PACARNYA BOO

By abellstr25

8.9M 808K 131K

Satu hari sebelum mawar putih layu dia pernah berkata, "Jangan takut kehilangan. Karena sejatinya hidup adala... More

Announcement!
Prolog
01. PACARNYA BOO
02. PACARNYA BOO
03. PACARNYA BOO
04. PACARNYA BOO
05. PACARNYA BOO
06. PACARNYA BOO
07. PACARNYA BOO
08. PACARNYA BOO
09. PACARNYA BOO
10. PACARNYA BOO
11. PACARNYA BOO
12. PACARNYA BOO
14. PACARNYA BOO
15. PACARNYA BOO
16. PACARNYA BOO
17. PACARNYA BOO
18. PACARNYA BOO
19. PACARNYA BOO
20. PACARNYA BOO
21. PACARNYA BOO
22. PACARNYA BOO
23. PACARNYA BOO
24. PACARNYA BOO
25. PACARNYA BOO
26. PACARNYA BOO
27. PACARNYA BOO
28. PACARNYA BOO
29. PACARNYA BOO
30. PACARNYA BOO
31. PACARNYA BOO
32. PACARNYA BOO
33. PACARNYA BOO
34. PACARNYA BOO
35. PACARNYA BOO
36. PACARNYA BOO
37. PACARNYA BOO
38. PACARNYA BOO
39. PACARNYA BOO
40. PACARNYA BOO
41. PACARNYA BOO
42. PACARNYA BOO
43. PACARNYA BOO
44. PACARNYA BOO
45. PACARNYA BOO
46. PACARNYA BOO
47. PACARNYA BOO
48. PACARNYA BOO
49. PACARNYA BOO
50. Akhir Kisah Kita
51. USAI (END)
52. You and I
53. I Miss You So Much
54. Penyembuhan
55. Kunjungan Terakhir dan Tania?
56. Menikah?
58. Story Chat Kita
OPEN PRE ORDER NOVEL
Special Part Boo dan Saffi
Special Part Boo & Saffi 2
Special Part Boo & Saffi 3 (part 4)
PACARNYA BOO SEASON 2?
Hi Goodbye Sekuel Pacarnya Boo

13. PACARNYA BOO

141K 13.6K 1.8K
By abellstr25

HAPPY READING :)

..

Saffiyah menggigit kuku jarinya. Gadis itu ketakutan jika Ardi pulang karena tadi sore Ardi meneleponnya. Papa Saffiyah sudah mengetahui ulah apa yang Saffiyah lakukan di sekolah tadi bersama Hara. Seperti yang Saffiyah katakan, ia tidak bersalah melainkan Hara yang bermain drama.

Tangan gadis itu terulur mengambil ponselnya yang berada di atas meja makan. Ia berdiri mematung hendak mengambil nasi. Ia mencari kontak nama Boo di sana. Begitu panggilan terhubung senyum Saffiyah mengembang.

"Halo, Boo."

"Hm?" Saffiyah bisa mendengar nada deheman dari Boo di sebrang sana. Entah kenapa Saffiyah merasa senang jika saat seperti ini ada Boo yang menemaninya.

"Boo bisa ke sini? Aku takut Papa tampar aku lagi karena dia udah tahu kejadian di sekolah tadi," ucap Saffiyah. "Aku nggak salah kok, Boo, aku nggak dorong Hara."

Terdengar hembusan napas di sebrang sana. "Mau gue ke sana?"

"Ngapain?"

"Jelasin ke papa lo kalau lo nggak salah."

"Papa nggak gampang percaya sama orang, Boo," sela Saffiyah, mengingat bagaimana sifat papanya.

"Gue bakal bikin dia percaya."

Ada binar kebahagiaan yang terpancar di wajah Saffiyah mendengar balasan dari Boo. "Aku tunggu kamu dateng, Boo, cepetan, ya!"

"Iya."

Sambungan telepon terputus, Saffiyah menghembus napas lega. Kemudian duduk di kursi menatap makanan yang tersedia di atas meja. Saffiyah memang sedang dihukum, tapi jujur ia sangat lapar malam ini. Bolehkah Saffiyah makan sedikit saja?

Satu jam berlalu Saffiyah sama sekali belum melihat tanda-tanda kedatangan Boo. Padahal sebentar lagi Ardi akan pulang. Keringat dingin mulai membasahi telapak tangan Saffiyah. Entah kenapa ketakutannya kali ini semakin terasa.

"SAFFIYAH!"

Teriakan nyaring itu datang dari Ardi - Papa Saffiyah. Pria berumur 40 tahun itu langsung menghampiri Saffiyah yang berada di dapur setelah pulang dari kerja.

"Papa," lirih Saffiyah.

"Bagus! Sudah berani kamu cari masalah di sekolah hah?!"

"PAPA SURUH KAMU BELAJAR JADI ANAK PINTAR BUKAN BODOH DAN BIKIN MASALAH!" Ardi berteriak kencang tepat di depan wajah Saffiyah.

Gadis itu merunduk takut. Semua anggota tubuhnya bergetar hebat. Berusaha menyiapkan kekuatannya jika Ardi bermain tangan.

"Sia-sia selama ini Papa biayain sekolah kamu, rawat kamu sampai sebesar ini. Tapi, ternyata kamu sama sekali nggak berguna!"

Seketika saja dada Saffiyah sesak luar biasa mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Ardi untuknya. Dari awal Saffiyah memang tidak pernah diinginkan.

"Maaf, Pa, kalau Saffi belum bisa jadi yang Papa mau," kata Saffiyah berani sambil menatap mata Ardi yang melotot marah.

"Maaf kamu tidak bisa membuat kamu jadi anak pintar!" balas Ardi murka.

"Apa Papa sama sekali nggak mau Saffi hadir di kehidupan Papa?" tanya Saffiyah dengan bibir bergetar. Matanya berkaca-kaca, menahan sesak sekaligus airmata yang ingin keluar dari persembunyiannya.

"Papa sama sekali tidak menginginkan kamu hadir kalau kamu hadir jadi anak yang bodoh!"

"Saffi nggak bodoh, Pa! Saffi cuma kehilangan kasih sayang Papa!" teriak Saffiyah. Gadis itu sudah sejak lama menahan segala kepedihan di hatinya. Setetes airmatanya jatuh melewati pipi namun dengan cepat Saffiyah menghapusnya dengan telapak tangan.

"Saffi cuma pengen di sayang Papa kok, itu aja, nggak banyak yang Saffi mau dari Papa," sambung Saffiyah lirih.

"Tidak ada kasih sayang untuk anak seperti kamu!" sergah Ardi, dia memalingkan tatapannya dari Saffiyah yang sudah menangis. Kemudian mengambil piring di meja yang berisi makanan Saffiyah.

"Jangan harap kamu bisa makan malam sampai besok!"

"Tapi, Saffi lapar, Pa!"

Bukannya memberi kembali makanan itu, Ardi justru menjatuhkan piring tersebut ke lantai hingga nasi dan lauknya berceceran di lantai. Tanpa sengaja pecahan piring kaca itu mengenai kakinya. Namun, Saffiyah mengabaikannya. Ia tetap setia memandang Ardi yang murka. Airmata Saffiyah benar-benar luruh saat itu juga.

Sosok Papa yang Saffiyah banggakan kini berhasil menoreh luka terlalu dalam di hatinya.

"Papa lebih suka kamu mati kelaparan! Kalau kamu mau tetap makan, ambil makanannya yang di lantai itu!" tunjuk Ardi pada nasi di laintai. Setelah berkata seperti itu Ardi langsung berbalik badan, berjalan menuju pintu utama rumah meninggalkan Saffiyah yang masih mematung di tempat.

Beberapa saat kemudian Saffiyah mendengar suara mobil yang berjalan menjauh. Artinya Ardi pergi.

"Boo, kamu dimana?" lirih Saffiyah, perlahan tubuhnya berjongkok. Memungut sisa nasi dan lauk sambil menyeka airmatanya.

Saffiyah menyuap beberapa nasi yang ia pungut lalu memakannya dalam keadaan menangis. Perutnya sangat lapar dan itu membuat Saffiyah memakan makanan yang sudah jatuh ke lantai.

"Capek, Tuhan."

***

Langkah kaki Saffiyah terasa berat saat harus melintasi koridor kelas IPA. Ia hanya ingin melihat Boo yang tadi malam tidak datang ke rumahnya. Padahal Saffiyah sudah menunggu sampai larut bahkan ponsel cowok itu tidak aktif saat Saffiyah mencoba menghubungi.

Pandangan Saffiyah terus menatap ke kelas, dia tidak menemukan Boo di sana. Kemana cowok itu? Setelah memastikan bahwa Boo tidak ada di kelas, Saffiyah kembali menuju koridor kelasnya. Namun, seorang gadis langsung menghadang Saffiyah dari depan.

"Lo pasti nyari Boo kan?" Hara bersedekap dada dengan senyum miringnya.

Saffiyah mengangguk.

"Tadi malam Al mau ke rumah lo, ya? Tapi, sayangnya dia nggak datang karena lebih milih jalan-jalan sama gue dan keluarganya," ujar Hara bangga.

Hal itu membuat Saffiyah menatap lekat pada Hara. Apa ini yang membuat Boo tidak datang ke rumah?

"Ini foto kita berdua tadi malam." Hara menunjukkan layar ponselnya yang memperlihatkan fotonya dan Boo tadi malam.

"Dia juga nggak sengaja cium pipi gue loh," kata Hara lagi seperti ingin memanasi hati Saffiyah.

Saffiyah mematung mendengarnya. Foto itu dan apa yang dikatakan Hara cukup membuat rongga dadanya terasa sempit. Dia kehilangan bernapas untuk beberapa saat.

Hara kembali memasukkan ponselnya ke saku seragamnya. Menyilangkan kedua tangannya di bawah dada, menatap Saffiyah dengan tatapan sinisnya.

"Gue kasian deh sama lo," ucap Hara.

"Pacar tapi kayak bukan pacar ya," sambungnya, lalu terkekeh pelan melihat guratan kesedihan di wajah Saffiyah.

"Maksud kamu apa?" tanya Saffiyah. Hara benar-benar ingin merusak hari dan hatinya.

"Nggak ada maksud sih, gue Cuma mau kasih tahu itu aja."

"Udahkan?"

"Satu lagi yang harus lo ingat kalau ayahnya Al nggak suka kalau anaknya pacaran sama orang bodoh!" Hara menekankan suaranya pada kata terakhir di kalimatnya.

Saffiyah mengangguk. Ia harus menguatkan hatinya. "Aku emang bodoh tapi aku masih tahu diri!" balas Saffiyah, membalas tatapan menantang dari Hara.

"Nggak kayak kamu! Jadi perusak hubungan orang!" selesai berkata seperti itu, Saffiyah langsung melewati Hara dan dengan sengaja ia menyenggol bahu Hara membuat gadis itu hampir jatuh ke samping.

"ARGH!" Hara mengerang marah, memandang tubuh Saffiyah yang berbelok dari tikungan.

"Gue bakal bikin lo berakhir sama Al!"

***

Ponsel yang Saffiyah pegang bergetar, sebuah notifikasi pesan masuk, terlihat dari layar ponselnya. Saffiyah membuka pesan, ada pesan yang mampu membuat Saffiyah terdiam dan makin menyesakkan dadanya.

LO HARUS PUTUS SAMA AL! KARENA CEWEK BODOH KAYAK LO NGGAK AKAN PERNAH COCOK SAMA AL YANG PINTAR!

SEHARUSNYA LO SADAR DIRI, SIAPA LO SEBENARNYA!

LO TAHU NGGAK KENAPA AL YANG PINTAR MAU PACARAN SAMA LO? KARENA DIA KASIAN NGELIAT LO YANG NGEMIS CINTA!

Saffiyah tidak tahu siapa yang telah mengirimkan pesan tersebut kepadanya. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sering kali mendapatkan pesan dari seseorang misterius yang memintanya untuk berakhir dengan Boo. Apa sebegitu tidak pantaskan Saffiyah untuk cowok seperti Boo?

Kepala Saffiyah tertunduk dalam-dalam, di kelasnya ada tersisa beberapa murid karena yang lainnya sudah pergi keluar karena jam istirahat sedang berlangsung.

"Saffiyah?" panggilan itu membuat kepala Saffiyah mendongak menatap Refa yang berdiri di ambang pintu.

"Kenapa?" tanya Saffiyah.

"Ada Al mau ketemu sama lo, di tungguin."

Menghela napas kasar, Saffiyah mengangguk. Berjalan keluar kelas untuk menemui Boo. Kepala Saffiyah terasa pusing dan tubuhnya benar-benar lemas. Begitu keluar ia melihat Boo duduk di kursi depan kelas.

"Ada apa?" tanya Saffiyah setelah berdiri di samping cowok itu.

Boo berdiri, dia memegang tangan Saffiyah. "Ikut gue."

Saffiyah mengangguk pasrah, mengikuti langkah kaki Saffiyah. Boo membawanya ke rooftop sekolah, cowok itu selalu punya cara untuk berbicara berdua dengan Saffiyah. Ia tipe orang yang suka memperlihat kebersamaannya dengan Saffiyah di depan orang ramai.

"Tadi malam kenapa nggak dateng?" tanya Saffiyah getir begitu mereka tiba di rooftop dan berdiri di pembatas. Semilir angin meniup anak rambut Saffiyah.

Boo menoleh ke samping, menatap Saffiyah. Kedua tangannya berpegang erat pada pembatas rooftop. "Gue ada acara."

"Katanya kamu foto sama Hara dan kamu nggak sengaja cium pipi dia, seru nggak?" tanya Saffiyah lagi.

Cowok itu memandang terkejut pada Saffiyah. "Lo tahu darimana?"

"Nggak penting aku tahu dari mana," jawab Saffiyah membuat Boo bungkam dengan tatapan bersalah.

"Kamu emangnya nggak bisa kabarin aku, kalau kamu nggak bisa datang?"

"Gue lupa, Saf."

"Kenapa handphone kamu nggak aktif saat aku telepon?" tanya Saffiyah lagi, berusaha mati-matian untuk menahan sesak di dadanya.

"Sengaja? Takut aku ganggu?"

Boo menggeleng kuat. "Ponsel gue mati waktu itu." Hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya.

"Maaf, udah selalu ngerepotin kamu." Saffiyah tertunduk lesu. Hatinya berdenyut nyeri mengingat perkataan Hara.

"Saf, gue bisa jelasin," lirih Boo

"Kamu bohong!" Saffiyah mengalihkan tatapannya ke depan yang memperlihatkan pohon-pohon rindang di tepi lapangan.

"Nanti bilang, ya, kalau kamu suka sama orang lain, biar aku tahu diri untuk pergi."

Bibir pucat Saffiyah memaksa untuk tersenyum, ia mengalihkan pandangannya pada Boo yang terus menatapnya. Mata gadis itu berkaca-kaca.

"Oh, ya, bilang juga nanti kalau kamu bosan sama aku."

Saffiyah segera berbalik badan, tidak sanggup lagi jika harus bertatap mata dengan Boo. Ia mencintai cowok itu tapi cowok itu terkadang seperti tidak mencintainya.

.. 

Terimakasih sudah membaca :)

Jangan lupa share cerita ini ya ke sosial media kalian biar banyak yang baca :) Terimakasih

Jangan lupa vote ya.

Follow akun ig @pacarnyaboo ya

See u!

Visual :

Saffiyah Mikayla

Continue Reading

You'll Also Like

269 163 26
"Cinta itu cuman bisa menghancurkan hidup semua orang." "Kalau lo emang enggak percaya cinta kenapa lo bersikap seolah-olah akan melewati semuanya da...
3.2M 154K 61
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
24.7K 3.9K 47
|t y p o b e r t e b a r a n| โ€ขbelum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisanโ€ข โ€ข โ€ข โ€ข ๐ƒ๐ข ๐ฉ๐ž๐ซ๐ญ๐ž๐ฆ๐ฎ๐ค๐š๐ง ๐š๐ ๐š๐ซ ๐ญ๐š๐ฎ ๐ซ๐š...
1.3M 47K 10
Beberapa kali rank #1 Fantasy Mungkin satu-satunya cara agar kau percaya kalau aku mencintaimu, adalah dengan mati di depan kedua matamu. *** "Jadila...