Anargya || Huang Renjun

By Kyaaz_

6K 775 62

"Anargya artinya tidak terhingga nilainya. Namun tidak dengan kehidupanku, bagi mereka hidupku tidak ada nila... More

Cast
Prolog
1
2
4
5

3

557 85 1
By Kyaaz_

Selamat Malam ❤️
Terima kasih buat yang udah baca ❤️

Happy Reading-!!!! ❤️

••••••

Hari ini adalah hari minggu, hari di mana kebanyakan orang memilih untuk di rumah. Entah sekedar untuk beristirahat atau berkumpul dan menghabiskan waktu dengan keluarganya.

Tapi tidak dengan Renjun, yang tersisa hanya beberapa orang yang bekerja di rumahnya. Ayah dan Bundanya pergi untuk urusan pekerjaan dari dua hari yang lalu, sedangkan Jeno dan Jaemin pergi dari semalam.

Ia tidak tau kemana kedua adiknya itu pergi, karena memang mereka tidak bilang kepada Renjun akan pergi kemana.

Pagi ini lelaki tersebut terlihat menuruni tangga dengan senyum di bibirnya, lalu menuju ke arah dapur untuk menghampiri ART nya.

"Selamat pagi, Bi Windy."

Karena mereka terpanggil, sosok tersebut pun menoleh, "Selamat pagi juga, Den."

"Bibi, udah cuci baju belum, ya?"

"Belum, Den. Ini bibi baru mau cuci baju,"

Mendengar jawaban dari Windy, bibir Renjun terangkat membentuk senyuman, "Renjun ikut, ya? Kita cuci baju bareng,"

"Eh, tidak usah, Den. Bajunya biar bibi aja sini yang cuciin,"

"Engga mau. Renjun mau cuci bareng sama bibi. Boleh, ya?" ucapnya dengan raut muka yang memohon.

"Okay, Renjun tidak menerima penolakan. Sebentar Renjun ambil bajunya, bibi langsung ke atas aja nanti Renjun nyusul." lanjutnya seraya menaiki tangga menuju kamarnya.

Sedangkan Windy hanya menggelengkan kepalanya pelan seraya tersenyum, lalu mengambil baju yang akan dicucinya dan membawanya ke tempat khusus mencuci.

Setelah beberapa saat, Renjun menghampiri sang Bibi yang sedang merendam baju-baju. Lalu mengambil satu ember dan mulai merendam baju yang akan dicucinya juga.

Namun ada beberapa baju yang dicuci memakai mesin cuci, dan ada beberapa baju yang dicuci menggunakan tangan.

"Bibi, sabun cucinya di sebelah mana?" tanya Renjun dengan sedikit berteriak. Karena memang Renjun sedang berada di luar tempat mencuci.

"Di sebelah tempat jemuran, Den. Kan ada rak sabun-sabun,"

Renjun yang sudah menemukan yang ia cari pun kembali ke tempatnya, ia duduk di kursi kecil di depan Windy, mereka pun mulai mencuci baju bersama sesekali disertai dengan beberapa candaan.

"Haha, Bibi liat wajah Bi Windy ada busanya." ucapannya dengan tertawa yang cukup keras.

"Loh? Iya kah? Di sebelah mana?" tanyanya dengan mengusap bagian wajahnya, namun bukannya bersih malah menjadi lebih banyak. Karena membersihkan wajah dengan tangan yang masih penuh sabun.

Renjun terkekeh dan membasuh tangannya, lalu membersihkan wajah Bibinya, " Nah, sudah. Sekarang sudah bersih."

Windy tersenyum, "Terima kasih, Den."

Renjun mengangguk, lalu kembali melanjutkan mencuci baju. Setelah beberapa saat akhirnya selesai dengan kegiatan mencuci, dan sudah di keringkan juga. Lalu sekarang tinggal menjemur bajunya.

Renjun berdiri untuk meregangkan ototnya, yang terasa pegal karena terlalu lama pada posisi menunduk. Meskipun itu sudah terbiasa, terkadang tetap saja merasa pegal.

"Embernya biar Renjun yang bawa, Bi. Bibi langsung ke depan aja, buat siapin tempat jemurannya."

Windy pun keluar, lalu Renjun membawa dua ember berisi baju di tangannya dan menjemur semua baju-bajunya. Setelah selesai mencuci dan menjemur baju Renjun pun pamit ke kamarnya.

••••••

"Bibi, Renjun pamit keluar, ya?"

"Memangnya mau kemana?"

"Renjun mau ke rumah Haechan. Renjun kangen sama Mama hehe, kemarin juga Haechan bilang katanya Mama kangen Renjun," Ucapnya dengan senyum yang mengembang.

"Ya sudah, hati-hati di jalan, Den."

"Siap, Bi."

Setelah kepergian Renjun, Windy tersenyum tipis, "Ketika kebanyakan anak mendapat perhatian dari keluarga, tapi tidak dengan dia. Dia harus mencari kebahagiaan di luar rumah, entah dibahagiakan oleh orang lain, atau membahagiakan dirinya sendiri..." batinnya.

Di sisi lain, Renjun telah sampai di rumah Haechan. Ia mengetuk pintu rumah tersebut, "tok...tok...tok.."

Pintu tersebut terbuka, menampilkan sosok yang seumuran dengannya, "Renjun? Akhirnya dateng ke sini, tuh Mama dari kemarin nanyain kamu mulu," Haechan pun merangkul pundak Renjun dan membawanya masuk.

"MAMA, LIAT NIH SIAPA YANG DATENG."

Renjun yang di samping Haechan langsung mendengus pelan, "Berisik, Chan. Engga perlu teriak-teriak,"

Wanita paruh bawa yang awalnya fokus menonton tv teralihkan pandangannya, setelah mendengar anaknya berteriak. Ketika melihat ke arah sang anak, wanita tersebut lantas berdiri lalu menghampiri dua lelaki yang berdiri berdampingan.

"Kamu apa kabar, sayang?" tanyanya seraya memeluk lelaki yang bertubuh mungil.

Lelaki tersebut membalas pelukan di tubuhnya, "Renjun baik, Ma."

"Mama kangen kamu, udah lama ga ke sini. Memangnya ga kangen sama Mama?"

"Kengen dong, Renjun kangen banget sama Mama Yeri."

"Ekhemm, itu Renjunnya ga mau disuruh duduk dulu gitu, Ma?"

"Loh iya, Mama lupa," Yeri melepaskan pelukannya, lalu mempersilahkan anak-anaknya untuk duduk.

"Duduk sini, biar deketan sama Mama,"

Mereka berdua duduk dengan posisi Yeri berada di tengah, "Mama, papa di mana? Ko ga keliatan?"

"Papa lagi ada urusan sebentar, sayang. Belum lama juga perginya,"

"Ah begitu, ya." sedangkan Yeri hanya mengangguk.

"Injun sudah makan?" tanya Yeri yang sedang mengusap rambut Haechan, namun dengan pandangan melihat ke arah Renjun.

"Renjun masih kenyang, Ma."

"Memangnya terakhir makan kapan?"

"Tadi pagi,"

"Makan lagi, ya? Sekalian Mama juga mau masak. Ini sudah siang, jadi anak-anak Mama harus makan siang."

Haechan membenarkan posisi duduknya, menjadi menghadap ke arah Yeri, "Mama mau masak apa?"

"Memangnya kalian mau makan apa? Biar nanti Mama buatin,"

"Echan mau pasta, Ma."

"Okay, nanti Mama buatin pasta buat, echan. Kalo Injun mau apa?"

"Samain aja, Ma." jawabnya seraya tersenyum.

"Sebentar, ya? Mama buatin dulu. Kalian jangan berantem,"

Haechan dan Renjun berdecak pelan, "Mama, Echan dan Injun itu sudah besar!!"

Sedangkan Yeri terkekeh pelan, lalu melanjutkan pergi ke dapur untuk membuatkan anak-anaknya makanan. Meninggalkan Renjun dan Haechan yang sekarang sedang berbincang dan sesekali tertawa bersama.

"Semoga tawamu tidak akan pernah pudar, ya. Semoga selalu bertahan, Mama tidak tau gimana nantinya ketika melihat kamu jadi pendiam," Yeri berucap lirih dengan pandangan mengarah ke Renjun.

Setelah menunggu beberapa saat, Yeri telah selesai memasak pastanya, "Echan, Injun sini, sayang. Pastanya sudah jadi,"

Haechan dan Renjun yang asik berseda gurau pun bergegas menuju meja makan, mereka duduk berdampingan berhadapan langsung dengan Yeri.

"Selamat makan sayang-sayangnya, Mama."

Renjun menatap ke arah Yeri, "Mama tidak ikut makan?"

Yeri menggeleng, "Tidak, Mama masih kenyang. Yang penting anak-anak Mama makan dulu,"

"Ya sudah, Renjun makan dulu, Ma. Terima kasih sudah dibikinin pastanya," Yeri hanya mengangguk dengan senyum manis di bibirnya. Ia merasa senang ketika melihatnya, Renjun itu anaknya sampai kapanpun akan tetap menjadi anaknya.

Ketika semua orang mencoba untuk menjatuhkannya, maka ia akan berusaha untuk mengulurkan tangannya untuk membantunya Berdiri. Bukan hanya untuk Renjun, tetapi untuk Haechan juga. Karena ia merasa mempunyai dua anak, yaitu Haechan dan Renjun.

••••••

Hallo Guys

Apa kabar, nih? Semoga selalu baik, ya. Selalu jaga kesehatan.

Jangan lupa vote dan comment, ya. Karena itu bikin aku semangat buat ngetiknya.

Jangan lupa kasih saran dan kritik, terima kasih.

Maaf kalau ceritanya gj, atau ga rapih.

Love you all ❤️


TBC-!!

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 83.7K 44
Di satukan oleh keponakan crush Kisah seorang gadis sederhana, yang telah lama menyukai salah satu cowo seangkatannya waktu sekolah dulu, hingga samp...
587K 45.4K 35
Perpindahan jiwa musim 4 🌼follow akun author untuk membaca🌼 Karalina yang meninggal dunia, tiba-tiba terbangun di tubuh Elisa Karaline. Si antagon...
214K 7.5K 56
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
418K 4.8K 25
Hanya cerita hayalan🙏