidam masakan mamah, ngidam jajanan Bandung juga. Sekarang kan udah kamu turutin.." Ucap Rose.

"Ooh.." balas Jisoo sembari mengangguk-angguk.

"Aku senang banget hubby.."

Ucap Rose mendongak menatap wajah Jisoo. Jisoo pun menurunkan pandangannya membalas tatapan Rose. Jisoo mendekatkan wajahnya ke wajah Rose mengecup bibirnya lalu melumatnya.

Rose terbuai dengan ciuman Jisoo, lantas lebih mendekat kearah Jisoo. Ciuman mereka berlangsung lama sebelum akhirnya.

Tutturutut turutut..

Dering telpon dari handphone Jisoo berbunyi, memaksa mereka melepas ciuman masing-masing.

"Aku angkat telepon dulu ya." Ijin Jisoo. Rose mengangguk.

Jisoo bangkit dari kursinya. Jisoo lebih memilih untuk menjauh dari Rose.


"Berapa kali sih gue bilang sama lo,, jangan ganggu gue lagi." Semprot Jisoo saat dia sudah membukanya.

"Ga kapok juga ya lo,, tiap hari ganggu gue."

"Akhirnya kamu jawab juga telpon dari aku. Aku kangen kamu sayang..."

"Kangen seranjang sama kamu, kangen kamu puasin.."

Terdengar suara wanita yang ada di seberang telepon dengan nada bicara seksi.

Jisoo mendengus kesal. Jisoo menoleh ke belakang memastikan Rose berada di posisinya tadi atau tidak. Merasa aman Jisoo lantas menjawab.

"Dengar gue ya!! Gue udah punya istri gue ga mau lo ngerusak rumah tangga gue--"

"Bukannya kamu terpaksa ya nikahi dia.. Aku tahu kamu ga pernah cinta sama dia."

"Gue juga ga pernah cinta sama lo, tapi lo masih aja ngejar-ngejar cinta gue?" Ujar Jisoo geram.

"Yah gimana dua kali main sama kamu bikin nagih, mana kamu juga ganteng lagi. Jadi ga boleh aku lepas gitu aja. Ayoolah Jisoo layani aku lagi..."

"Ngga.. Sekali ngga.. Tetap ngga.. Jangan pernah ganggu gue lagi."

Terdengar wanita itu tertawa meledek.

"It's okay gapapa kalau kamu ga mau layani aku, bisa aja foto-foto kamu, foto-foto kita bisa sampai ke tangan istri kamu."

Jisoo melotot.

"Oke gue layani lo, tapi ga sekarang karena gue lagi ada di Bandung."

"The reason why i call you sayang... Aku tahu kamu lagi di Bandung, aku juga lagi ngeDJ di Bandung sekarang. Jadi, mau kapan?"

Tut..

Jisoo menutup teleponnya sepihak, dia tampak makin kesal dengan suara perempuan yang acap kali mengganggunya beberapa bulan terakhir ini.

Jisoo lantas kembali ke mejanya untuk pulang dengan Rose.

🎙🎙🎙

Hari sabtu sore, acara baby shower tengah dilaksanakan. Teman saudara dan sepupu Rose ikut merayakan.

Bahkan keluarga dan sepupu Jisoo dari Solo menghadiri acara tersebut.

"Tante Tiffany sama Om Donny kok ga kesini Eyang?" Tanya Rose kala tengah menikmati santapan saat sedang istirahat acara.

Tiffany dan Donny adalah dua kakak kandung Johnny. Donny kakak pertama, sementara Tiffany kakak kedua.

"Om sama tante kamu itu sejak pernikahan kamu seperti menjauhi papah kamu Sie."

Sontak wajah Rose berubah muram. Eyang menghembuskan nafas kasar.

"Eyang juga ga tahu alasan mengapa menjauhi papahmu, tapi setelah kepulanganmu dulu di Bandung, dan om kamu tahu permasalahanmu. Dia marah dengan papahmu karena dianggap menjatuhkan martabat keluarga. Papahmu tetap membela kamu, sehingga om Donny dan papahmu malah jadi bertengkar sampai sekarang."

Rose tersentak mendengar cerita Eyang, dia lantas menunduk dan mengusap lembut perutnya. Rose menahan air mata yang terbendung di pelupuknya.

"Teteh.. Udah selesai kan makannya kita lanjut sesi fotonya yuk. Aku sama Richie kan tadi belum sempat foto sama teteh." Ucap Somi yang baru datang.

Rose mengangguk memaksa untuk tetap tersenyum.

"Oke.. Mas Jisoo udah di depan dekorasi?" Tanya Rose.

Somi mengangguk.

Sesi foto-foto pun mereka lanjutkan hingga akhir acara baby shower tersebut. Ada kebahagiaan di hati Rose namun juga ada kesedihan dan luka disana, mengingat cerita jujur dari Eyang.

Bukan hanya Rose namun Johnny pun demikian, sejak acara pengajian tadi pagi hingga baby shower sore ini tak tampak keceriaan di wajah Johnny. Johnny yang biasa murah senyum kini seolah lebih dingin dari biasanya.

Di kamar Rose tengah bersiap-siap untuk tidur. Menjalani acara seharian penuh benar-benar menguras energinya, Rose kelelahan. Sehingga baru pukul 8.30 dia sudah mengantuk.

Rose membenarkan posisi tubuhnya di bantal hamil, agar tidurnya terasa nyaman. Belum sempat Rose terpejam, ia mendengar suara dering notifikasi dari handphone Jisoo. Rose bangkit dari rebahannya.

Jisoo sedang tidak ada. Dia memilih merokok di taman belakang saat Rose mengajaknya untuk beristirahat di kamar.

Rose pun meraih handphone Jisoo yang tertinggal di nakas kamar. Setelah membuka, Rose dikejutkan dengan beberapa foto unggahan instagram seorang wanita yang sengaja mentag Jisoo. Melihat itu mata Rose berkaca-kaca.

Rose bangkit dari ranjang berniat menemui Jisoo untuk meminta penjelasan darinya. Rose terburu-buru saat menuruni tangga rumahnya.

"Teteh.. Pelan-pelan turunnya nanti jatuh." Ucap Johnny.

Johnny baru akan naik tangga setelah mengambil air putih dari dapur, saat melihat Rose turun dari tangga. Rose tidak menghiraukan ucapan Johnny dan segera menuju taman belakang. Johnny dibuat terheran oleh Rose pun mencoba mengikutinya.

Rose tiba di taman belakang, tepatnya di sisi kolam renang dimana ada Jisoo yang tengah duduk di kursi santai sembari menyebulkan rokoknya dan memetik gitarnya. Rose menatap tajam Jisoo dengan matanya yang sudah berair.

"Ini siapa??" Tanya Rose dingin menunjukkan layar handphone ke depan Jisoo.

Jisoo mematikan putung rokoknya di asbak, dan meletakkan gitarnya bersandarkan punggung kursi.

"Apa sih??" Tanya Jisoo merebut handphonenya untuk melihat lebih jelas Jisoo melotot melihat fotonya kala tidur dengan Hwasa.

'Brengsek Hwasa, udah gue bilang jangan sampai disebar..' Batin Jisoo kesal.

"Itu kamu kan?? Terus cewek yang posting itu siapa??" Tanya Rose.

Jisoo bangkit berdiri di hadapan Rose.

"A-aku bisa jelasin semua, ini cuma salah paham."

"Salah paham apa?? Udah jelas banget ini foto kamu di ranjang dan cewek itu pasti yang fotoin punggung kamu kan?" Tanya Rose yang air matanya kini sudah mengalir.

"Jadi ini alasan kamu dulu jarang pulang??" Tanya Rose tajam.

"Aku paham banget kamu ga bisa mencintai aku. Tapi jangan kaya gini... Kamu udah menyakiti aku mas."

"Aku bisa jelasin Rosie."

"Mau jelasin apa lagi sih? Udah jelas kalau kamu selingkuh.."

"Kamu ga pernah berubah! Tukang selingkuh!" Bentak Rose sembari terisak.

PLAKK!!

Rose merasa terkejut dan panas di pipinya kala sebuah tamparan dari Jisoo mendarat tepat di pipinya.

"Aku ga pernah selingkuh.. Dan itu, itu aku lakuin jauh sebelum kita menikah!" Bentak Jisoo.

Tanpa Jisoo dan Rose sadari Johnny menatap Jisoo dengan tatapan bak seorang singa yang siap menerkam mangsanya. Johnny sudah berdiri di ambang pintu belakang, sehingga dia mengetahui pertengkaran Jisoo dan Rose.

"JISOO!" Bentak Johnny saat dia menghampiri Jisoo dan Rose.

"Berani-beraninya kamu menampar anak saya! Bahkan seumur hidup saya tidak pernah melakukan itu pada anak saya.." Ujar Johnny geram.

Jisoo hanya mampu tertunduk bisu. Ia tidak menyangka Johnny menyaksikan semuanya.

"Jadi begini sikap kamu ke anak saya selama ini?? Cepat kemasi barang-barang kamu dan keluar dari rumah saya! Silahkan kamu pulang ke Solo tanpa Rosie. Rosie saya minta kembali, saya ingin dia melahirkan disini dan tinggal sama saya. Karena saya akan segera urus berkas cerai kalian!" Ucap Johnny tegas.

Rose mendongak, ia semakin dibuat terisak akan ucapan sang papah. Rose merasakan sesak di dadanya. Rose menggeleng keras. Biar bagaimanapun perceraian tidak pernah sekalipun terlintas di benaknya. Rose begitu berat melepas Jisoo.

"Tunggu apalagi Jisoo? Cepat kamu kemasi barang-barang kamu dan pergi dari sini."

Johnny dan Rose terduduk di sofa ruang keluarga saling berhadapan namun tak saling bertukar pandang. Johnny masih sibuk dengan pikirannya sendiri sedangkan Rose masih terus menangis.

Joy, Somi, dan Echan baru saja sampai di rumah setelah tadi mengantar makanan ke rumah saudara. mereka dibuat terheran saat melihat Rose menangis sementara Johnny terlihat tegang.

Joy menyerahkan wadah makanan kepada Somi dan meminta Somi untuk menaruh di dapur.

"Teh... Pah... Kenapa ini? Apa yang terjadi kenapa teteh nangis?" Tanya Joy bingung.

Joy mendekati Rose dan memeluk Rose dengan posisi Joy yang tetap berdiri.

"Papah minta teteh cerai sama mas Jisoo mah.." Ucap Rose pelan.

Joy dan Echan serta Somi yang baru tiba menyusul mereka lantas terhenyak.

"Itu jauh lebih baik daripada teteh mempertahankan rumah tangga teteh." Elak Johnny.

Sadar situasinya sedang tidak mengenakkan, Echan lantas membawa Somi ke kamar Somi di lantai atas. Tak lama setelah Echan dan Somi pergi Jisoo turun dari tangga dengan menyeret kopernya. Perhatian Joy teralihkan oleh suara koper tersebut.

"Mas Jisoo mau kemana?" Tanya Joy.

"Saya pamit mah. Saya mungkin akan menyusul mama papa di hotel. Besok saya akan pulang ke Solo bareng mama papa." Ucap Jisoo entah mengapa matanya berkaca.

"Teteh gimana?" Tanya Joy pada Jisoo.

"Teteh ga ikut!! Teteh akan tinggal sama kita sampai teteh lahiran." Ucap Johnny dengan tatapan kosong.

"Papah tega misahin teteh sama suaminya, misahin dedek dari bapak kandungnya?" Tanya Joy yang geram dengan sang suami.

"Mereka akan segera cerai mah.." Elak Johnny.

"Saya pamit ya mah.." Ucap Jisoo sekali lagi.

Jisoo menghampiri Rose dan berlutut di depannya. Jisoo mengambil tangan Rose untuk digenggamnya.

"Rosie... Aku minta maaf." Ucap Jisoo pelan.

Rose kembali menangis. Jisoo menghapus air mata Rose. Lalu memeluknya erat di dalam pelukan Jisoo tangisan Rose tumpah.

"Mas, jangan pergi..." Rengek Rose.

Jisoo mengecup lembut bahu Rose. Tak lama setelah menikmati pelukan Rose Jisoo lantas melepasnya.

"Baik-baik ya! Mas titip dedek. Jaga dedek baik-baik." Pesan Jisoo. Matanya menatap lekat mata Rose.

"Kalau mas pergi, aku ikut.. Aku ga mau jauh dari mas." Ucap Rose.

"Teteh!! Biarin Jisoo pergi!" Ujar Johnny.

"Teteh sadar ga sih? Semenjak teteh kenal Jisoo teteh sudah melanggar semua prinsip dan janji teteh ke mamah papah. Teteh udah berani free seks, doyan dugem, mabuk dan berujung teteh hamil diluar nikah. Lebih hinanya dia udah jadi tunangan orang lain. Karena kehamilan teteh itu membuat mamah dipecat dari kerjaannya sebagai guru musik."

Ucap Johnny yang membuat Rose tercengang dibuatnya.

"Bahkan papah harus rela dijauhi keluarga papah, kakak papah, sepupu-sepupu papah. Itu semua karena dia!! Dia yang sudah menghancurkan keluarga kita. Dia biang permasalahan keluarga kita. Pergi kamu dari keluarga ini Jisoo!" Ucap Johnny tajam seraya menunjuk Jisoo.

"Pah... Papah udah kelewatan! Papah, ini memang takdir yang sudah digariskan Tuhan untuk keluarga kita. Kita ga boleh melawan takdir. Biar bagaimanapun Jisoo sudah menjadi keluarga kita. Papah ga ingat gimana baiknya keluarga Jisoo ke teteh? Mereka bahkan memperlakukan teteh sebagai anak kandung mereka. Harusnya papah juga begitu. Kenapa papah masih sulit menerima Jisoo sebagai mantu kita?" Tanya Joy berapi-api.

Sontak ucapan Joy membuat Johnny terdiam.

"Pokoknya mas Jisoo ga boleh pergi kemana-mana, malam ini tetap nginep disini." Ucap Joy.

🎙🎙🎙

Jam menunjukkan pukul 18.00 WIB Jisoo, Rose dan Echan baru saja tiba di rumah Jisoo di Solo. Perjalanan jauh dari bandara membuat ketiganya lelah.

Kini ketiganya tengah beristirahat di ruang tengah.

"Mbak Yani malam ini nginep sini lagi aja. Lagian kan ini udah sore banget kasian kalo pulang." Ucap Rose kepada assistennya saat menyajikan minum untuk ketiganya.

Semenjak rumah ditinggal pergi ke Bandung memang assisten rumah tangga Jisoo dan Rose bertugas untuk menjaga rumah mereka sehingga menginap berhari-hari.

"Kebetulan nanti saya dijemput suami saya teh, jadi saya pulang aja. Hmm makan malam juga sudah tersedia, teh Rosie Mas Jisoo."

"Oh gitu ya sudah.."

Saat mereka baru saja menyelesaikan makan malam mereka tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Jisoo dan Rose yang baru akan menaiki tangga lantas mengurungkan niat mereka. Jisoo memilih membukakan pintu diikuti Rose di belakang.

Jisoo tersentak saat membukakan pintu karena di hadapannya ada beberapa aparat polisi.

"Selamat malam kami dari Polresta Surakarta.. Apakah anda yang bernama Jisoo?" Tanya salah satu polisi itu.

Jisoo yang masih shock pun hanya bisa mengangguk.

"Saudara Jisoo, anda kami tangkap! Silahkan ikut ke kantor kami untuk dimintai keterangan."

Beberapa pihak polisi pun memborgol tangan Jisoo.

"Loh pak salah suami saya apa pak??" Tanya Rose yang juga tak kalah shock mengetahui Jisoo ditangkap polisi.

"Saudara Jisoo kami tangkap atas tuduhan penganiayaan."

"Pak... Jangan bawa suami saya. Istrinya lagi hamil besar bapak tega membawa suami saya??" Ucap Rose mulai terisak.

Tangan Rose menarik Jisoo, menahannya agar tidak dibawa polisi. Sehingga terjadi keributan antara polisi dan Rose. Keributan itulah yang membuat Echan yang tadinya tengah bermain game lantas turun dari lantai dua.

"Aku ga papa Rosie.. Aku cuma dimintai keterangan aja kok." Ucap Jisoo mencoba menenangkan Rose.

"Kalau cuma dimintai keterangan kenapa mesti diborgol."

"Aku ga tau.. Kamu baik-baik ya.." Ucap Jisoo.

"Teh.." Panggil Echan yang terkejut dengan kekacauan di rumah Jisoo dia lantas berlari menghampiri Rose.

Echan memegangi tubuh Rose yang masih saja menarik Jisoo.

"Mas?" Tanya Echan meminta penjelasan ke Jisoo.

"Jagain Rosie ya Chan..."

Bukan menjawab Jisoo malah mengalihkan pembicaraan.

"Pak... Jangan bawa suami saya!!" Isak Rose saat polisi itu membawa Jisoo menuju mobil.

"Jangan bawa suami saya pak!!"

Ratap Rose. Merasakan kakinya bagai tak bertulang, Rose pun semakin lemah karena tak mampu menahan tubuhnya hingga akhirnya membuat Rose jatuh pingsan di pelukan Echan.

Sebutan utk papa mama Rose gue ganti jadi Papah Mamah biar kesannya jadi Sunda banget 🤭

~Guest Cast~

Donghae as Donny
Tiffany as Tiffany

Dua kakak Johnny.

Anyway buat yang nanya fokus cerita ini kemana. Gue jawab yaa biar ga pada bingung. Ceritanya disini ada 4 pemeran utama. Chaesoo dan Jenlisa.

Oke semoga suka dan semoga seru ceritanya!!

Makasih buat yg udah baca sampai akhir, kasih komentar dan udah vote. Makasih banget, kalian adalah penyemangat gue!!

Continue Reading

You'll Also Like

189K 9.2K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
102K 10.9K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
478K 36.5K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
452K 45.7K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...