1. PASSING BY

By rawrnana

8.4K 4.7K 19.2K

❝ Kamu dan segala kenangan yang tersisa ❞ ⚠️TIDAK UNTUK DIPLAGIAT⚠️ Ini Cerita keduaku, cerita yang sangat in... More

Prolog
1. the beginning of all
2. Dia yang asing
3. TODAY
4. The secret of hera
5. Mariposa
6. Temanku
7. They are bad
8. What If
10. Mago
11. Orang jahat
12. Dia?
13. Tau
14. Mulai
15. Through me
16. Putus Asa
17. Tentang dan tantang
18. Rainbow
19. Hasil
20. Makan malam dan...
21. pulang dan datang
22. A DREAM
23. Ada apa?
24. Harta Saya
25. Semua oke
26. Happin€ss
27.The next
28. To the bond
29. Aku dan rasa sakit
30. Renggang untuk menyatu
31. Usaha untuk mengutarakan
32. Hello Ra
33. On me
34. Sepeda
35. my wish
36. I know now
37. beautiful time
38. Bohong
39. Tenang
40. Keluargaku
41. gonna leave
42. Tertidur
43. Apapun
44. Laut
45. Penebusan dan terima kasih

9. Menetap atau pergi

195 160 513
By rawrnana

Nikmati, dan jangan berekspetasi
tinggi pada tulisanku :(

Ya selamat membaca fren
Spam komen dan vote!!

~•••***•••~

Hera hendak mematikan lampu kamarnya dan segera tidur, karena baginya kegelapan lebih baik dari pada munculnya sebuah cahaya yang membuat kita bisa melihat segala hal yang menyakitkan.

Tok... tok..

Langkah nya terhenti mendengar  ketukan pintu dikamar nya, Hera yakin itu mamanya. Ya jelas siapa lagi kalau bukan mamanya.

Ga mungkin hantu kan?.

Membuka pintu kamar dan benar saja, Alora dengan wajah tanpa ekspresi nya memandangi Hera.

"Bisa pinjam baju kamu? Saya ga bawa baju sama sekali kesini karena tadi buru-buru," ucapnya membuat Hera tertegun.

"Hm bentar ma Hera ambilin," ucap Hera cepat dan beranjak menuju lemarinya mengambil sebuah baju tidur.

Lalu memberikan pada Alora yang sama sekali tidak mengubah mimik wajahnya sedikit pun.

"Tidur, ini udah malam," ucapnya sebelum pergi.

Hera mematung mendengarnya, perlahan ia menepuk pipinya meyakinkan kalau ini bukanlah sebuah mimpi.

Pakkk

"Aw sakitt berarti bukan mimpi dong,," ucapnya tersenyum lebar.

Hera menutup pintunya dan beranjak kearah kasur, meloncat-loncat seperti anak kecil dan membaringkan tubuhnya seraya memeluk bantal guling.

"Mama minta Hera buat tidur, jadi sekarang harus tidur nyenyak." ucapnya menggelemkan wajah kearah bantal karena terlalu bahagia.

******

Hera telah siap dengan seragam sekolahnya, namun dia terus memandangi pintu kamar mamanya yang tak kunjung terbuka. Apa mamanya masih tidur atau justru sudah pergi, Hera menyiapkan sarapan untuknya dan mamanya dan dia menginginkan mereka sarapan bersama pagi ini.

"Mama!" Teriak Hera ketika melihat ibunya keluar dari kamar dan berjalan kearah luar.

Alora menghentikan pergerakannya dan menatap Hera sejenak.

Hera pun menghampiri mamanya dengan senyum lebar sejak semalam.

"Ma sarapan bareng yuk, Hera bikin sarapan ya walaupun cuma roti lapis sama roti bakar dan ada kopi kesukaan mama juga," ucap Hera pada Lora.

Alora kembali menatap Hera dan dia menggeleng pelan, "saya buru-buru gaada waktu buat sarapan," ucapnya membuat Hera menurunkan bahunya.

"Tapi ma...,"

"Saya udah telat."

"Hera bekelin buat mama ya? Mau ya mau," ucapnya menarik tangan Lora yang hendak pergi seperti anak kecil yang tak ingin ditinggalkan ibunya.

"Saya ga sempat Hera!" Ucapnya menghempaskan genggaman Hera.

"Kamu tau kan saya sibuk." Hera menundukkan kepalanya dalam-dalam mencoba menahan rasa sakit ini lagi.

"Maafin Hera ma," lirih Hera.

"Kamu udah dewasa jadi harus paham," ucap Lora sebelum pergi dari rumah itu.

"Kapan aku dewasa ma..., "

Ucapan itu hanya mampu terucap didalam batin Hera, ketika melihat mama nya telah pergi meninggalkan luka untuk kesekian kalinya.

******

"Hera!!"

Hera melihat sosok Yura berlari kearahnya dengan napas tersengal-sengal. Hera ingin pergi dan menghindar tapi masih ada rasa ibah pada gadis itu karena mungkin saja ada suatu hal yang ingin Yura sampaikan padanya.

"Ra... Hahh capek gu.. ah," ucapnya membungkuk kan tubuhya dengan menepuk bagian dadanya.

Merasa lebih baik Yura menegakkan tubuhnya menghadap Hera dan menggapainya.

"Ra, terserah kamu maafin aku atau enggak. Terserah kamu mau berteman lagi sama aku atau enggak. Aku nyesel, nyesel banget...," Lirihnya pada Hera.

Hera diam mematung menatap Yura dengan matanya yang berkaca-kaca, Hera sendiri tidak ingin bersikap seperti ini pada Yura. Tapi Hera terlalu egois untuk bisa memaafkan Yura.

"Gue udah bilang kan, gue maafin Lo. Tapi enggak untuk temenan lagi," ucap Hera melepaskan tangan Yura darinya.

Beranjak menjauh dari sana dengan perasaan berkecamuk.

"Kenapa ga mau temanan sama gue lagi!" Teriaknya membuat langkah Hera terhenti dan sepasang mata menatap kearah keduanya.

"Hera, manusia itu ga luput dari kesalahan! Tuhan aja bisa maafin hambanya, dan Lo sebagai hambanya ga mau maafin? Lo egois Ra, lo--," teriakan kesal dari Yura terpotong ketika Hera membalikkan tubuhnya menghadap Yura dengan datar bahkan sangat datar dari biasanya.

"Teruskan, kenapa berhenti," ujarnya pelan.

Yura yang tak bisa menahan lagi kekesalannya menatap Hera dari jarak jauh dan menarik nafasnya dalam sebelum dia membuka mulutnya untuk berucap.

"Lo selalu pura-pura kuat untuk hidup sendiri padahal Lo tuh lemah Ra! Lo tuh tuh selalu bersikap sombong. Gue benci banget sama Lo ... Gue ... Gue benci Ra ...," tangisan Yura pecah dan pandangannya menunduk sebelum ia terjatuh dan terduduk kelantai koridor sekolah.

Semua pasang mata yang hendak pulang sekolah menatap kedua gadis itu, tidak tau apa permasalahan mereka sehingga menjadi ricuh seperti ini.

"Makasih Yura, sekali lagi gue sadar apa posisi gue didunia ini," ucap Hera sebelum ia melenggang pergi dari kerumunan di koridor sekolah itu.

Berjalan menuju gerbang sekolah, Hera mati-matian menahan tangisan yang ada diujung pelupuk matanya, buliran bening kaca itu hampir terjatuh kalah ia mengingat ucapan mamanya dan ucapan Yura hari ini.

"Gue juga ga mau hidup kayak gini. Kalian pikir gue mampu hidup sendirian??? Enggak!"

Bukan air mata yang turun, namun sebuah tetesan air hujan yang turun yang begitu derasnya membuat Hera terperanjat dan menatap ke Langit. Dia berada di trotoar untuk pulang saat ini, lihat bahkan tuhan mengizinkan Hera untuk mengeluarkan air matanya tanpa sepengetahuan orang lain.


Isakan pelan lolos dari mulutnya dengan bahu sedikit bergetar.

"Neduh Ra jangan hujan-hujanan Disini," sebuah jaket hitam menghalangi tetesan hujan membasahi tubuh Hera.

Dan Hera tau siapa yang melakukan itu.

"Pergi Jehan." dengan cepat ia menggeleng dan terus menutupi wajah Hera yang kebasahan.

"Jehan pergi, gue bilang pergi Je!!" Teriak Hera.

"Ra, kalau gue pergi Lo sendirian. Dan Lo ga boleh sendirian," ucap Jehan meyakinkan Hera.

"Kenapa enggak, udah biasa juga kan? Pergi Jehan kumohon...,"

"Ikut gue pulang ya Ra, Lo ga boleh nolak. Please?" Ucapnya menatap Hera.

"Jehan." panggil Hera membuat Jehan mendekat kan tubuhnya pada Hera.

"Ya? Kenapa Ra?"

"I need a hug," ucapnya kemudian membuat Jehan menyunggingkan senyumnya.

Jehan merengkuh tubuh Hera dan membiarkan Hera menyalurkan rasa sedihnya saat ini. Jehan paham betul apa yang dirasakan Hera saat ini, ia melihat semuanya.

"Terus terbuka kayak gini Ra. Gue suka kalau Lo ngebuang gengsi Lo," ucap Jehan akhirnya.

Jehan dan Hera duduk diteras rumah Hera dengan secangkir kopi panas ditangan mereka masing-masing. Ini sudah malam tapi Jehan tiba-tiba datang kerumah Hera dengan membawakan makanan untuknya, dia bilang itu dari mamanya Jehan.

"Lo pernah seneng ga?" alih-alih menjawab Jehan malah dibuat bingung dengan pertanyaan Hera.

"Ya-ya pernah Ra, bahkan sering banget," jawab Jehan akhirnya.

"Setelah Lo seneng apa Lo akan sedih?" Tanyanya lagi.

"Ga pernah Ra, kecuali kalau gue lagi seneng sampe ketawa diluar batasnya nyokap selalu bilang... Jehan jangan ketawa terlalu sampai kamu gasadar, itu gabaik."

Hera menatap Jehan lalu bertanya lagi.

"Kenapa ga boleh ? Bukannya seharusnya gapapa ya?"

Jehan menggeleng dan meletakkan gelasnya dilantai lalu menatap Hera membuat mata mereka bertemu.

"Boleh Ra, ketawa itu boleh bahkan perlu. Tapi ga boleh kalau terlalu berlebihan, kalau kata mama sih nanti pasti ujung-ujungnya nangis. Dan itu benar, aku pernah ngerasain itu sekali," ucap Jehan menjelaskan membuat Hera manggut-manggut.

"Ada untungnya gue ga pernah ketawa seumur hidup gue, jadi gue ga perlu nangis," lirih Hera yang mampu didengar oleh Jehan.

"Tapi gue selalu berhasil ngeliat senyum Lo Ra," ucap Jehan.

*******

"Hai Hera,"

Yang dipanggil pun mengarahkan pandangannya mencari sumber suara yang ternyata itu adalah Alana, dia berjalan kearah Hera dengan sedikit berlari.

"Hera, liat Jehan." terdiam sebentar sebelum akhirnya ia menggeleng tanda tak tahu.

Alana merosotkan bahunya dan mengerucutkan bibirnya membuat Hera kebingungan.

"Ngapain cari Jehan?"

"Jehan janji sama aku kemarin buat pergi ke suatu tempat, aku nunggu sampai larut malam tapi Jehan ga Dateng...," lirih Lana menundukkan kepalanya.

Hera memutar kepalanya ke arah lain, apa ini salahnya? Karena dirinya Jehan meninggalkan Alana seorang diri dan membuatnya menunggu.

"Lo ga tau ya kalo handphone nya Jehan di rampas sama guru? Makanya dia gabisa kasih kabar ke Lo. Dan kemarin Jehan bete," bohong Hera.

"Yang bener Hera?" Tanya lana terkejut.

Hera mengangguk kan kepalanya lalu berjalan menjauh dari Alana cepat.

"Oke gapapa Lana, masih ada sisa hari kok. Kamu pasti bisa!" Gumam Alana lalu mengikuti Hera yang mulai menjauh.

To be continued
***************

Udah sampai disini aja.

Sampai jumpa lagi<3
Terus bahagia fren.

Continue Reading

You'll Also Like

836K 31.4K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
1.4M 6.5K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
327K 86 9
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
941K 21.2K 49
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...