Treated Like a Queen

By yourcatty

301 111 103

"Dalam tiga hari, dia bakal jadi pacar gue" "Kalo nanti kita ketemu lagi, kasih aku satu kesempatan" "Gue suk... More

Setan dan Lalat
Takdir
Ricuh
Yuk modus!

Opini

42 23 3
By yourcatty

Anak tangga yang dilapisi marmer abu abu terlihat bersinar dari sudut manapun. Mungkin daun saja akan menyingkir malu untuk menapakinya. Bentuknya yang lebar, bersih dan terawat, bisa saja menjadi semangat semua warga Spiral untuk berlalu lalang. Mungkin. Padahal, melihatnya saja bisa membuat seseorang menghembuskan nafas pasrah. Bukan masalah betapa eksotisnya tangga tersebut, tetapi berapa banyak Nara akan berlalu lalang melewatinya.

Ya, Nara si anak mageran.

Yang Nara masalahkan adalah mungkin dalam sehari ini, ia akan melewatinya belasan kali. Entah itu untuk panggilan, mengambil sesuatu, rapat dadakan atau apapun. Nara tak mau membayangkannya. Sial, membayangkan saja sudah membuat Nara capek.

"Siapa anjir yang bikin gue jadi pendamping kelas arwah?!" Kesalnya heran.

"Eits, ngapain sih ngomel mulu?" Ucap Danta yang tiba tiba datang langsung merangkul pundak Nara.

"Ish, kebiasaan ya lo dari dulu! Ngagetin doang kerjaannya" omel Nara langsung menempeleng kepala Danta. Ia kesal.

"Dari pada lo, kerjaaan kok nempelengin kepala orang" jawab Danta sambil mengusap bekas tempat tempelangan Nara.

"Aishh kesel gue, lagian mana sih si Danan Danan itu?! di grup bilangnya o ka o ka doang, nyatanya belum nongol tuh" cibir Nara kesal.

Sebelumnya memang mereka sudah janjian akan ke arwah bersama. Biar ga garing kata Nara. Sudah dibalasi "Siap kanjeng nyai" oleh Danta di sertai emoticon laki laki berbaju biru yang terduduk di bawah menghadap kiri seperti bersimpuh dan "ok" oleh Danan di grup wa mereka.

"Sorry tadi ngambil presensi peserta MOS dulu" ucap Danan yang tiba tiba datang dengan tangan yang menenteng map. Data presensi dan materi.

"Sans, gue juga baru sampai kok, ya kan, Ra?" ucap Danta meyakinkan yang hanya di balas deheman Nara yang terlihat cemberut.

Air muka Nara yang sebenarnya diperhatikan tidak sengaja oleh Danan itu membuat satu kata terlintas dipikiran Danan. Gemes.

"Cemberut aja sih lo, cepet tua baru tau" ejek Danta sambil mencubit hidung Nara.

"Apa sih? Sok kenal sok deket lo" jawab Nara sambil melepas rangkulan Danta kemudian berjalan menuruni tangga dengan wajah yang terlihat kesal.

"Heh tungguin anjir, yok Dan" ucap Danta sambil berjalan cepat menuruni tangga.

"Biasa, masih kencing darah gitu. Bisa makan manusia bulet bulet itu masa period gini" lanjutnya kepada Danan setelah bisa mengimbangi jalan Nara yang berada di depannya.

"Gue denger ya gembel!"

•••

Para peserta didik baru riuh saling mengobrol terdengar hingga luar kelas. Dilain tempat, para pendamping sudah bersiap masuk sesuai dengan prosedur masing masing team yang telah di sepakati sebelumnya. Tim Nara sudah berdiri di depan kelas 10 IPS 1 dengan Danan yang menenteng map yang berisikan kertas putih bertuliskan data presensi beserta materinya dan Nara yang membawa kertas folio yang ditempeli nama tiap peserta didik baru untuk nantinya ia menulis kesalahan para peserta nantinya.

Ya, itu tugas Nara dalam team. Seperti sekretaris yang akan mencepukan kesalahan mereka. Nara tertawa dalam hati memikirkannya. Jangan lupakan Danta sebagai ketua dan Danan menjadi manusia serba melakukan apa saja nantinya. Itu yang mereka musyawarahkan dan sepakati sebelumnya.

Setelah masa istirahat upacara habis, Danta mulai berjalan memasuki kelas dengan gaya angkuhnya. Diikuti Danan dan Nara dengan jalan yang biasa. "Sok banget si Danta" batin Nara sambil melihat gaya Danta.

Setelah menaruh map dan kertas di meja guru, kecuali Danta yang ikut ikutan agar terlihat berguna tentunya. Danta kemudian berjalan ke depan kelas lalu menengok ke arah Nara dan Danan untuk meminta persetujuan memulai yang kemudian dijawabi dengan anggukan mereka.

"Selamat pagi semuanya" ucap Danta dengan lantang.

"Pagi! Pagi! Pagi!" Jawab mereka semua dengan semangat.

"Oke. Sebelum kita memulai kegiatan hari ini, alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu dengan keyakinan masing masing. Berdoa mulai!" Perintah Danta dengan bijak.

"Selesai"

"Oke. Sebelumnya kita perkenalan terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Dantano Ephraim Al Y. dari kelas 11 MIPA 5 " ucap Danta memperkenalkan diri lalu menoleh kearah Danan dan Nara menyuruh untuk memperkenalkan diri.

"Saya Gandanan Denis Sarwapalaka 11 IPS 1" ucapnya tegas memperkenalkan diri.

"Halo semuanya, nama kakak Kareena Zora Parameswari, kalian bisa panggil kakak dengan Kak Nara dari kelas 11 MIPA 6" Ucap Nara ramah sembari tersenyum.

Dan sekali lagi, senyuman itu tak luput dari pandangan Danan. Kenapa ia baru bisa berdiri sedekat ini dengan Nara? Dan kenapa ia baru bisa melihat dan memperhatikan ekspresinya? Kemana ia selama ini? Sialan. Nara terlalu manis untuk dilewatkan.

"Oke, kami sebagai pendamping kalian berharap agar kita bisa bekerja sama dalam menyukseskan kegiatan ini. Yang pertama, kita akan melaksanakan cek atribut, ketertiban akan peraturan dan berbagai barang bawaan yang telah diperintahkan sebelumnya. Bagi yang merasa tidak lengkap bisa maju ke depan. Jika ternyata apa yang kalian lakukan tidak sesuai tindakan kalian, hukuman akan di perberat" ucap Danta dengan tegas membuat para peserta didik menegang. Salah atau tidak, takut passwordnya. Karena Suasana berubah mencekam.

"Boleh juga" batin Nara bangga akan gaya yang ditampilkan Danta.

Setelah itu, siswa baru yang merasa salah maju kedepan. Para pendamping berjalan memeriksa tiap siswa. Setelahnya, Nara dan Danan menggiring siswa siswi yang teledor itu ke lapangan utama. Nara benar, ia akan melewati tangga marmer itu berulang ulang kali nantinya, seperti saat ini. Sesampainya di lapangan utama, disana terlihat sudah ada kelas lain yang sedang diintrogasi para pendampingnya. Danan dan Nara juga akan melakukannya. Ingat, prosedur team.

Setelah dibariskan, Nara mencatat kesalahan kesalahan apa saja yang mereka perbuat.

"Apa pembelaan kalian?" Tanya Danan dengan datar.

"Siap lupa Kak"

"Siap! papan namanya dirobek adek kak"

"Siap! buru buru kak"

"Bisa bisanya kalian seteledor itu? Para pendamping udah capek capek rapat pas libur sampe nginep di sekolah biar gimana nyuksesin kegiatan ini dan yang kalian lakuin cuma gitu?" Jawab Danan sakartis dengan tatapan mengintimidasinya.

Suasana bertambah mencekam.

"Danan lebih oke dari Danta, sip tugas gue emang cuman berdiri. Mantap" batin Nara kesenangan dengan wajah yang ia netralkan.

"Kenapa diem? Ngerti kalian?" Lanjut Danan dengan tegas dan keras.

Merasa suasana sudah sangat mencekam, Nara berinisiatif mengambil tindakan.

"Besok tertib, bisa?" Ucap Nara tenang dan tegas dalam satu kalimat.

"Siap bisa kak" jawab mereka bersamaan.

"Hukuman tetap hukuman. Masalah besok kalian yang menentukan. Dari kami, kami berharap bisa bekerja sama agar dalam kegiatan ini berjalan dengan lancar dan kejadian seperti ini tidak terulang lagi, mengerti?" Ucap Nara tegas.

"Mengerti kak"

"Tegas dan tenang" batin Danan dengan menaikkan satu ujung bibirnya samar.

"Zam, urus nih IPS 1" perintahnya kepada Alzam yang menjadi salah satu pengurus para peserta didik baru yang melanggar.

"Balik" ucap Danan pada Nara yang dijawabi anggukan Nara.

•••

Selama perjalanan ke kelas, hanya keheningan yang mengisi langkah mereka. Canggung. Kata itulah yang mendeskripsikan suasana kali ini. Didepan kelas terlihat Danta yang sedang bersandar pada dinding dengan satu kaki yang ia tekuk lalu telapak kakinya ia tempelkan pada dinding. Tanganya bersedekap dengan kepala mengadah keatas sembari mata yang tertutup.

Mendengar ketukan langkah kaki, Danta membuka matanya, menolehkan kepala mengarah sumber suara. Kakinya berjalan kearah mereka berdua.

"Diem diem baek, ngopi ngapa ngopi" suara tengilnya kembali berulah dengan tangan yang kemudian merangkul pundak mereka berdua.

Sial, wajahnya tengil bin sok akrab.

"Ada info?" Tanya Danan dengan tangan melepas rangkulan raja sokab itu.

"Sepuluh menitan lagi Pak Solihin selesai ngasih materi. Abis itu kita masuk sekitar sepuluh menitan sambil nunggu anggota lain masuk. Oh iya atas nama Abraham Abraham itu bolos hari ini. Catet Ra" jawab Danta lugas yang langsung di lakukan Nara.

Mereka berdua yang melihat posisi Narapun tersenyum, benar kata Danan. Nara terlalu manis untuk dilewatkan.

"Serius amat neng, pipinya jatoh tuh" goda Danta melihat wajah Nara yang serius saat menulis sembari berjongkok. Pipinya yang cabi sangat tampak dalam posisi seperti itu.

Pada saat bersamaan, Nara yang selesai akan kegiatannya langsung berdiri. Ia menabok lengan Danan dengan cemberut.

"Ih kesel gue sama lo, pokoknya gua ngambek!" Ucap Nara yang cemberut dengan tangan bersedekap dan kepala yang ia palingkan.

"Ngambek kok bilang bilang" celetuk Danan gemas tanpa sadar.

"Sapa Lo? Gue libur ya ngomong sama kalian" jawab Nara yang kini benar benar membalikkan badannya.

Lucu, ramah, ngambekan. Menggemaskan.

Opini opini itu muncul sebagai penggambaran karakter Nara. Cewek yang sepertinya tidak tertarik terhadapnya.

Ia ingin tau lebih.

Hari ini, esok atau nanti sekalipun.

Ia akan mencari tahu.

Tunggu Nara.

•••

August 29, 2021

Makin lama makin panjang aja ya?
Makin lama makin asik juga nih guys.

Menurut kalian gimana?

Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 264K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
6.5M 215K 74
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
910K 89.1K 49
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.3M 61.3K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...