A Promise : Sebuah janji deng...

By lidiyatania

2.1K 1.5K 1.2K

Rio, Anes, Gab dan Ara sudah bersahabat sejak lama. Hubungan mereka baik-baik saja sampai seorang gadis berna... More

Bab I - Pertemuan pertama
Bab II - Rio berubah
Bab III - Debaran rasa
Bab IV - Mendadak jadi artis
Bab V - Nic's Cozy
Bab VI - Oh jadi ini yang namanya Lyssa
Bab VII - Menenangkan Ara
Bab VIII - Kilas Masa Lalu
Bab IX - Anes dan kenangannya
Bab XI - Hari Bersamamu

Bab X - Pergerakan rasa

95 74 62
By lidiyatania

Aku ingin selalu berada disisimu,  disetiap saat,  disetiap waktu. Dapatkah kamu mewujudkannya?


========== A Promise - Bab X – Pergerakan rasa ==========


Pagi ini langit terlihat cerah, berwarna biru dengan gugusan awan putih hilir mudik. Kicauan burung pun terdengar riuh dan saling bercengkrama.

Libur telah usai,  waktunya kembali ke sekolah.

Mansion mewah keluarga Stevano hari ini terlihat ramai. Itu karena keberadaan sahabat-sahabat Rio disana.  Hari ini mereka akan berangkat ke sekolah bersama.

Jarum jam telah menunjukkan pukul lima lewat dua puluh menit. Lyssa sudah sibuk di dapur membantu Bi Minah menyiapkan sarapan. Sementara penghuni rumah yang lainnya masih sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.

Dua puluh menit kemudian makanan siap dihidangkan.  Bi Minah pun menyajikannya di meja makan,  sementara Lyssa kembali ke kamarnya dan bersiap menggunakan seragam sekolahnya. Beberapa menit kemudian,  Om Frans datang  dan mengambil posisi duduk di sudut paling ujung kanan meja makan. Disusul oleh Anes, dan Gab yang duduk dibarisan kursi sebelah kiri Om Frans, sedangkan Ara duduk dibarisan kursi sebelah kanan Om Frans dengan jeda satu kursi kosong disamping Om Frans yang sengaja ditinggalkan untuk Rio.

Lyssa baru saja mengambil tempat duduk dimeja paling ujung barisan kiri, disamping Gab, saat terdengar derap langkah Rio datang diiringi dengan senandung siulan. Seperti hari sebelumnya, Rio kembali membiarkan dasinya tergantung berantakan dilehernya tanpa disimpul. 

"Pagi semuanya." sapa Rio riang, dan dibalas "pagi" oleh semua orang yang ada dimeja makan.

Rio menghentikan langkahnya disamping Lyssa dan tersenyum lebar kearahnya. Alisnya bergerak naik turun sambil melirik dasi yang dikenakannya,  memberi kode kepada Lyssa agar kembali membantunya menyimpul dasi.

Lyssa lantas menoleh ke Ara yang duduk diseberang kanannya. Sekelebat bayangan keakraban Rio dan Ara  semalam, kembali hadir diingatannya. Untaian janji yang tak sengaja Lyssa dengar, kembali terngiang jelas ditelinganya.

Lyssa lalu menghela napas pelan. Dia harus menghentikan segalanya sebelum semua berjalan diluar kendalinya.

"Ka Rio pasang dasi sendiri saja ya." Lyssa akhirnya bersuara.  Lalu kembali membenarkan posisi duduknya,  mengabaikan Rio yang masih berdiri disampingnya.

Rio terdiam.  Berusaha menrcerna apa yang baru saja didengarnya. Apa Lyssa baru saja mengabaikannya?

"Maksudnya?" tanyanya bingung.

"Ka Rio kan bisa pasang dasi sendiri, jadi pasang sendiri saja ya." ucap Lyssa pelan.

Rio mengerjapkan matanya. Benar, Lyssa mengabaikannya.

"Ga mau. Pasangin!  Aku maunya kamu yang pasangin."  jawab Rio dengan nada memerintah.

Lyssa terdiam, mengabaikan perkataan Rio.

"Lyssa." panggil Rio sedikit kesal karena Lyssa tidak meresponnya.

"Sudah-sudah, jangan diperdebatkan lagi.  Rio cepat duduk." Perintah Om Frans yang sejak tadi menatap Rio dan Lyssa bergantian.  Dia sadar ada yang aneh dengan sikap Lyssa ke Rio, jelas sekali gadi itu sedang berusaha menjaga jarak.  Tapi biarlah itu menjadi urusan mereka berdua,  Om Frans tidak akan ikut campur.  Urusan anak muda,  pikirnya.

Tidak ingin membantah perkataan sang Papa, Rio akhirnya menyerah.  Ia pun berjalan kearah kursi kosong di antara Ara dan Papanya, lalu duduk disana.

Suasana di meja makan berubah menjadi canggung. Semua sibuk dengan makanannya masing-masing. Tidak ada yang bersuara.

"Pa, pamit. Guys, gue tunggu di depan." ucap Rio lalu beranjak pergi meninggalkan meja makan.

Om Frans menghela napas dan berdecak pelan. "Anak ini, sudah kembali ke wujud awalnya." ujar Om Frans pelan, namun masih bisa didengar oleh Anes, Ara, Gab dan Lyssa.

"Om, Ara juga sudah selesai. Ara berangkat sekolah dulu ya." ucap Ara lalu pamit pergi.

"Kami juga ya, om." ucap Anes dan Gab bersamaan. Lalu pamit menyusul Ara dan Rio.

"Baiklah. Kalian hati-hati ya." Jawab Om Frans sambil tersenyum.

Om Frans lalu menatap Lyssa yang masih duduk di meja makan sambil menunduk.

"Lyssa kamu ga berangkat juga?"

Mendengar namanya disebut, Lyssa pun menoleh dan tersenyum tipis. "Lyssa naik angkot saja, Om"

"Nggak bisa. Kamu bareng aku. Cepat selesaikan makannya. Aku tunggu didepan." ujar Rio yang berdiri tak jauh darinya.

Lyssa tersentak kaget mendengarnya. Bukannya tadi Rio sudah pergi, mengapa dia kembali.

"Tapi,"

"Nggak ada tapi-tapian. Sudah berani sekarang ngelawan?" Rio bersedekap.

"Benar kata Rio kamu bareng Rio saja ya." Om Frans tersenyum.

"Baik, om" ujar Lyssa akhirnya. Mendengar persetujuan Lyssa, Rio akhirnya pergi.

"Lyssa berangkat dulu ya om." Lyssa menghampiri Om Frans lalu mencium tangan pria paruh baya itu.

"Iya, hati-hati ya."

"Iya, om."


Sementara itu di parkiran mobil, Anes, Gab, dan Ara sedang menunggu Rio yang kembali masuk kedalam rumah untuk mengambil kunci mobil.

"Pakai mobil yang mana?" tanya Anes, begitu melihat kedatangan Rio.

"Pakai audi aja." jawab Rio lalu melempar sebuah kunci yang berhasil ditangkap  Anes. Anes pun masuk kedalam mobil disusul oleh yang lainnya. Anes duduk dikursi pengemudi dan Rio duduk dikursi penumpang sisi depan, sedangkan Gab dan Ara duduk dikursi penumpang sisi belakang.

"Saat Anes hendak menjalankan mobilnya, Rio berujar, "Tunggu Lyssa, bentar lagi dia datang."

Anes bukan sengaja ingin meninggalkan Lyssa, tapi karena biasanya mereka pergi hanya berempat ia pun lupa dengan keberadaan Lyssa yang harus ikut bersama mereka.

Pintu kaca bagian belakang pun berbunyi, Ara yang mendengarnya lantas membuka pintu sebelahnya dan mempersilakan Lyssa masuk kedalam.

Sejurus kemudian Audi Q8 berawarna White Metallic itu pun pergi meninggalkan kediaman mewah keluarga Stevano dan membelah jalanan ibu kota yang mulai padat. Dua puluh menit kemudian, mereka pun tiba di tempat tujuan mereka.

"Lyssa, nanti siang kita ke kantin bareng. Dan nggak ada penolakan." ucap Rio tegas, sebelum mereka beranjak ke kelas mereka masing-masing.

"Iya, ka." jawab Lyssa pelan.


***


Hari ini Lyssa tidak bisa konsentrasi.

Entah apa saja yang sudah dibahas Bu Tita di depan. Lyssa tak menngingat satu pun. 

Tiba-tiba saja Lyssa menghela napas kencang. Prissy yang duduk disampingnya pun menoleh. Sudah sejak tadi Prissy perhatikan Lyssa uring-uringan. Tumben sekali. Biasanya Lyssa selalu fokus dengan apapun yang guru jelaskan didepan.

"Lo kenapa, Lyss?" Prissy berbisik pelan.

"Pusing aku." jawab Lyssa.

"Kenapa pusing?"

"Hati aku bikin pusing."

Prissy mengernyit bingung. Maksud Lyssa apa sih sebenarnya? Prissy tidak mengerti.

"Memang hati bisa bikin pusing?" Prissy kembali bertanya.

"Bisa. Nih buktinya aku jadi pusing."

"Gue masih nggak paham. Kenapa hati lo bisa bikin pusing?"

Baru saja Lyssa akan bersuara, namun suara bel istirahat sudah lebih dulu menginstrupsi.

"Baiklah anak-anak, kita lanjutkan pelajaran kita lagi setelah istirahat." ucap Bu Tita lalu beranjak meninggalkan kelas.

Lyssa sontak menengok ke arah pintu kelasnya. Dan benar saja, Rio sudah berdiri disana. Tiba-tiba saja Lyssa enggan beranjak dari kursinya. Rasanya dia ingin istirahat didalam kelas saja.

"Yuk istirahat." ajak Prissy , sambil menarik tangannya pergi. 

Lalu Vivi, siswi paling cantik dikelasnya, datang menghadang jalan mereka. "Eh, Lyss, lo dicariin  tuh sama Ka Rio." ujar Vivi dengan nada ketus. "Btw, mana janji lo yang katanya mau kenalin gue sama Ka Rio, perasaan belum direalisasi juga sampai sekarang." 

"Eh itu, besok ya." Lyssa menjawab sekenanya. Siapa juga yang mau memperkenalkan mereka. Lyssa tak sudi.

"Lo sejak kapan kenal Ka Rio?" Prissy bertanya, bingung.

"Lyssa." Terdengar suara Rio, mendekat. "Ayo." perintah Rio begitu berada didepannya lalu menarik tangannya begitu saja.

"Nanti aku jelasin ya, Priss." jawab Lyssa lalu berjalan mengikuti langkah Rio.

Sesampainya di kantin. Mereka duduk dikursi pojok , persis dengan posisi mereka duduk kemarin.

"Kamu mau pesan apa?" Rio bertanya.

"Apa saja, ka."

"Bude Sumih, nasi kari, dua ya. Sama es jeruk, dua" ucap Rio kepada wanita paruh baya yang sedang berdiri mencatat order disampingnya. "Siap den." jawab wanita itu."

Setelah wanita itu pergi. Rio kembali menatap Lyssa dihadapannya.

"Kamu kenapa?" Rio bertanya langsung ke intinya.

"Maksudnya, ka?"

"Kenapa berubah? Kenapa jadi cuek gitu ke aku?"

Lyssa terdiam, bingung mau menjawab apa."

"Lyssa, jawab pertanyaanku. Aku ada salah sama kamu?"

Lyssa lantas menggelengkan kepalanya.

"Trus kenapa jadi cuek gitu? Semalam kita baik-baik aja deh."

"Lyssa cuma nggak mau menggangu hubungan Ka Rio dan Ka Ara saja."

"Kata siapa kamu ganggu hubungan kami?"

"Perasaan Lyssa bilang gitu."

"Cuma perasaan kamu aja. Aku dan Ara baik-baik aja kok. Kamu liat sendiri kan semalam? Kami nggak ada masalah apa-apa. Jadi karena itu kamu berubah cuek hari ini?"

Lyssa kembali terdiam.

"Lyssa, kamu salah paham. Ara itu orangnya baik kok. Kemarin dia hanya kaget karena kamar yang biasa dia tempatin tiba-tiba kamu tempatin. Itu salah aku yang tidak memberitahu dia sebelumnya. Tapi semua sudah aku jelasin ke Ara, dan Ara paham sekarang. Jadi nggak usah merasa nggak enak. Dan jangan cuek lagi ya. Aku nggak suka dicuekin gitu." Rio menjelaskan.

Rio salah paham. Bukan seperti itu maksud Lyssa. Tapi Lyssa juga bingung bagaimana mau menjelaskannya. Akhirnya Lyssa hanya mengangguk sebagai jawaban.

Sebenarnya yang Lyssa takuti adalah perasaan Lyssa yang mulai tak terkendali. Lyssa takut perlahan dia mulai mengharapkan sesuatu yang lebih dari Rio. Karena Lyssa akui, dia mulai nyaman dengan setiap kebersamaan mereka. 

"Yaudah, yuk makan." Rio mengusap kepalanya pelan dan tersenyum manis. Kemudian, seorang wanita yang dipanggil "Bude" oleh Rio datang mebawa makanan dan minuman pesanan mereka.

"Duh , Den Rio so sweet banget." ledek Bude penjual kantin.

 "Bude Sumih ini ganggu  aja deh." Rio pura-pura terganggu.

"Oh maaf atuh, Den, yowes lanjutin lagi so sweet - so sweetannya."

Mendengar percakapan Rio dan Bude Sumih,  pipi Lyssa pun bersemu merah. Tanpa sadar ia tersenyum tipis.

"Nah gitu dong, senyum. Kan makin cantik." puji Rio, membuat Lyssa semakin malu.

"Aaaa, Ka Rio jangan ngeledek Lyssa terus." Lyssa merajuk, membuat Rio tertawa lepas.

Dan Lyssa pun terdiam. Memandang Rio yang masih terus tertawa sambil meresapi sensasi yang tiba-tiba hadir menyerangnya. Seperti ada jutaan kupu-kupu yang menari-nari manja didalam perutnya. Membuat degup jantungnya berdetak dengan ritme yang semakin cepat. 

Lyssa pun menyadari apa arti semua itu. Dia telah jatuh hati kepada pemuda dihadapnnya saat ini. 


========== Bersambung ==========


30 Agustus, 2021

Diya

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 267K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
3.7M 175K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
242K 9.9K 29
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
264K 3.5K 9
INTINYA JN HAREM BERMEKI/BERMEMEK ONLY ONESHOOT OR TWOSHOOT. BXB AREA‼️ JENO : SUB JAN SALPAK SALPAK? JAUH² SNA MOHON BIJAK DLM MEMBACA. HOMOPHOBIC G...