You

ukinurpratiwi

167K 6.9K 1.5K

"Kita memang berbeda. Tapi kita tidak berubah hanya karena kita ingin dicintai. Kita adalah kita. Bersama buk... Еще

1. Look at her
2. Mine
4. Meet up 1
6. A decision
8. Showdown
11. Disquiet
13. You
16. You 4
17. Coffee break
18. You 5
19. Tea time with TIC
21. Because of you
24. Us 2
25. Surprised
27. Shocking
29. All of You 2.
32. Rainbowmoon 2

Prolog

13.4K 557 66
ukinurpratiwi

Keiza's POV.

Awan mega hari ini tidak secerah seperti hari kemarin. Mendung yang menyelimuti kota Jakarta hari ini seakan mengerti isi hatiku. Hiruk pikuk suasana kota yang sangat semrawut membuatku semakin merasa sesak. Hari ini di tahun yang berbeda dengan tanggal dan bulan yang sama, aku masih merasakan sakit yang teramat perih. Entah sampai kapan aku bisa menghilangkan rasa sakitku ini.

Aku memarkirkan mobilku di tempat parkir dengan rapi. Helaan napas beratku berembus dengan kasar saat aku akan membuka pintu mobilku. Kakiku serasa lemas, hatiku terasa pedih dan sesak. Aku hanya mengunjungi tempat ini di saat aku sedang merasa rindu dan sedih. Semakin lama langkahku semakin terasa berat, kala aku mulai memasuki area ini. Jantungku berdegup dua kali lebih kencang dari biasanya. Dadaku pun mulai serasa sesak. Semakin aku mendekati tempat tujuanku, degup jantungku semakin tidak beraturan. Langkahku terhenti, lantas berjongkok lemas ketika aku telah sampai di tempat tujuanku.

Perlahan tangan kananku menyentuh sebuah salib besar yang bertuliskan nama bundaku, Kareinina Wilson. Sebelum aku meletakkan serangkai bunga mawar putih favorit bunda di atas sebuah gundukan tanah persegi panjang yang diselimuti oleh rumput jepang. Mataku mulai memanas, air bening mulai memenuhi pelupuk mataku. Sekuat tenaga aku mencoba menahannya agar tak terjun dengan bebas di pipiku.

"Merry Christmas Bunda. Maaf ya, Keiza baru bisa ke sini. Bunda apa kabar di sana?" celotehku kepada pusara bunda.

"Semoga Bunda bahagia ya di sana. Keiza kangen banget sama Bunda," sambungku kembali.

Arinka Keiza Pratama. Aku anak tunggal dari pemilik Pratama inc, Muhammad Riza Pratama. Mungkin menurut semua orang, aku adalah gadis  yang paling beruntung. Karena aku hidup dalam keluarga yang bergelimang harta. Tapi tidak untukku. Apalah arti sebuah kemewahan, jika hidup kita hanya dipenuhi dengan kesedihan. Hampir lima tahun, hidupku serasa di neraka. Aku tak pernah merasa bahagia sejak bunda meninggal. Terlebih lagi setelah 3 bulan bunda meninggal, ayahku menikah lagi dengan sekretarisnya. Hal yang sangat miris menurutku.

Air mataku mulai menetes membasahi pipiku. Saat aku mengingat kembali tentang sosok bunda sebelum dia meninggal. Hingga detik ini aku tak pernah bisa melupakan kejadian itu. Sampai saat ini pun aku masih membenci hari dimana bunda mengembuskan napas terakhirnya. Di saat semua orang bersuka cita di hari natal, di saat itu juga aku berduka cita. Kematian bunda seakan-akan dirayakan oleh seluruh orang di dunia. Inilah yang membuatku menjadi benci dengan adanya hari natal.

Rintikan air hujan mulai turun membasahiku. Langit seakan tahu bagaimana perasaanku saat ini. Saat semua orang mulai berhamburan untuk mencari tempat berteduh, aku semakin hanyut dalam kepedihanku. Aku senang karena hujan bisa menghapus kesedihanku. Menyamarkan air mataku yang menetes di pipiku. Hingga tak seorang pun tahu bahwa aku sedang menangis di sini. Aku menautkan kedua tanganku menjadi sebuah genggaman, lantas kepalaku menunduk. Kemudian aku pun mulai berdoa untuk bundaku yang sudah berada di alam yang berbeda.

Tiba-tiba hujan tak lagi membasahiku, meski di hadapanku hujan mulai turun dengan deras. Kepalaku menoleh ke samping, saat aku selesai berdoa. Di saat itulah aku melihat ada sepasang kaki dengan sepatu flat hitam di sampingku. Aku menengadahkan kepalaku, mencari tahu siapa pemilik sepatu flat itu. aku terkejut saat aku melihatnya.

"Tante Brina?" ucapku kaget.

Wanita itu tersenyum padaku. Sabrina Natasya W. Dia adalah istri ayahku saat ini. Lebih tepatnya dia adalah ibu tiriku. Wajahnya sedikit mirip dengan bunda, umurnya lebih muda 4 tahun dari bundaku. Aku sempat berpikir, apakah ayah menikahinya hanya karena wajahnya mirip dengan bunda? Tapi pikiran itu telah aku buang jauh-jauh, karena hal itu terlalu membuatku terluka.

Aku berdiri seraya menatap lekat wajahnya. Tinggi kami hampir sejajar, tidak pendek juga tidak tinggi. Aku tidak bisa melihat ekpresi keseluruhan dari wajahnya dengan jelas. Karena dia menggunakan kacamata hitam sepertiku. Tak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutku dan juga dirinya. Sesaat kemudian aku pun melangkahkan kakiku untuk pergi meninggalkan makam bunda.

"Keiza, kalau ada waktu, pulanglah ke rumah sebentar. Ayah sedang sakit. Dia pasti kangen banget sama kamu," ucapnya ketika aku hendak melangkahkan kakiku untuk pergi meninggalkannya.

Aku tidak menjawabnya. Aku memilih pergi untuk meninggalkannya. Aku tidak peduli hujan deras yang menerpaku. Aku pun tidak peduli dengan bajuku yang sudah basah kuyup. Setidaknya tidak ada seorang pun yang tahu bahwa saat ini aku sedang menangis.

****

Abyan's POV.

Akhirnya aku bisa menapakkan kakiku kembali di Jakarta, setelah tiga hari berkutat dengan sebuah projek baru dan beberapa klien penting di Bali. Walau suasananya lebih indah di Bali, tapi di sinilah kehidupanku berada. Di sinilah aku memulai awal kehidupanku. Dan di sinilah napasku berada, keluarga tercintaku.

Kuangkat tangan kiriku, aku lirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 8 malam. Aku mempercepat langkahku keluar dari Bandara ini. Rasanya sungguh muak, melihat puluhan pasang mata kaum hawa yang sepertinya ingin menelajangiku ditempat. Tidak bisakah mereka menjaga matanya dengan baik? Ya Allah. Ampunilah para kaum hawa itu. Padahal aku sudah berpenampilan sewajarnya. Dengan kemeja abu-abu tua, dasi hitam, jaket kulit hitam, celana hitam, sepatu pentofel hitam serta tas ransel yang aku gendong. Rambut yang aku spike berantakan. Dan tak lupa kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungku. Is it simple, isn't it?

Muhammad Aly Abyan Alexander, rasanya aku tidak perlu menceritakan dari mana aku berasal. Aku salah satu pewaris Alexindo Company, namun aku tidak bekerja disana. Aku adalah CEO dari Alliy Inc. Perusahaan milik orang tuaku. Well, sebelum kalian menjudgeku sebagai anak mommy or whatever it is, lebih baik kalian bercermin terlebih dahulu.

Guratan wajah khas arabian membuatku selalu menjadi pusat perhatian para kaum hawa. Tubuh tegap atletis, tinggi, alis tebal, mata yang lentik, hidung yang mancung khas arabian dan bibir tipis yang merah alami menjadi daya tarik tersendiri. Semua yang melekat pada diriku adalah fotocopyan dari Abiku, Muhammad Rezky Al - Ali Alexander. Aku tak bisa menampik segala hal yang ada pada diriku berasal darinya. Aku adalah versi dirinya saat Abi masih muda. Sampai saat inipun bayangan dia selalu ada disetiap langkahku. Ada yang mengenakkan, ada juga yang menyesakkan.

Akhirnya aku keluar juga dari Bandara. Aku melangkahkan kakiku ke tempat parkir untuk menemui pak Andy dan mas Reza yang membawa mobilku. Karena kemarin mas Reza yang mengantarku. Aku segera menghampiri mereka yang dengan setia menungguku. Mereka tersenyum padaku.

"Hai pak Andy... hai mas..." Sapaku pada mereka.

"Malam Bang..." Ucap Pak andy dan mas Reza bergantian.

Aku langsung meminta mereka untuk pulang menggunakan mobil CRV milik Umi. Dan aku langsung masuk ke mobil Pajero Sport milikku. Aku meletakkan tas ranselku dan sebuah paper bag berisi pesanan milik sahabatku dikursi sebelahku. Aku langsung melajukan mobilku ketempat dimana aku dan sahabatku biasa berkumpul. Beruntung besok adalah tanggal merah dan weekend, jadi aku bisa beristirahat seharian dengan tenang jikalau aku pulang larut malam ini.

Hampir satu jam aku terjebak dalam kemacetan parah ini. Jelas saja, malam ini malam natal. Suasananya sungguh crowded. Apalagi akhir tahun, banyak diskon dimana - mana dan semua orangorang berlomba - lomba untuk berbelanja. Weekend pula. Oh damn! Aku menyalakan mp4 dimobil Pajero Sport ku untuk mengusir jenuhku. Lagu Happy - Pharrel Williams menemaniku ditengah kemacetan ini. Sesekali aku ikut bernyanyi dan menikmati alunan lagu itu untuk mengusir jenuhku. Setelah beberapa saat, mobilku akhirnya bisa keluar dari kemacetan. Aku langsung menancapkan gas agar segera sampai ditempat tujuanku.

Suara dentuman musik yang keras dan di iringi lampu disco yang warna warni menambah suasana tempat ini menjadi semakin panas. Mataku mulai mencari - cari dimana para sahabatku duduk. Beberapa pasang mata nakal mulai melirikku. Aku lepas kacamata hitamku, aku masukkan kesaku kemejaku. Aku longgarkan dasiku. Tangan kananku memegang paper bag pesanan sahabat gila ku ini. Mereka mengangkat tangan untuk memberiku tanda dimana mereka berada. Sebelum aku diterkam oleh para singa betina nakal ini, aku langsung bergegas menemui temanku.

"What's up bro?" Seru Nail sahabatku. Kami berjabat tangan ala lelaki seperti biasanya.

"Nih pesanan lo. Arak Bali special edition." Ucapku sambil meletakkan paper bag diatas meja.

"Woi, gesrek mulu. Cuci tuh otak!" Pekik gue kesal pada Boy, sahabatku yang lain.

"Hai bro, sorry. She's so bitch!" Kata Boy yang masih sibuk mencumbu seorang perempuan diatas pangkuannya.

Mereka berdua adalah sahabat baikku dari jaman SMA. Kami selalu menyempatkan waktu kami untuk berkumpul. Dan mereka lebih suka berkumpul disini, 69 club. Sebenarnya aku malas berada disini, tapi demi mereka, aku buang rasa malasku. Nial dan Boy hampir mirip, mereka semua playboy kelas hiu. Semua tahu track record mereka. Hanya perempuan bodoh yang bisa termakan rayuan kacang mereka. Dibandingkan Boy, Nial masih bisa mengontrol dirinya. Nial tak separah Boy. Seperti sekarang, dia mengobrol denganku. Tak ada perempuan disampingnya. Tapi bisa aku pastikan, kurang dari beberapa menit akan ada yang menghampirinya. Pesonanya sungguh luar biasa. Tapi untuk playboy sekelas Nial, dia masih bisa berkomitmen. Hanya ada satu perempuan yang selalu menemaninya disini.

"Nyamuk lagi ni gue." Ucapku malas.

"Miss her so damn bro." Ungkap Nial sambil melirik pada seorang perempuan yang sudah bergelayut dipundaknya. Sedetik kemudian dia mulai mencium bibir perempuan itu.

Bukan pemandangan aneh buatku, melihat dua sahabatku seperti itu. Aku pun menyibukkan diriku memainkan Iphone ku. Mengecek beberapa email yang masuk dan juga membuka beberapa social media milikku. Tiba - tiba sebuah tangan menyentuh tengkukku. Shit!!

"Hai ganteng, boleh aku temenin?" Tanyanya padaku. Aku mengerutkan dahiku.

"Don't touch me!" Pekikku. Dia tersenyum lebar.

"Come on baby, I'll make you hot." Bisiknya padaku. Damn! Bulu kuduk gue mulai merinding. Semuanya menegang.

"I said not to touch me! Pergi Lo!!" Bentakku kesal. Dia tersentak.

"Sok kecakepan." Gerutunya sebelum pergi.

Kedua sahabatku tertawa konyol. Membuatku geram seketika.

"Mpe kapan bro, lo jadi jones mulu. Keburu nggak laku lo nanti." Kata Boy.

"Berisik Lo!" Sahut gue kesal.

"Sampai gue bisa nemuin perempuan yang membuat dunia gue jadi jungkir balik." Ungkap gue lagi dan meminum sekaleng pocari sweat. Tawa merekapun pecah.

"Mang ada gitu??" Tanya Nial.

"Ada. Pasti ada. Dan gue pastiin, dia itu jodoh gue." Ucap gue tegas.

"Ok deh. Gue doain semoga lo bisa cepet-cepet ketemu sama tu perempuan. Jangan lupa kenalin sama kita." Seru Boy sambil terkekeh.

Aku sudah terbiasa diledek oleh mereka berdua. Dengan umurku sekarang, 25tahun, aku masih santai dengan statusku. Walaupun Abi dan Umi sudah mulai ribut dengan status lajangku. Dan dengan tegas, aku menolak untuk mereka jodohkan. Walaupun aku tahu, Abi dan Umi menikah karena perjodohan dan sampai saat ini mereka bahagia. Tapi aku tidak ingin mengikuti jejak mereka. Dan Alhamdulillah, Abi Umi pun mengerti. Mereka selalu memberikan kebebasan padaku, dengan syarat aku harus selalu berada on the right track.

Mataku menangkap seorang perempuan yang sedang diganggu oleh seorang laki - laki yang bisa aku pastikan dia adalah keturunan zebra, berhidung belang. Entah kenapa pemandangan didepanku itu menarik perhatianku. Bukan pemandangan aneh disini. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan baju yang dia pakai. Semua tertutup, celana jeans belel dan jaket jeans blue wash, sepatu converse, rambut dia kucir berantakan yang menampilkan leher jenjangnya. Dia menepis tangan lelaki itu. Lelaki itu semakin semangat menggodanya, perempuan itu beranjak dari tempat duduknya. Saat lelaki itu memegang bahunya, dalam sepersekian detik dia membanting lelaki itu.

Bruuuuug...

Aku langsung beranjak dari tempat dudukku. Aku terkesima dibuatnya.Semua orang berhenti melakukan aktivitasnya. Semua terfokus pada keributan itu. Dengan memasang kuda - kuda, dia mengambil botol yang berada dimejanya dan tangannya sudah siap untuk memukulkan botol itu kepada siapapun yang mendekat. Tiga orang mendekat, aku pastikan dia adalah teman lelaki itu.

"You wanna try??" Pekiknya pada ketiga lelaki itu.

Ketiga lelaki itu mundur perlahan. Dan perempuan itu langsung membanting botol yang ada ditangannya. Dua sisi bibirku tersungging saat melihat aksinya. Seperti singa betina yang dibangunkan dari tidurnya. Kemudian dia berbalik dan berjalan pergi.

"Kei... Keiza... bayar dulu kei!" Teriak waitress.

Perempuan itu mendengus kesal. Dia mengambil uang dari saku celananya.

"Nih." Ucapnya singkat.

Dia melanjutkan berjalan melewatiku. Dia menatapku dengan tatapan yang ingin memangsaku. Tatapannya sungguh dingin. Tapi mampu membuat jantungku berdegup tak beraturan. Oh my God! Aku membalas tatapannya dengan tajam. Dan tanpa tersadar dua sisi dari bibirku menyungging.

"Kembaliannya Kei..." Teriak si waitress. Dia menoleh.

"Buat lo!" Teriaknya lagi. Kemudian bergegas pergi.

Aku melihatnya sampai dia hilang dari pandanganku. Aku tersenyum kembali. Kemudian duduk kembali ditempat dudukku semula. Dan dua pasang mata dari sahabatku menatapku tajam dan aku tak bisa mengartikan tatapan cengo mereka.

"Namanya Keiza." Ucap Nial.

"What?" Tanyaku cengo.

"Cewe itu namanya Keiza. Kalo lo bisa dapetin tuh cewe, gue bakalan kasih mobil terbaru gue buat lo." Katanya lagi padaku.

"Dan gue bakalan kasih apartment mewah baru gue buat lo." Cerocos Boy.

"Lo kira tu cewe barang apa dijadiin taruhan." Balas gue kesal.

"Wooow... ada yang marah bro." Ucap Boy menyikut lengan Nial.

"Makasih ya bang Byan, abang emang cowo baik. Nggak kayak dua orang ini. Semoga abang nggak ketularan penyakitnya mereka." Kata Rara. Perempuan yang sedang dirangkul oleh Nial.

"Dan lo, kalo sampe lo jadiin kak Keiza taruhan, gue habisin lo." Pekik Rara dengan menekankan setiap perkataannya.

Aku terkekeh. Boy dan Nial tertawa keras membahana. Bella, perempuan yang masih berada dipangkuan Boy pun ikut tertawa melihat reaksi Rara yang lucu saat marah.

"Emang bisa?? Badan kecil gini, gue peluk juga tenggelem." Kata Nial yang membuat Rara memelototinya tajam.

"Bisalah. Gue tendang itu pake sepatu high heels 15cm gue. Mau coba?" Tanya Rara sambil melihat kearah area sensitif Nial. Nial langsung diam membeku. Tawa Boy semakin keras dan pecah.

"Emang lo kenal Keiza?" Tanya Boy setelah berhenti dari tawanya.

Entah kenapa aku semakin tertarik pada percakapan ini. Percakapan tentang Keiza, aku semakin ingin mengetahuinya semakin banyak.

"Kenal banget bang. Dia itu kayak kakak gue sendiri. Dia juga minta gue buat berhenti dari kerjaan gue ini." Cerita Rara.

"Kakak lo kayak singa betina Ra." Cerocos Boy lagi.

"Dia kayak gitu cuma sama orang keturunan zebra aja, kayak Lo berdua tau." Pekik Rara sambil menunjuk Nial dan Boy. Aku tertawa melihatnya.

"Terus lo nolak?" Tanya Nial serius.

"Ya iyalah. Walaupun kak, Keiza mau ngasih gue kerjaan setelah gue berhenti dari pekerjaan gue ini, tapi rasanya belum cukup buat menuhi kebutuhan gue. Kecuali ada orang yang dengan sukarela mau menuhin semua kebutuhan gue dan juga keluarga gue." Jelas Rara. Aku terkejut mendengar ceritanya. Sepertinya Rara terpaksa dengan pekerjaannya saat ini, menjadi kupu-kupu malam.

"Gue mau menuhin semua kebutuhan Lo dan keluarga Lo, asalkan lo mau berhenti dari pekerjaan lo ini dan jadi Istri gue. Gimana?" Tanya Nial. Semua menatap Nial heran. Namun Nial tak sedikitpun tersenyum, dia terlihat sungguh serius. Aku tahu itu.

"Are you kidding me?" Tanya Rara.

"Hati-hati lo kalo ngomong. Lo kira nikah gampang apa. Pernikahan itu sakral bro, jangan dijadiin mainan." Ucapku menasehatinya.

"Gue serius." Jawabnya sambil menatap gue tajam. Kemudian melirik kearah Rara yang masih dia peluk.

"Gimana?" Tanyanya lagi pada Rara. Rara terdiam, menatap Nial dalam-dalam. Bola matanya memutar, dia sedang berpikir sekarang.

"Ok! Asal lo mau pensiun dari kerjaan lo jadi playboy kelas hiu. Gimana?" Tanya Rara.

"Ok baby... Deal!" Kata Nial tegas. Kemudian mencium bibir Rara.

"Woooo... seriusan ini??" Tanya Boy penasaran. Aku hanya menggeleng gelengkan kepalaku.

"Serius lah. Emang lo, jangkrik!" Pekik Nial pada Boy. Boy hanya membalasnya dengan tawanya yang keras.

"Kak Bella jadi saksinya. Termasuk bang Byan sama bang Boy." Kata Rara. Aku dan Boy mengangguk.

"Mang lo mau kasih gue apa kalo gue mau jadi saksi lo Ra?" Tanya Bella.

"Lo mau minta apa?" Timpal Nial.

"Gue minta berlian." Ucap Bella tegas.

"Ok. Gue bakalan kasih lo berlian buat sumpel mulut lo. Dasar cewe matre lo!" Sungut Nial kesal. Boy dan Bella tertawa.

Aku menggeleng gelengkan kepalaku. Kemudian Rara mengambil smartphonenya, dan meminta kami berfoto bersama. Sebelumnya Nial telah menyematkan sebuah benda berbentuk lingkaran pada jari manis Rara, sebagai bukti dia telah melamar gadis mungilnya itu. Dan yang membuat kami tertawa hingga detik ini, benda berbentuk lingkaran itu bukan sebuah cincin. Tapi sebuah lingkaran yang dia ambil dari gantungan kunci mobilnya.

Tbc.

-----

Hi semua...
I come back.
Semoga bisa menghibur ya...

Btw nih ya, yang udah baca cerita this is cinta, itu gambar dimulmed Abyan ya, mirip nggak sama abinya Abyan?? Tapi terserah kalian juga sih mau bayangin siapa. Yang penting, bayanginya cowo yang ganteng parah ya. Hahaha.
Semoga nggak ada yang protes deh, kabooor.

Semoga kalian yang mau membacanya sudi untuk meninggalkan jejak kalian disini. Please vote and comment.

Salam,

Author abal2 ^^

Продолжить чтение

Вам также понравится

U & I (oneshoot 21) mhyndra

Любовные романы

3.3M 25.7K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
Love Hate C I C I

Подростковая литература

2.9M 209K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
Hidden Marriage Safira RM

Любовные романы

1.8M 87.8K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...