Alshi

By dayanaafarls

64.2K 22.5K 34.7K

"Hey ... do you remember me?" Kisah ini berawal dari seorang gadis yang bosan dengan hidupnya yang monoton, p... More

P r o l o g .
01 | Prefix
02 | New Student
03 | Old Friends
C a s t .
04 | (New) Famous Friend
05 | Bella Kusuma
06 | Business Meeting
07 | Go Home Together
08 | Daily Test
09 | Ashilla Growled!
10 | Start of Problem
11 | Because of Coffee
12 | Special ; Birthday Fateh
13 | Angry
14 | Hangout
15 | Fall?
16 | Annoying Brother!
17 | Evil Thugs
19 | I Called You, Alfie
20 | Fateh's Anger
21 | Meet Again
22 | Jealous?
23 | Alvian's House
24 | Lie
25 | Wish Book
26 | Weird
27 | Library
00 | Announcement

18 | Alfred Leonard

1.6K 538 1.4K
By dayanaafarls

Biasakan vote dahulu sebelum membaca.

Setelah kejadian preman dua hari yang lalu, Ashilla memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah dulu, guna untuk mengistirahatkan kakinya, ia juga sedikit takut untuk pulang sekolah sendirian lagi. Entahlah, yang pasti, ia juga khawatir bagaimana keadaan Alvian, semoga saja, ia tidak mendapat luka yang parah.

Hari ini, ia memutuskan untuk sekolah, ia tidak mau lagi mendengar ocehan Abangnya yang melarang inilah, itulah, ugh, Abangnya itu terlalu protektif padanya.

Cling, cling, cling!

Gadis itu sontak berhenti, meraba-raba tasnya, jantungnya berdebar-debar. Oh astaga! Gantungannya jatuh! Gadis itu panik, bagaimana tidak? Gantungan itu diberikan oleh seseorang yang sangat ia sayangi di masa lalu.

"Aduh ... mana, yaaa?" Ashilla menunduk—mencari-cari, akhirnya, ia menemukan gantungan itu, tak jauh dari tempatnya berdiri.

Ketika ia ingin berjalan mendekat, seseorang lebih dulu mengambil gantungan kunci itu.

"Punya kamu?"

Gadis itu menatap pemuda dihadapannya aneh, "iya, ini punya aku, makasih." Ashilla langsung merampas gantungan kunci itu.

"Oke—"

Jeda.

"—kamu anak baru?"

Ini orang kepo amat dah.

"Iya."

"Oh...," pemuda itu langsung berjalan meninggalkannya.

Tunggu—Ashilla merasa tidak asing dengan laki-laki itu, seperti pernah melihatnya, tetapi dimana? Wait, wait, perawakannya seperti orang yang diceritakan kemarin, oleh kedua temannya.

"Eh tunggu!"

Lelaki itu sontak berhenti, menoleh kebelakang, "ada apa?"

Ashilla sedikit berlari kecil menghampirinya, "kamu ... yang duduk di taman belakang kemarin, ya?" tanya Ashilla.

"Kamu lihat aku ditaman?"

Ashilla mengangguk, lalu mengulurkan tangannya. "Kenalin, aku Ashilla Gold—eh Ashilla." Astaga, hampir saja ia keceplosan.

Lelaki itu mengerutkan dahinya.

Astaga sokab bat gue, yaampun gue lupa lagi jadi fake nerd, kalau fake nerd itu diem aja, ya? Okedeh, mode kalem.

"O-oh Ashilla, kenalin aku Alfred Leonard, Ketua Osis di sekolah ini," balasnya sambil menjabat tangan Ashilla.

Oalah.

"Aku kelas XI IPA 2, kamu?"

Aduh Abang kelas, nih.

"Aku X IPA 1." Ashilla berusaha kalem.

"Oh begitu, duluan ya. Sampai jumpa lagi, Ashilla!" dia tersenyum manis.

Alfred ini tipe cowok Ashilla sekali.

Ya Allah, nikmat mana yang bisa di dustakan, udah sopan, ganteng lagi, paket komplit! Eh, Alvian juga ganteng, sih, tapi dia dingin banget, terus—eh ngomong apa kamu Shilla!

Ashilla menatap gantungan kuncinya yang sempat terjatuh tadi, lalu tersenyum senang. "AAAAA!" teriaknya sambil berlarian dikoridor.

-Alshi-

"Apakah kalian sudah mengerti?"

"Sudah, Pak!"

"Baiklah, sekarang buat tugas uji kompetensi tentang kuadrat, di halaman dua ratus tiga puluh empat, jangan berisik! Jika sudah siap, kumpulkan ke depan," perintah Pak Yanto.

Terdengar para murid menjawab malas-malasan.

Ashilla mulai membuka buku paket Matematika, mengerjakan soal.

Tujuh menit berlalu.

Sreett!

Ashilla menoleh ke arah sebelah kanannya—terkejut, mendapati Alvian berdiri, mengumpulkan bukunya.

G-gila! Gue baru siap dua soal, lah dia udah selesai semua, cepet banget!

Terlihat didepan, Pak Yanto memeriksa tugas Alvian, "bagus Alvian, kamu mendapatkan nilai sempurna lagi, pertahankan nilai kamu!" ujar Pak Yanto sambil menyodorkan bukunya.

Sedangkan Alvian hanya mengangguk, lalu kembali ke tempat duduknya—di sebelah Ashilla. Ashilla masih melongo dengan mulut sedikit terbuka—menatap Alvian hingga pemuda itu duduk.

Bagaimana bisa Alvian menyelesaikan tiga belas soal Matematika yang beranak pinak, dalam waktu tujuh menit? Dengan jawaban benar semua. Itu adalah hal yang dipikirkan di dalam otaknya.

"Jangan liatin gue," tegur Alvian sambil menatap lurus ke depan. Sepertinya, pemuda itu menyadari bahwa sedari tadi Ashilla memperhatikannya.

"Eh, aku nggak liatin lo—eh kamu. Gue—ehh aku liatin Daniel! Iya Daniel, haha," kilah Ashilla sambil tertawa hambar, memfokuskan matanya pada soal. Pipinya memerah.

Malu banget.

Delapan belas menit berlalu.

Alvian sedang membaca buku, sedangkan Ashilla sedang fokus mengerjakan soal terakhir.

"Akhirnya siap!" gadis itu berdiri, ingin berjalan mengumpulkan tugasnya. Namun suara Alvian menghentikan langkahnya.

"Nomor sembilan salah."

"Hah? Ngomong sama aku?" tanya Ashilla menunjuk dirinya sendiri.

"Ya."

"Mana ada salah." Ashilla mendudukkan tubuhnya kembali, dan mulai memeriksa, "ih bener kok!"

"Salah," kata Alvian sekali lagi.

"Amosok." Ashilla memonyongkan bibir, dan matanya mendelik kepada Alvian.

Sebenarnya itu reflek, sih. Soalnya Ashilla kesal, Alvian kan hanya lihat sekilas, kok bisa tahu itu salah?

Alvian menghela nafas berat, "ini hasilnya bukan dua, tapi lima, lo salah letakin..."

Ashilla tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Alvian, gadis itu justru memandang Alvian dengan dahi yang mengernyit.

Blam!

"Eh Kambing goyang-goyang!" Ashilla terkejut, ketika Alvian memukul mejanya, "kamu apa-apaan, sih? Kaget tau, nggak?!"

Ashilla memejamkan matanya, mendengus pelan sambil membatin.

Kenapa gue pecicilan banget hari iniiii, lo harus kalem Shill. Jaga image lo.

"Dengerin nggak?!" balas Alvian menatapnya tajam.

"E-enggak, hehe maaf." Ashilla menyengir.

"Halaman dua ratus tiga puluh dua."

"Hah? Halaman ini penyelesaian nomor sembilan?" tanya Ashilla sambil membolak-balikkan halaman.

Alvian tidak menjawab, pemuda itu mulai membereskan buku-bukunya untuk dimasukkan kedalam tas.

"Mana yang salah? Perasaan bener, deh, orang rumusnya sama, kok." Ashilla menggerutu sambil menatap buku paket dan buku tugasnya bergantian.

Alvian berdecak, "salah, rumusnya udah bener. Seharusnya disini dua, bukan tujuh, terus dikali, ditambah sama ini dan ini, terus dikurangin, hasilnya lima, bukan dua," jelas Alvian panjang lebar.

Ashilla mengernyit, mencoba fokus, "o-ohh iya beneerr!" gadis itu mulai memperbaiki tugasnya. Seketika ia merasa bodoh.

"Selesai! Ini udah bener?" tanya Ashilla sambil menyodorkan bukunya.

"Ya," jawab Alvian singkat.

Ashilla langsung berjalan mengumpulkan bukunya, terlihat Pak Yanto tersenyum, dan memeriksa tugasnya.

"Bagus, pertahankan nilai kamu."

"Baik, Pak. Terima kasih." Ashilla berjalan sambil tersenyum senang, lalu duduk kembali dibangkunya, "makasih Alvian, kamu udah sering nolongin aku, aku harus lakuin apa buat kamu?" ujar Ashilla sambil tersenyum tulus.

"Asal lo diam, itu udah cukup," jawab Alvian sarkas. Alvian lagi-lagi merasa aneh terhadap dirinya. Sungguh, ia tidak pernah membantu seseorang seperti ini—terhadap lawan jenis pula. Terhadap teman sesama jenisnya saja, dia tidak pernah.

Ding dong!

Alvian mulai berjalan melangkah keluar kelas, "saya izin keluar duluan, Pak," ujar Alvian, pemuda itu langsung melengos keluar kelas.

Pak Yanto hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, memaklumi tingkah anak didiknya itu.

"Baiklah, siap tidak siap, kumpulkan sekarang!" perintah Pak Yanto.

"Lah? Gue baru selesai tujuh soal loh ini."

"Belum siap, Pak!"

"Woy, bagi contekan, dong!"

"Dahlah, konsekuensi masuk kelas IPA, gini nih."

Para murid lain, mengumpulkan tugasnya dengan berat hati, sebagian dari mereka keluar dari kelas—menuju kantin.

"Ashilla, boleh bantu Bapak sebentar?"

"Kenapa, Pak?" Ashilla mulai beranjak dari kursinya, berjalan ke depan, menuju meja Pak Yanto.

"Ini ... kamu tau meja Bapak, kan? Tolong bawakan buku tugas teman-teman kamu ini semuanya ke kantor. Setelah ini, Bapak mau langsung ke kelas X IPA 5."

"Oh, boleh, Pak," jawab Ashilla.

"Makasih, Nak Shilla."

"Sama-sama, Pak." Ashilla mulai mengambil dan membawa buku tugas teman-temannya itu.

Eh buset, berat amat.

-Alshi-

"Ayo ayoo! Bentar lagi nyampe kantor," gadis itu menyemangati dirinya sendiri.

Ashilla berjalan sambil memiringkan badan untuk melihat ke depan, karena buku tugas teman-temannya itu menutupi pandangannya.

Tanpa sadar, gadis itu tidak sengaja menginjak botol kaleng bekas, hingga membuatnya sedikit terpeleset, "eh, eh, eh jangan jatuh plis." Ashilla terhuyung-huyung berusaha mempertahankan posisi agar buku dan dirinya tidak terjatuh.

"Dapat!" seseorang mengambil setengah buku, yang ada ditangannya.

"Hampir aja jatuh," ucapnya sambil menatap Ashilla.

"Kak Alfred?"

Sedangkan pemuda itu hanya tersenyum.

"Makasih, Kak."

"Sama-sama, ini bukunya mau dibawa kemana?" tanya Alfred.

"Ke kantor guru. Ke meja Pak Yanto."

"Oke, aku bantu, ya."

Mereka berdua berjalan di koridor, lalu memasuki kantor meletakkan buku ke atas meja Pak Yanto, dan keluar dari ruangan itu.

"Makasih banyak, Kak, udah bantu," ujar Ashilla.

"Sama-sama," balas Alfred sambil tersenyum, dan berbalik pergi.

-Alshi-

"By the way, kalian kenal Alfred, nggak?"

"Uhuk-uhuk! Ngapain nanyain dia?" tanya Vira terkejut.

Saat ini, Ashilla dan kedua temannya sedang makan dikantin.

"Pelan-pelan dong makannya, nih minum." Ashilla menyodorkan air sambil menyedot jus mangga-nya.

"Kenal dong, masa engga. Ituloh yang mau gue bilang kemarin di taman. Haduh, dia itu ganteng, pinter, Ketua Osis, terus ngomongnya sopan lagi." Vina berkata sambil tersenyum menggoda ke arah Vira.

Ashilla mengangguk membenarkan, "iya, dia udah nolong gue dua kali hari ini, terus orangnya sopan juga."

"Wait, what? Demi apa?!" tanya Vina serius sambil melototkan matanya.

"Demi sempak patrick," jawab Ashilla tak kalah serius.

"IDIHHH!"

"Udah-udah lanjut makan, jangan ngawur, bentar lagi bel masuk," lerai Vira sambil meminum minumannya, gadis itu menatap Ashilla, "lo kayaknya udah minum jus itu tiga gelas deh, Shill. Gak kembung?"

"Iya hehe—ehh gue ke toilet dulu! Udah nggak tahan!" Ashilla memekik, gadis itu langsung berlari keluar kantin.

"Baru aja gue ngomong, ternyata dia masih suka sama jus mangga," ujar Vina menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lo tau sendiri, Ashilla itu gimana," balas Vira sambil terkekeh.

-Alshi-

"Akhirnyaaa," gadis itu mendesah lega setelah melakukan panggilan alam, dia keluar dari salah satu bilik toilet, lalu becermin didepan westafel, memperbaiki kepangan rambutnya yang sedikit rusak.

Setelah selesai, ia berjalan membuka pintu depan toilet, namun seseorang lebih dulu membuka pintu, lalu tiga orang perempuan muncul, menghadangnya.

"Sari, lo jaga diluar, kalau ada orang yang lewat, langsung bilangin ke gue."

"Oke."

"Permisi Kak, aku mau lewat," ucap Ashilla sopan.

"Mau kemana buru-buru?" tanya Bella.

Ya, Ashilla mengenali ketiga perempuan itu, mereka adalah—Bella, Okta, dan Risa—sekelompok yang pernah mem-bully Ashilla.

Bella menatap Ashilla dengan dahi yang berkerut, "yaampun Okta liat deh, kulitnya hitam bangett!"

"Oh astaga! Liat, deh itu sepatu atau bukan? Lusuh banget, ih!" Bella menunjuk ke sepatu Ashilla sembari menampilkan suara dan raut wajah yang pura-pura terkejut.

Sontak Ashilla mundur beberapa langkah. Oh sungguh, apakah ini ... bully secara verbal?

"Ck, ck, ck! Lihat dong, kayak kita, kulit putih, sepatu mahal ... ohh iya gue lupa, lo kan miskin!" ucap Okta sambil menatap Ashilla dari atas sampai bawah dengan pandangan meremehkan.

Ck, bodo, liat aja nanti lo!

"Apa lo liat-liat, hah?!" Bella maju satu langkah, ketika Ashilla menatapnya tajam.

Idih! Emang gue takut sama lo?

"Lo ganjen banget, sih?! Lo udah deket sama Fateh, Alvian terus tadi malah berduaan sama Alfred! Heh denger, ya! Lo. itu. miskin! Gak pantes sama mereka, mau beasiswa lo gue cabut, hah?!" hina Bella dengan rasa cemburu yang membara.

Bella tidak suka dengan Ashilla ini, gadis ini lebih rendah dan di bawah level-nya, mengapa bisa para laki-laki famous sekolah selalu berada di pihak Ashilla? Hal ini membuat Bella super duper kesal.

"Lo deketin mereka karena mau uangnya aja, kan? Cih! Matre! Sadar diri, dong!" tambah Okta.

"Terus? Kalau aku matre kakak apa? Justru itu Kakak! Bukan aku! Sadar diri, dong!" Ashilla berusaha untuk mengontrol emosi.

Bella yang mendengar itu menjadi emosi, ia melangkah mendekati Ashilla, dan memberikan sebuah tamparan keras.

Plak!

"Berani lo jawab gue, hah?!"

Plak!

"Ngapain harus takut? Emang Kakak Tuhan?" balas Ashilla menampar Bella.

"Okta!"

Bugh!

Ashilla di dorong oleh Okta hingga terhantam ke dinding, "punya nyali juga lo!"

"GUE INGETIN SEKALI LAGI! JAUHIN MEREKA! Mereka itu jijik sama lo!" marah Okta sambil menjambak rambut Ashilla.

"AAKHHH!"

"Cih! Modelan kaya gini, gak pantes buat mereka! Paham lo?!"

Duk! Duk! Duk!

"AKHHH!" Ashilla memekik ketika Okta membentur-benturkan kepalanya ke dinding berkali-kali, lalu menginjak-injak kakinya kuat.

"Mampus! Rusak tuh sepatu!

Cih, gue bisa beli lebih dari ini, bangs*t!

Ashilla berusaha untuk melawan, tetapi karena badan Okta yang bisa di bilang gendut lalu rasa sakit yang dominan di kepala dan kakinya, membuat Ashilla merasa pusing.

"BUKA MULUT LO!"

Ashilla menggelengkan kepala, semakin menutup rapat bibirnya.

Plak!

"BUKA GUE BILANG!" Bella menamparnya, dan mencengkram paksa pipi Ashilla, hingga mulut Ashilla terbuka, lalu mencecokinya dengan tepung.

Ah anj*ng!

"AKHH! UHUK-UHUK!" Ashilla terbatuk-batuk, matanya memerah, dadanya sakit.

"NGAPAIN DILEPEHIN?! TELAN!" Bella lagi-lagi mendorong kepala Ashilla ke dinding, lalu mencecoki kembali mulutnya dengan tepung.

Abang .... tolong.

Matanya berkaca-kaca, ini sakit, sungguh. Gadis itu mulai menyesal menjadi fake nerd.

"Cih! Malah nangis! Dasar, cengeng banget, lo!" ucap Okta sembari melepaskan jambakannya di rambut Ashilla.

"Iyuh ... apaan nih, kok tangan gue hitam begini? Iyuh ... kulit hitam lo nempel sama gue, nih!" ucap Bella histeris sambil mencuci tangannya di wastafel.

Ashilla merasa pusing berkali-kali lipat di kepalanya.

"Woy! Cepet keluar! Ada orang yang mau lewat!" Sari masuk menghampiri mereka sambil menampilkan wajah panik.

"Ck! Ganggu! Selamat lo kali ini!" Bella menatapnya tajam.

Okta berjongkok, "lo gamau dapat yang lebih dari ini, kan? Caranya simple, jangan dekatin para Pangeran sekolah ini, sweetie...," peringatnya, sambil menepuk-nepuk kepala Ashilla pelan, lalu tersenyum creepy.

"Cabut! Kunciin aja dia di dalam, jangan lupa matiin lampu," perintah Bella sambil tersenyum smirk.

"Dengan senang hati."

Klik!

"J-jangan...," lirih Ashilla meringkuk dilantai.

"Uhuk-uhuk!" Ashilla mencoba bangkit, lalu berdiri dengan memegangi westafel.

Huwekk! Huwekkkk! 

Ashilla memuntahkan tepung itu. Ketika dia ingin berjalan, gadis itu terjatuh, kakinya kembali sakit, setelah diinjak dengan Okta tadi, secara sadis.

"Siapapun tolong!"

"Apa ada orang lain di kamar mandi?!"

"Tolong ... Abang tolong!" matanya mulai berkaca-kaca, sungguh, badannya sakit semua, kepalanya pusing, disini gelap—ia takut .... gelap.

"Tolong..."

"Apa ada orang di sini?" tanya seseorang dari luar.

Ashilla langsung mendongak menatap pintu, "ADA, ADA! TOLONG AKU!"

"Siapapun di sana, kamu mundur, oke? Aku mau dobrak pintu ini!"

"I-iya...," jawab Ashilla lirih, ia perlahan menyeret badannya ke belakang.

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

Brak!

"ASHILLA!"

Setelah itu semuanya gelap.

-Alshi-

— Rsainky note's.

wohoo kira-kira, siapa yang nolong Ashilla? ayo tebakk! ><

ohiya, just information, setelah ini, aku bakal lama upnya, soalnya aku juga mau nyelesain semua tugas aku di rl. makanya aku buat part ini panjangggggg banget (nggak tau menurut kalian gimana). tenang aja, nanti kalau urusan rl aku udah selesai, aku bakal balik lagi, kok.

mohon pengertiannya, ya.

spam next disini ➡

Plagiat? Ingat! Ada undang-undang hak cipta! Jadi, tolong berfikir dahulu sebelum bertindak!

Sincerely,
Rain-Sky.

-Alshi-

Continue Reading

You'll Also Like

5.4K 594 21
⚠️ jangan lupa follow akun dibawah ini 🌼 IG : wp_anaksenja 🌼 IG: amerta_harsa 🌼 Tiktok : wp_anaksenja04 ************* Cerita ini mengisahkan tenta...
1.1K 206 9
Sederhana, ini tentang Nana Shefiya. Gadis pengagum luka. Kekurangan yang melekat dalam dirinya membuat Nana selalu dihina dan dianggap sebelah mata...
6.9K 484 8
INFO UPDATE SESUAI PEMBACA YANG MAU MENGHORMATI AUTHOR ALIAS MEMBERI VOTE DAN KOMEN!!! VOTE DAN KOMEN ITU TIDAK BAYAR GUYS!!! Menceritakan seorang...
459 103 13
"semoga kita selalu bersama sama ya,"ucap gadis cantik berambut sebatas pinggang yang bernama tag Chariva "semoga aja, "jawab laki laki berparas tam...