Undercover ╏ SooGyu ✓

By hanwistereia

163K 17.2K 5.3K

[lokal-AU] pura-pura pacaran sampai lupa kalau cuman pura-pura More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
12.2
13
14
15
16
17
17.2
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
29.2
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
51.2
52
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71 - last
childish flower (1/3)
childish flower (2/3)

53

1.3K 151 15
By hanwistereia

Ternyata definisi 'kambing' di chapter sebelumnya enggak seharusnya ditujukan untuk Bayu seperti yang Hilal serukan.

Melainkan buat dua orang yang sejak memasuki mall gandengan terus kayak orang mau nyebrang jalan. Padahal tadi Hilal sama Karam bawa motor sendiri-sendiri sudah kayak mau arak-arakan, tapi pas memasuki mall, itu dua orang malah nempelan rapet banget. Lem Fox putih saja kalah rapet sama mereka.

Bayu gak merhatiin juga sih, soalnya dia berjalan dua langkah di depan mereka. Tapi masalahnya ini kupingnya yang gatal.

"Ini gelang kayaknya cocok buat kamu deh."

"Lucu sih, modelnya simpel—eh, ada warna lain ternyata. Kalau kamu pakai yang biru, terus aku yang item, jadi couple-an."

"Tapi aku sering di-lab, gak bisa pakai banyak aksesoris."

"Iya sih ya, yah..."

"Semalem aku lihat ada casing hp, bisa custom gitu. Kalau couple-an sama kamu kayaknya bagus."

"Oh ya? Lihat di mana? Coba aku lihat—"

Casing hape couple-an beli yang bening juga couple-an sama sejuta umat. Bayu julid dalam hati sambil tak lupa mengatai Hilal 'kambing'.

Demi saus barbeque, pada akhirnya Hilal dan Karam jadi objek yang gak berguna sama sekali selain jadi ojek gratis. Mana yang katanya mau bantu milih hadiah, hah? Mana coba? MANA, BAYU TANYA.

Gak ada, soalnya yang ada cuman dua orang pacaran sambil pegang barang ini-itu tapi dibeli kagak—yah, kalau yang ini Bayu juga sih, buktinya sekarang dia lagi mengembalikan lampu meja ke rak pajangan dengan perlahan, takut lecet gan.

Bayu beralih menatap kedua orang 'pengikutnya' yang kini mojok sambil fokus melihati ponsel Karam bersama Hilal. Mungkin masih lihatin casing yang dibilang tadi, yah, bodo amatlah.

"Oh, udah ketemu?" Hilal sadar duluan.

Bayu menggeleng.

"Mau lihat ke tempat lain?"

Bayu mengangguk.

Lantas ketiganya melipir ke tempat lain, tapi mereka cuman berakhir melihat-lihat dan keluar lagi. Mulai dari baju, sepatu, jam tangan, aksesoris, dan lain sebagainya.

"Udah makanya kan gue bilang lo kadoin Fiesta aja." celetuk Hilal sambil mengunyah churros yang sempat dibelinya.

Bayu mendelik. "Gue lagi gak pengen bercanda."

Hilal gak menyahut, tetap anteng mengunyah churros yang tinggal segigit.

"Eh, mampir ke gramed dulu yuk," ajak Karam.

"Bay, kita ke lantai dua ya." kata Hilal.

"Lah, kenapa gue ditinggal?"

"Ya soalnya di lantai dua isinya buku doang, kalau di lantai satu kan banyak barang. Emang lo mau ngadoin Sandi buku? Jangan Bay, entar dia makin pinter, nanti lo makin minder."

"Maksud lo, gue bego?!"

Berakhir Hilal diseruduk Bayu.

Akhirnya ketiganya di lantai dua khusus buku-buku. Ngider masing-masing karena Bayu coba cari buku yang mungkin bakal Sandi suka, sedangkan Hilal gak bakal ngerti buku yang dicari Karam jadi pilih ngacir ke bagian fiksi.

"Mending gue kasih buku apaan ya? Kalau gue lihat di kosan dia punya buku si Bodo Amat itu," Bayu bergumam sendiri. "Atau mending kasih buku yang sebidang sama dia? Tapi gue ngerti ini judulnya mirip-mirip, isinya juga mirip kagak sih? Tapi pengarangnya beda." Bayu mencomot salah satu buku yang langsung membuatnya melotot. Buset, mahal amat, buku tipis gini doang?

Ah, gak boleh Bayu mikir gitu. Ini buku bukan soal tipis atau tebalnya, tapi soal ilmu yang didapatkannya.

Bayu merubah pola pikirnya sambilnya mengembalikan bukunya ke rak.

Akhirnya Bayu iseng berkeliling lagi, sampai akhirnya tanpa disengaja berada di area fiksi, tepatnya di jajaran komik.

Oh, Black Butler udah sampai seri segini ternyata, masih jauh sih sama yang gue baca di tempat haram. Pikir Bayu sambil ambil salah satu komik.

Eh, baru tahu gue kalau Promises Neverland diterjemahin.

Lah, ini komik Miiko zaman gue dari SD masih ada ternyata.

Buset, ini Conan belum tamat-tamat, makin pusing aja kayaknya ceritanya.

WOH, DETEKTIF YAKUMO ADA VERSI KOMIKNYA.

Pada akhirnya, Bayu malah ngacak-ngacakin rak komik.

"Heh, anak onta! Katanya mau cari kado buat Sandi malah nyari komik!" seloroh Hilal yang lihat Bayu lagi jongkok ngambil komik.

"E-eehh, ng-nggak ya! Ini gue cuman lihat-lihat aja, gue gak beli kok!"

"Gak beli tapi numpang baca."

"Gue bukan elo!"

"Halah, gak usah sok suci, lo pasti salah satu oknum yang suka ngelepasin plastik buku secara ilegal kan? Ketahuan dari muka lo!"

"Heh! Sembarangan lu kalau ngomong—AH, ITU!"

"Itu, apaan? Jangan mengalihkan pembicaraan lo!"

"Kagak, serius! Itu ada series baru!"

"Mana?!"

Gak usah dijelasin lagi apa yang terjadi pada mereka berdua.

Sementara itu, karena buku yang dicari Karam gak ada, dia bermaksud buat menghampiri Hilal dan Bayu, tapi pucuk kepala keduanya yang menjulang tinggi gak nampak sejauh Karam mencari.

Kan mungkin kan, gue ditinggal? Gak mungkin banget. Lebih mungkin kalau Karam yang ninggalin keduanya yang ada.

Untung Karam nalarnya tinggi. Dia gak mencari sampai berkeliling, sambil menengok, dia berjalan mengarah ke bagian fiksi terutama ke bagian komik. Dan—jreengg, harusnya Karam gak kaget.

Anak teknik kimia itu berkacak pinggang menatap dua orang yang sedang jongkok sambil fokus pada halaman panel salah satu komik.

"Udah mah wibu, gak modal lagi ya. Integritas penerus bangsa ini sangat memprihatikan."


ღ。◦◝。


"AAARRGHH, GUE HARUS NGADOIN SANDI APA????"


Hilal membuka mulutnya.

"KALAU LO JAWAB FIESTA LAGI, GUE SUMPEL MULUT LO BENERAN PAKE NUGGET BEKU BESOK!"

"Kalau sebungkus sih gak pa-pa, lumayan buat stok lauk sarapan di kosan. Ditunggu yak, Bayu."

Bayu merengut kesal.

"Udah, nih pake helmnya, habis ini kita makan di warteg biar lo kenyang tanpa resek." Karam mengoper helm Bayu dari motornya yang diterima si empu masih sambil manyun.

"Gak usah manyun-manyun, gue gak akan nyium elo soalnya haram, Bay." celetuk Hilal yang membuatnya malah dihantam helm di wajah.

Padahal seharian ini Bayu belum ketemu Sandi, tapi kenapa semua orang jadi nyebelin seolah pada cosplay jadi pacarnya.

Tapi kalau dipikir ulang, dibanding orang-orang pada cosplay jadi Sandi, Bayu lebih milih dibentakkin sama Sandi yang aslinya sekalian sih. Soalnya habis dibentak biasanya enak.

Apanya? Ya banyak yang enak pokoknya. Ditraktir jajan martabak misal, kan enak.

Lantas ketiganya beralih pergi, tapi gak ke warteg seperti yang Karam bilang. Mereka menghampiri suatu daerah yang terkenal dengan toko buku bekas.

"Sorry ya ketunda dulu makannya, gue takut tokonya keburu tutup kalau kesorean."

"Iya, gak pa-pa. Daripada gak dapet."

"Nih, lo jajan batagor atau apa dulu gitu buat ngeganjel." Karam menyerahkan uang kepada Bayu.

"Heh, udah santai aja! Emangnya gue ponakan lo?"

"Ya udah, gue mau jajan cilor, lo mau gak, Bay? Ya pasti mau lah, siapa sih yang gak mau micin? Lo kan generasi micin." tukas Hilal.

"Iya bangsat, saya iyakan saja supaya anjing tidak banyak menggonggong." sahut Bayu membuatnya nyaris digaplok Hilal tapi untung Bayu cepat menghindar dan meletin temannya dengan muka meledek seperti minta ditusukkin kayak cilor.

Menunggu Karam mencari bukunya dan Hilal yang beli cilor gak jauh darinya, Bayu pilih melihat sekeliling.

Meskipun tempat ini terkenal dengan jajaran toko bukunya—terlebih buku bekas dan buku yang sayangnya dicetak ilegal—tapi ada juga gerai yang menjual barang lain seperti barang elektronik usang, alat furnitur plastik yang murah meriah, atau penyedia jasa reparasi, dan banyak lainnya yang gak terlihat dari tempat Bayu berada.

Selain itu, ada beberapa pedagang selain pedagang asongan yang tak bertoko tetap di simpangan. Seperti pengrajin hiasan kayu yang diukir nama yang bersanding dengan penjual rokok dan minuman kemasan.

Begitu saja, Bayu mendekati pengrajin tersebut dan berjongkok di depannya.

"Ukir nama dek, murah cuman 20 ribu nama lengkap, buat gantungan depan kamar."

"Nama aja, bang?"

"Iya dek,"

"Kalau mau ada gambarnya ditempel pake stiker aja dek." sahut pedagang di sebelah sambil tertawa.

"Ndah, si Abang suka bener kalau ngomong," Bayu ikut tertawa. "Bisa bikin gelang sama sama kalung juga, bang?"

"Bisa dek, kalau gelang bisa mau manik bulet aja atau mau pake nama. Pakai ini, nanti disambungin." si Abang menunjukkan butiran ukiran huruf kecil-kecil di kotak. "Kayu asli ini dek."

"Kalau kayu gak asli, gak mudah terbakar ya, bang?" Bayu bergurau membuat si Abang cuman geleng-geleng kepala.

"Bang," kata Bayu, "saya boleh beli mentahannya aja gak?"

[16-09-2021]

Continue Reading

You'll Also Like

72.1K 11K 17
-',✎ Hanya kisah seorang Han Jisung si pembaca kematian. -', ✄ Collaboration with : @leehalq
65.6K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
44.7K 4.9K 44
Semua mahluk lahir dengan sebuah alasan. Begitu pun para Alpha yang di kodratkan menjadi pemimpin juga memimpin apapun, baik keluarga, kota, bahkan n...
106K 18.1K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...