Kakak Kelas (Revisi)

Bởi saaaa_lalali

942 798 698

⏺ DILARANG KERAS PLAGIAT / JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN!!!⚠⚠ [Follow sebelum baca] "Antara aku dan dia, Yang mu... Xem Thêm

2
3
4
5
6
7
8

1

207 143 200
Bởi saaaa_lalali

Halo semuaa!
Makasih buat kalian yang udah mau mampir ke ceritaa ku:)

Aku cuma mau ngasih tau, Kalo ini cerita pertamaku.
Kalo semisal ada kesalahan dalam kata, maupun kalimat, atau mungkin titik, koma, Mohon di maafkan. kalo bisa di ingetin yah.

Bari aku semangat dong, biar aku semangat up nya, hehehe.

__❁__

"Kak Vano," Panggil seorang cewek. yang memiliki mata sipit, tubuh mungil, dengan rambut dikuncir satu, dan poni yang menutupi jidatnya.

"APA!"

"Selow dong Kak, heheh," Ucap cewek itu sambil menyengir.

"Kak Vano, ganteng banget sih!"

"Iya nihh, gue emang ganteng dari lahir," Ucap Vano tersenyum sombong, sembari menyisir rambutnya kebelakang.

"Ehh. Ngapain gue tanggepin, gue kan males sama lo, pergi sana lo!"

"Kak, lo mah gitu, tadi aja gue puji langsung senyum. Kok, sekarang jadi gini, sihh," Dumel cewek itu sambil mengerucutkan bibirnya.

"Dih. Ogahh, sana lo pergi, hus-huss!" usirr Vano, sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka cewek itu.

"Kak. Kak Vano, tau gak?"

"Enggak!"

"Kak Vano tu, berarti benget bagi aku tau, gak! " Gemes cewek itu sembari mencubit kedua pipi Vano.

"Aaaa, makk! anak mu yang tampan ini mau di perkosa!" teriak Vano yg begitu nyaring. Bahkan Orang-orang yang tadi tidak peduli dengan mereka berdua, tiba-tiba atensi semua mata melihat kearah mereka secara serontak.

Cewek yang menyapa Vano itu adalah Renata Andini Putri, Adek kelas Vano. Renata bahkan sangat menyukai cowok itu dan mengejar cinta Vano yang notebenya kakak kelasnya. Vano sering di juluki si tukang rusuh sekolah, tak tau bagaimana Renata amat menyukai kakak kelasnya itu, yang jelas-jelas memeiliki sikap urakan. Memang, cinta tak harus memandang dari mana segi buruk orang itu, dan cinta bisa datang dari segi manapun tak perlu di pertanyakan.

"kakkkkk!" Bentak Renata. Dengan mukanya yang sudah merah menahan malu.

"Bisa gakk. Mulut nya tu di saring dikit aja, lo tu malu-maluin, bego!" Dumel Renata.

"Lo tau, kalo gue tu malu-maluin. Terus, kenapa lo deket-dekat gue? nempelin gue, ngejar-ngejar gue. Lo itu udah kaya renternir, risih gue," dumel Vano sambil membenarkan ledak dasinya yang sedikit kendor.

"Yaa, karna gue suk-" Ucapan Renata terpotong oleh teriakan cempreng kedua temennya.

"Renataa!" teriak dua orang cewek.

Dari arah lapangan ada dua cewek yang berlari menuju keberadaan Vano dan Renata. Mereka tampak panik, seperti orang di kejar-kejar setan. Bahkan penampilan mereka tidak bisa di bilang rapi.

"Hoss...hosss. Huh, capekk banget gilaa, " dumel Sela sembari mengatur nafas nya. Dia adalah Angela Sela Ariesta, biasa di panggil Sela. Anak ke satu dari dua bersaudara, Sela memiliki adik yang masih kelas 7 SMP. Orang tuanya memiliki bisnis kuliner yang sudah memiliki cabang di mana-mana.

"I-ya. capek banget, nafas gue kaya mau berhenti," ucap manda sembari memegangi dada nya yang naik turun. Dia adalah Amanda Safila Finanda, biasa di panggil manda. Dia adalah anak tunggul, ibunya memiliki usaha laundry yang sudah memiliki cabang di mana-mana, ayahnya sudah tiada.

"Lo berdua kenapa?" tanya Renata dengan menaikkan satu alisnya.

"Ahaha. lo berdua, kaya buronan yang lari dari penjara," ledek Vano.

"Heh lo! diem lo. Bacot mulu dah jadi cowok, kalem dikit bisa gak sih lo!" Emosi Manda sembari menatap tajam Vano. sedangkan yang di tatap hanya mengedihkan bahunya.

"Kalo gue kalem, gak jadi Vano dong? yang ada, Vani, ahahaha," ucap Vano, di iringi dengan tawa di akhir katanya, lalu ia meninggal kan ketiga cewek itu.

"Bangsatt lo!" Geram Manda.

"Sabar, Daa." ucap Sela berniat menenangkan, memang yang gampang terpancing emosi di antara mereka bertiga adalah Manda.

"Kak, mau kemana!?" teriak Renata sebelum Vano bergi.

"Bukan urusan lo, wleee," ucap Vano sembari menjulurkan lidahnya ke depan.

"Kak Vano, bangkee!" dumel Renata sembari menghentak-hentakkan kedua kakinya.

"Bisa-bisanya, lo demen sama tu anak setan!?" Ucap Manda agak keras,
sembari bergeleng-geleng.

"Kak Vano tu aslinya baik, kok," guman Renata sembari memperlihatkan wajah imutnya, sedang kan Manda dan Sela hanya bisa bergidik ngeri melihat temannya yang sangat amat bucin.

"Ohh ya, kalian berdua, kenapa tadi lari-lari kek orang kesetanan?" tanya Renata.

"Aaaa. lupaaa kannnn, guee!" teriak Sela sembari panikk.

"Gini Ren, kita tu lagi kabur dari kejarannya pak budi. soalnya, tadi tu kita gak sengaja mecahin kaca mading, Hehehe," jelas Manda sembari menyengir.

"Apa? kita? ini tu salah lo tau gak, Da!" protes Sela gak terima.

"Dihh. Kok gue, orang lo yang dorong gue ke mading, sampe tu mading pecah," bela Manda sembari menatap tajam Sela.

"Iya-iya. Ini salah kita, mata nya yang natap selow dong, mbak!" Kesal Sela sembari nunjuk mata Manda, membuat orang yang di tunjuk membuang muka.

"Udahh! Mending kita kabur ke Rooftrop, pasti aman." saran Renata yang di angguki kedua temannya.

Saat ini, mereka bertiga berjalan menuju Rooftrop dengan terburu-buru. Nama sayangnya, mereka bertiga ketahuan oleh Pak Budi yang tiba-tiba muncul dari ruang TU.

"Kalian. Diam di sana!" teriak Pak Budi yang sudah tergesa-gesa menghampiri mereka.

"Jirr. Ketahuan, tamat sudah riwayat gue," ujar Sela sembari menepuk jidatnya.

"Taekk tu Guru, pakek nongol di situ lagi," dumel Manda sembari menahan emosinya.

"Eh gays. Gue cabut dulu ya, gak mau ikut campur, byee," ucap Renata yang sudah melenggang pergi sembari melambaikan tangannya.

"Renata, taek lu!" teriak Manda nyaring memenuhi koridor.

"Kalian! Ikut saya, ke ruang BK, cepatt!" Perintah Pak Budi.

"Tapi Pak sa-" belum sempat Sela melanjutkan kalimatnya, Pak Budi sudah menyeret mereka berdua menuju keruang BK. Mereka berdua hanya bisa pasrah menerima hukuman apa yang akan di berikan oleh Guru BK.

___

Di lain tempat, saat ini Vano sedang berjalan menuju kantin. Namun, saat dirinya berjalan menuju kantin, dia berpapasan dengan Pak Danang, si Guru Matematika yang amat terkenal killer.

"Halo, Pak," sapa Vano ramah, tak lupa memperlihatkan senyumnya.

"Kamu, saya hukum!" ucap Pak Danang sambil menatap Vano garang.

"Salah saya apa, Pak?" dengan muka polosnya, Vano bertanya ke Pak Danang.

"Kamu, masih nanya?" tunjuk Pak Danang ke Vano, "jelas-jelas, kamu, bolos di jam mata pelajaran saya!"

"Saya, gak bolos kok, pak. Tadi saya lagi berak di toilet, hehehe," Alibi Vano, sembari menyengir memperlihatkan deretan giginya.

"Kenapa gak balik-balik?!"

"Ini, saya mau balik kok, Pak"

"Balik kamu bilang? orang jelas-jelas, kamu menuju kearah kantin!" ucap Pak Danang sembari mengusap wajahnya, karna sudah malas berurusan dengan seorang Vano Angga Winata.

"Tadinya, emang mau ke kelas, heheh. Tapi jam nya Bapak kan, udah selesai, ya udah saya ke kantin," ucap Vano dengan muka cengengesannya.

"Haiss sudah. Sekarang, kamu saya hukum guntingin rumput, di depan Sekolah yang diujung kanan," ucap Pak Danang sambari menunjuk depan sekolah.

"Yang deket taman depan itu ya, Pak?" Tanya Vano pelan takut salah ngomong.

"Iya!"

"Bapak gak asik, masa, orang ganteng kek saya di suruh guntingin rumput," dumel Vano lalu meninggalkan Pak Danang yang masih berdiri di tempat.

"Dasar, bocah gendeng," ucap Pak Danang sambil Berggeleng-geleng.

Saat ini, Vano sudah berada di taman depan Sekolah. Vano hanya menatap sekelilingnya sambil membawa gunting besar untuk memotong rumput.

"Buset, ni rumput subur bener dah, banyak banget lagi. Kapan kelarnya ni gue bersihin," Menolong Vano sambil bergeleng-geleng.

"Dua babu gue, kemana ya?" Tanya Vanoke diri nya sendiri. Iya, dua babu yang di maksut Vano adalah kedua temennya yang bernama, Galang Aditya Wijaya, biasa dipanggil Galang. Dan Arlandho Dion Juniar, biasa dipanggil Dion.

Vano melangkah manuju rumput- rumput itu dan memulai memotong rumputnya. Namun, tiba-tiba aksinya terhenti, saat dia melihat seorang cewek yang sedang melihat ke
bawah got dengan wajah gelisah.

"Tu, cewek ngapain mandangin got sampe segitunya?" Tanya Vano ke diri nya sendiri.

Vano mulai memincingkan matanya sembari menyipitkan matanya, untuk mengetahui dengan jelas siapa cewek tersebut.

"Lha, itu bukannya, Markonah? ngapain tu cewek di situ?" Tanya Vano yang saat ini sudah berdiri tegap menatap datar cewek tersebut. Ya, cewek yang di bilang Markonah oleh Vano tadi adalah, Renata.

Vano menghampiri Renata dengan sambil membawa gunting pemotong rumputnya. Saat sudah berada depat di belakang Renata, Vano memanggil nama Renata dengan sebutan Markonah.

"Markonah!"

"Aaaaa...!" Teriak Renata yang terkejut, "huhh. Ya ampun, ternyata kak Vano, kirain siapa. Kenapa, kak?"

"Mck, lo tu kenapa sih? ngapain coba, lo daritadi mandangin tu got, sampe segitunya?" Tanya Vano sambil membuang asal gunting pemotong rumput.

"Kak, lihat coba ke got," Suruh Renata sembari menunjuk got.

"Emang kenapa? ohh gue tau, pasti ada kecebong kan? atau mungkin hp lo kecebur, ahahaha," ledek Vano dengan muka tengilnya.

"Kak!" Renata tanpak memelas, sembari memegang lengan Vano.

"Ehh. Jangan pegang-pegang, belum halal!" Ucap Vano yang berusaha melepaskan cengkraman tangan Renata.

"Ya udah, halalin gue, Kak!" Ucap Renata dengan nada gak bisa slow. Sedang kan Vano hanya diam membeku, sembari terkejut karna ucapan tak terduga dari Renata.

"Kak, Kak Vano!" Teriak Renata hinga membuat kesadaran Vano kembali.

"Kak Vano, kenapa?"

"Gak kenapa-napa," Ucap Vano berbohong.

"Ekhem. Emm, tadi kenapa? di got ada apa?" Tanya Vano sembari menghilangkan rasa gugup.

"Kak, ada kucing di situ, kasian banget kak, gue mau nolongin tapi rok gue kependekan, jadi sulit," Ucap Renata dengan muka sedihnya.

Lalu vano melihat ke arah got, dan benar saja, di sana ada sekor anak kucing yang tidak bisa keluar dari dalam got. Vano lalu meminta penjelasan, dengan menaikan satu alisnya.

"Kak, tolongin," Guman Renata sembari mengguncang-guncangkan lengan Vano.

"Maksut lo, gue lo suruh nyebur ke got, gitu?"

"Iya, Kak. Pliss tolongin, kucing nya kedinginan, cepet Kak, buruan," Minta Renata yang sudah memohon-mohon.

"Dih. Ogahh, yang ada entar gue kotor dong, gak ganteng entar gue," Dumel Vano sambil membenarkan setelan almameternya.

"Kak Vano mau kena got, atau pun apa itu, lo tetap ganteng. Jadi pliss, kak. Tolongin, ya," Melas Renata dengan muka sedihnya.

"Biarin aja mati. Entar, kita kubur bareng-bareng, ok. Tenang, entar gue undang orang-orang buat melayat dan yasinin, gimana?"

Renata hanya melogo, melihat jawapan tak terduga yang baru saja di lontarkan oleh Vano, jawapan macam apa ini? keadaan seperti ini, masih aja bercanda.

"Kak, lo jahat banget, sih. Gak berperikemanusiaan. Yaudah, kalo gak mau nolongin, biar gue aja yang turun ke got," Dumel Renata sembari berjongkok bersiap mencebur kedalam got. Namun, lengannya di cekal oleh Vano, sehingga menghentikan aksi Renata yang hendak masuk kedalam got.

"Kenapa?" Tanya Renata yang sudah menatap Vano yang saat ini menunduk kearahnya.

"Gak usahh! lo berdiri, cepet, biar gue aja yang nolongin tu kucing," Perintah Vano sambil membantu Renata berdiri.

"Ya ampun, Kak Vano baik banget, huhu," Puji Renata dengan mata berbinar.

"Gue emang baik orangnya, kebaikan gue tu, udah di akui oleh bapak presiden," Ucap Vano sombong sambil mengulas senyum songongnya. Renata hanya mengangguk sebagai jawaban.

Sebelum turun ke got, Vano membuka sepatunya dan menampakkan kaki telanjang Vano yang amat glowing. Vano mulai turun kegot, dengan berhati hati sembari mengomel-ngomel kaya ibu-ibu gak di kasih jatah bulanan.

"Dasar kucing sialan. Ngerepotin orang aja, pengen banget, lo gue cincang. Terus, daging lo gue kasih ke wartawan, biar sekalian gue di wawancara, terus masuk TV, gara-gara ngebunuh lo," Dumel Vano sambil mengangkat anak kucing itu keRenata. Dengan sigap Renata menangkap anak kucing itu. Renata bahkan masih tertawa walau gak bersuara, karna dumelan Vano yang menurutnya lucu.

Vano sekarang sudah keluar dari got, sambil membersihkan celananya yang kotor. Renata yang melihat itu hanya tersenyum senang, dia tidak menyangka Vano akan membantunya, ya walau banyak dumelan yang keluar dari mulut Vano.

Renata dengan cepat melepaskan jas almameternya untuk menyelimuti anak kucing. Namun, kegiatannya di tahan oleh Vano, membuat Renata mendongak kearah Vano yang membungkuk kearahnya.

"Kenapa, lo lepas?"

"Mau gue selimutin nih, si empus, hehehe."

"Jangan. Entar kotor, punya gue aja yang udah terlanjur kotor," Vano melepas jasnya, lalu menyodorkan ke Renata. Namun, Renata menggeleng.

"Gak, Kak. Punya gue aja, tambah ngerepotin entar. Gue gak mau, ngerepotin kakel gue, yang paling ganteng ini," Ucap Renata dengan senyuman manisnya.

"Udah, terima aja, ni," Vano langsung membuang jasnya keatah Renata dan berlalu pergi, karna ia belum selesai dengan hukuman memotong rumputnya.

Vano berhenti dan membalikkan badannya," itu jas gue di jaga yang bener. Jangan lo jual, awas lo, kalo sampe lecet tu jas gue, sekalian di cuci, belum lo cuci lo kembeliin ke gue? ogah gue, mah," Ujar Vano sambil memasang muka sok jijik.

"Iya, Kak. Tenang aja, aman," Ujar Renata sembari mengacungkan jempol.

"Awass. Jas gue, jangan lo peluk- peluk, jangan lo cium-cium!" Peringat Vano ke Renata. Renata hanya mengangguk sebagai jawaban.

Vano sudah kembali di tempat nya semula. Yaitu, memotongi rumput di siang hari, dan hanya memakai sragam pendek, karna jasnya ia berikan ke Renata. Renata mengelus kucing itu dengan sayang, lalu ia segera beranjak pergi, sambari menggendong kucing yang di baluti jas Vano.

Dua jam kemudian

"Lalala....uuuyeee. Aku kepanasan makk, aku lelah makk, aku benar-benar capekk, makk. MAkk!" Senandung vano,sembari berteriak di akhir kata nya.

"Panass. Panas amat, dah. Kalo gue punya kekuan kek ironmen, tu matahari, gue ganti bulan dah sinag bolong kek gini," Dumel Vano sembari mengipasi wajahnya dengan tangannya sendiri.

"Ketekk gue. Emmm, bauu benget anjir, haus lagi," Ucap Vano, sembari mencium keteknya yang bau keringat, " Gila-gila, ternyata, gue di sini udah 2 jam, betah banget dah, gue."

Dari arah belakang, datang seseorang yang menghampirinya dan seseorang itu berdiri depat di belakangnya, bayang-bayang seseorang itu tercedak jelas di depan Vano. Vano hanya melihat bayangan itu tanpa minat menoleh ke belakang, dan keadaan Vano saat ini masih jongkok mengguntingi rumput.

Seseorang yang di belakang Vano itu menyodorkan air meneral tepat di pipi Vano, yang membuat sang empu terjengkit, karna rasa dingin dari air tersebut. Dengan gerakan cepat, Vano menengok kebelakang untuk memastikan siapa yang menyodorkan air mineral itu.

"Eh, elo, kenapa?" Tanya Vano dengan bodohnya.

"Kak Vano mah, gak peka. Orang jelas-jelas, gue kesini ngasih air ke Kak Vano, kak Vano haus kan? ni, buat lo," Ucap Renata dengan nada agak kesal, namun ia paksakan untuk tersenyum.

"Gak! Udah pergi sana lo, ganggu orang pacaran aja," Usir Vano dengan menggeplak-geplak kaki Renata, membuat sang empu menghindar agak menjauh.

"Kak. Lo tu pacaran sama siapa, hah?sama rumput? benar gak waras lo, Kak."

"Gue pacaran sama. Sama....,sama diri sendiri, wleee" Ucap Vano ngawur sambil menjulurkan lidahnya.

"Kak, lo tu gak waras. Tapi kenapa gue bisa suka sama, lo?" Tanya Renata sembari tersenyum tulus, "yakin, gak mau airnya? gak haus, kah?"

"Ya udah, sini," Vano merebut air tersebut, ia langsung meneguknya hingga menyisakan setengah.

"Kak."

"Apaan! sehari, gak ngehampiri gue gitu bisa, gak? akgrssss, gue berasa kaya buronan," frustasi Vano, sembari mengusap wajahnya gusyur.

"Bentar lagi, bel pulang bunyi. Buruan balik ke kelas, istirahat, aku duluan ya kak, byee," Ucap Renata dengan senyum manisnya yang saat ini sudah berjalan menjauh.

"Pergi sono lo. Jauh-jauh, ganggu orang aja," Ucap vano yang sudah berdiri tegap, "woii. Makasih air nya!" Teriak Vano dan di acungi jempol oleh Renata.

Dengen segera Vano berjalan pergi meninggalkan hukumannya. Lagipula, Pak Danang tak memberi waktu berapa lama menyelesaikan hukumannya, ini juga sudah terlalu lama untuk mengerjakan hukumannya tadi.

Vano berjalan begitu cepat menuju dalam sekolah, karna dia ingin segera meneduh dari panasnya matahari di siang hari. Vano melihat tempat duduk di samping mading, dengan segera ia menghampiri bangku itu, untuk mengistirahatkan tubuhnya di sana. Tubuh Vano benar-benar penuh dengen keringat, membuat kesan bad boy di sana.

Vano melihat bodol air yang ia genggang di tangannya, membuat ia reflek mencetak senyum tipis di bibir nya. Dengen segera, Vano meneguk air itu sampai habis dan membuang botol bekas itu kedalam tong sampah yang ada di dekatnya.

"Hari ini, melelahkan," Ujar Vano, Lalu dia langsung beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju kantin, untuk saat ini ia merasa perutnya sangat lapar.


Bersambung,

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

3.6M 172K 63
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
3.7M 295K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
2.4M 159K 50
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! "𝓚𝓪𝓶𝓾 𝓪𝓭𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓲𝓽𝓲𝓴 𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓮𝓷𝓽𝓲, 𝓭𝓲𝓶𝓪𝓷𝓪 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓹𝓸𝓻𝓸𝓼 𝓭𝓮𝓷𝓰𝓪�...
496K 23.5K 48
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...