ARRAFFA | Selesai |

By Purplelight_V

1M 90.9K 12K

[ Belum revisi! ] Arraffa Pratama, remaja yang berusia 13 tahun ini hidup dalam ruang lingkup yang cukup meny... More

S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
G A B U T!
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
P R A N K!
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M
DELETED SCANE
DELETED SCANE [ 2 ]
EXTRA PART
Invitation 1

D U A P U L U H T U J U H

19.8K 2K 230
By Purplelight_V

Tepat pukul 23.59, seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di kamar Raina dan juga Pram. hanya menunggu beberapa detik saja untuk pergantian hari sekaligus pergantian tanggal, dan tepat tanggal 10 Agustus si bungsu akan berumur 14 tahun.

Raina, Raels dan juga Rere masing-masing memegang kue dengan motif yang berbeda. kue yang dipegang Raina bermotif Elsa dengan hiasan lilin warna-warni berjumlah 14, sedangkan kue yang dipegang Raels bermotif olav dengan lilin angka 14 diatasnya. berbeda dengan Rere yang memegang kue dengan hiasan wajah menggemaskan Raffa, namun tidak ada lilin diatas kue tersebut.

Rasya sedari tadi berusaha membangunkan Raffa dengan menjiwil hidung mungilnya, namun Raffa tidak terusik sedikit pun.

"Belum bangun?" tanya Rangga.

Rasya menggeleng pelan, "Malah makin nyenyak." ujarnya.

"Bilangin suruh tiup lilin, terus tidur lagi." sahut Raven, tangannya memegang balon dengan huruf A.

"Ya nggak bisa gitu dong!" balas Revan sewot.

"Bisa! acara utamanya kan, besok, bukan sekarang!" balas Raven tak kalah sewot.

"Bisa diem nggak?" desis Regan tajam, keduanya langsung menutup mulut rapat-rapat mendapat teguran dari Regan.

"Kalian semua nanti diem, biar Rere yang nyanyi." pinta Rere, semua mengangguk mengiyakan permintaan Rere.

"Bentar lagi nih, masih belum bangun. sya?" tanya Rico.

"Belum, nyanyi aja kak. nanti juga bangun," beritahu Rasya.

Rere yang mendengar ucapan Rasya langsung bersiap-siap untuk menyuarakan suara cemprengnya, ia mendekat ke arah kasur tempat Raffa berbaring.

"Happy birthday adek, happy birthday adek, happy birthday, happy birthday, happy birthday adek."

Tepat pukul 00.01, hari sudah berganti, tanggal sudah berubah dan Raffa sudah berumur 14 tahun. suara tepuk tangan terdengar ramai serta sorak sorai dari Revan, Raven, Rico dan juga Rio semakin membuat suasana di kamar itu menjadi semakin ramai.

Namun, si empu yang berulang tahun masih terlelap dengan damai. Rasya sudah menghujani kecupan ringan diwajah menggemaskan Raffa, bahkan tangannya mengguncang pelan tubuh mungil Raffa, namun tidak ada respon sedikit pun.

Raffa terusik karena merasa telinganya tertiup angin, kelopak matanya mengerjap dengan pelan. begitu matanya sudah terbuka, ia terkejut melihat Rasya yang ada disampingnya.

Rasya tersenyum melihat kedua mata Raffa yang sudah terbuka, "Selamat ulang tahun, kesayangan kakak." ucapnya, tidak lupa menciumi kedua pipi Raffa.

Raffa mengerjap lucu mendengar ucapan Rasya, tatapannya bergulir menatap satu persatu anggota keluarga yang berada di samping tempat tidur. netranya langsung terkunci begitu menatap Raina, Raels dan juga Rere yang masing-masing memegang kue.

"Happy birthday adek!"

Raffa langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh mungilnya begitu mendengar ucapan para abangnya, semua pasang mata saling memandang satu persatu karena merasa aneh dengan tingkah Raffa.

Namun, tubuh mungilnya yang bergetar dibalik selimut membuat semua orang mengerti.

"Kesayangan Daddy kenapa hm?" Pram mengambil tempat disebelah Rasya, tangannya menyingkap selimut yang menutupi tubuh mungil putranya.

Raffa terisak begitu Pram menggendongnya ala koala, ia tidak bisa menyembunyikan rasa terharunya. berada ditengah-tengah mereka membuatnya harus siap mendapat kejutan yang tiada henti, kasih sayang yang tiada habisnya, juga rasa aman serta nyaman yang mereka berikan.

"Selamat ulang tahun, kesayangan Mommy." ujar Raina, kecupan singkat ia berikan pada kening putranya.

"Sehat selalu, kesayangan Bunda."

"Panjang umur buat putra Ayah yang menggemaskan ini."

"Selalu Bahagia, selalu ceria dan semoga semakin manja. Papa menyukai hal itu."

Raffa tidak membalas ucapan orangtuanya, tangannya semakin melingkar dengan erat dileher Pram. isakannya masih terus terdengar, liquid bening juga masih terus mengalir di kedua pipinya.

"Happy born day, Adek!" Ucap Rico.

"Selamat mengulang tanggal yang sama, adek!" ucap Rere, tangan kirinya menghapus liquid bening yang masih mengalir dari kedua netra Raffa.

"Selamat ulang tahun adeknya abang."

"Raffa adek kita juga ya!" sewot Raven setelah mendengar ucapan Revan.

"Apa sih!"

"Keluar!" titah Arnold, netranya menatap tajam kedua putranya.

Raven dan juga Revan meringis melihat tatapan Arnold, keduanya langsung berdiri tegak tanpa bergerak sedikitpun.

"Dek, udah, ya." ucap Rasya lembut agar Raffa menghentikan isakannya.

Raffa mengangkat kepalanya yang semula menyender di bahu tegap Pram, kedua netranya masih terus mengeluarkan liquid bening. tatapannya menatap sendu kearah mereka semua, dengan perlahan kepalanya menggeleng.

"Kenapa? adek nggak ulang tahun hari ini?" tanya Revan.

"Maaf--

"Nah, kan! salah Rasya nih," cecar Raven.

"Emang bener kok, adek sendiri yang bilang."

"Tapi kok adek bilang--

"Laffa nggak bilang apa-apa kok, bang. Laffa kan belum selesai bicala,"

Kini semua orang sudah duduk di sofa yang ada ada di kamar tersebut, Raffa duduk di pangkuan Pram yang ada di samping Raina. tiga kue yang dibawa Raina, Raels dan juga Rere sudah ada di atas meja, lilinnya juga belum dinyalakan karena Raffa masih enggan untuk menanggapi ucapan selamat dari mereka.

"Tanggalnya bener, kan, dek?" tanya Regan.

"Benel, tapi Laffa maunya besok, bukan sekalang."

"Iya, besok adek ulangtahun lagi. tiup lilinnya dulu, gih."

Raffa langsung menatap tiga kue yang ada di atas meja setelah mendengar perkataan Rere, tawa riangnya terdengar begitu netranya menangkap wajahnya yang berada di kue tersebut.

"Kok wajah tampan Laffa ada di sana," tunjuknya pada kue yang ada di tengah.

Pram terkekeh mendengar ucapan Raffa, tangannya mengusap dengan sayang rambut hitam Raffa.

"Kakak yang beli dong," sahut Rere bangga.

"Jan didengerin, dek, Rere suka ngarang."

"Diem, Van!"

"Ayo sayang, tiup lilinnya dulu."

Raffa mengangguk mendengar ucapan Raina, ia bangkit dari pangkuan Pram. berdiri tepat di dekat meja yang sudah tersedia tiga kue dan juga lilin yang sudah menyala di atasnya.

"Make a wish dulu sayang."

"Iya, bunda."

Raffa mulai terpejam dengan harapan yang sudah ia rapalkan dalam hati, harapan sederhana namun begitu bermakna. hingga tanpa sadar tetesan liquid bening mengalir dari netranya yang terpejam.

"Dek," panggil Rasya lembut. ia bersimpuh dengan kedua lutut, tubuhnya mendekap tubuh mungil Raffa dari belakang.

Raffa membuka kelopak matanya dengan pelan, ia tersenyum manis kearah Rasya.

"Yeeyyyy!!" Sorak Rere begitu Raffa selesai meniup kedua lilin yang ada di kue tersebut.

Potongan pertama Raffa berikan kepada Raina, potongan kedua kepada Raels dan potongan ketiga kepada Rere. para lelaki hanya melihatnya saja, karena mereka semua alergi terhadap cokelat. sangat disayangkan.

"Putra ayah mau apa, hm?"

"Mau olav, ayah."

"Jangan meminta hal yang terlalu mudah, baby. Papa bahkan mampu membeli 10 pulau untuk mu," Sombong Pras.

"Ck, jangan dengarkan Papa mu yang berisik ini, katakan saja apa yang kau inginkan. Daddy akan mengabulkan semuanya.

Raina dan juga Raels hanya memandang malas kearah mereka yang saling menyombongkan diri.

"Dek?" panggil Raven.

"Kenapa bang?"

"Harapan adek apa?"

"Ihhh iya, kakak juga penasaran." sahut Rere.

Yang lain hanya diam, mereka juga penasaran. namun pertanyaannya Raven sudah mewakilkan mereka semua.

"Pengen tahu?" Semua mengangguk mengiyakan pertanyaan Raffa. bahkan Arnold, Pras dan juga Pram langsung menghentikan perdebatannya ketika mendengar pertanyaan Raffa.

"Halapan Laffa itu...... LAHASIA!"

"Jangan cekek gue, anjir!"

* * *

Suasana di ballroom hotel S.W begitu ramai malam ini, terlihat jelas bahwa acara yang digelar begitu megah. para tamu undangan terdiri dari kolega bisnis ternama dunia, baik laki-laki maupun perempuan.

Acara utama telah selesai beberapa menit lalu, hingga para tamu undangan yang hadir kini berkumpul di meja yang sudah tertera nama masing-masing. begitu juga dengan Raffa yang kini sudah anteng duduk di sebelah Rasya, tidak hanya mereka berdua, melainkan sahabat Rasya, ketiga teman Raffa dan juga sahabat Bara berada di sana, termasuk Ata.

Ata sedari tadi sibuk mendengar cerita Raffa yang tidak ada habisnya, mulutnya juga tidak pernah jeda mengunyah kue cokelat yang disuapkan Arsen kearahnya.

"Setelah itu apalagi, Raffa?"

"Laffa lali ke alah belakang, tapi--

"Maaf, kita telat."

Kompak semua pasang mata menoleh kearah dua pemuda yang baru tiba di sana, Raffa maupun Ata sama-sama tercengang begitu melihat salah satu dari keduanya. Ata mengigit kuat bibir bawahnya agar tidak kelepasan menangis, tangannya juga meremas kuat jas yang dikenakan Arsen.

"Ada apa?"

Ata tidak menjawab pertanyaan Arsen, sekuat tenaga ia menahan agar liquid bening tidak luruh. sedangkan Raffa masih menutup mulutnya rapat, ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. tangannya terangkat untuk menggosok kedua matanya, namun urung karena Rasya menghentikannya.

Sedangkan pemuda yang ditatap belum menyadari keduanya, ia masih sibuk memainkan jas yang melekat ditubuh kecilnya.

"Abang Gat--

"Woylah cil, tambah tua aja lo. selamat ulang tahun, semoga happy birthday." cela Vino yang baru tiba di sana.

Ata dan juga Raffa kompak berdiri, keduanya melangkah ke arah Vino. Vino yang melihatnya melebarkan kedua tangannya, bermaksud untuk mendekap tubuh mungil keduanya. namun...

"Gue dicuekin? demi apa? ck! demi dewa," bukanya malu karena Raffa maupun Ata tidak memeluknya, Vino malah menghentakkan kakinya kesal. keduanya malah memeluk pemuda yang ada di sampingnya, sedangkan Dery, Gilang, Jery dan juga Yuda hampir meledakkan tawanya melihat muka masam Vino.

"Apa liat-liat! mau gue colok tuh mata!" Garang Vino menatap kearah Gilang.

Gilang hanya menggeleng, tatapannya menatap lembut kearah Vino. sedangkan Vino celingak-celinguk mencari tempat yang bisa menutupi tubuh kecilnya, ia kabur dari pengawasan Papa dan juga abangnya agar bisa bersenang-senang. namun sama saja, Papa maupun abangnya bisa menemukan dirinya.

Lihat saja Marcell yang berjalan mendekat kearahnya sekarang, Vino dengan cepat bersembunyi di belakang sofa panjang.

"Uncle!" Marcell hanya mengangguk sebagai respons, sedangkan Gilang mengerucutkan bibirnya kesal. "Dasar uncle kulkas!"

Marcell kembali, niat nya untuk membawa Vino agar tetap berada di sampingnya menjadi urung. keamanan di sini sangat ketat, tidak mungkin ada musuhnya yang bisa masuk ke sini.

Vino menghela nafas lega melihat Marcell yang berlalu dari sana, ia kembali mendekat ke arah Raffa, Ata dan juga pemuda yang dipeluk keduanya.

"Ta!"

"Ya?"

"Gue panggil Ata bukan lo, siapa sih? sdks banget sih!"

"Sksd, abang." ujar Ata membenarkan.

"Iya Ta iya," Vino mendudukkan dirinya di sofa panjang. lelah dia tuh.

"Hey! udah dong nangisnya," ujar Gata lembut, Raffa masih memeluknya dengan isak tangis yang belum reda sejak tadi. Rasya juga sudah menenangkan Raffa, namun Raffa hanya menggeleng meresponnya.

"Dek," panggil Rasya lembut, ia tidak tahan mendengar tangisan pilu Raffa.

Dengan kasar Raffa menghapus liquid bening yang masih mengalir, tatapannya sendu menatap kearah Gata.

Sedangkan mereka yang ada di sana hanya diam melihat keduanya, Ata yang ada di sisi kiri Gata terisak dengan pelan. mereka tidak tahu apa yang terjadi, apalagi Biru yang masih mencerna apa yang ia lihat sekarang.

"Makasih, abang. mungkin Laffa telallu tellambat mengucapkan telimakasih sama abang, namun, dali lubuk hati Laffa yang paling dalam nama abang selalu menjadi pahlawan bagi Laffa. tanpa abang, Laffa nggak mungkin masih hidup sampai sekalang. Laffa nggak tahu halus beltelimakasih bagaimana lagi, lasanya belibu-libu telimakasih tidak bisa membayal kebaikan abang, Laffa sayang abang."

Gata terisak mendengar penuturan Raffa, bocah yang sempat ia tolong dua tahun lalu. ia bahkan tidak menyangka bisa bertemu kembali dengan keduanya, Raffa dan juga Ata.

Rasya yang mendengar ucapan Raffa tidak tahan lagi untuk tidak memeluknya, mendekapnya, menyalurkan kekuatan, menyalurkan kehangatan, memberikan kasih sayang yang melimpah ruah untuknya.

Tidak ada yang membuka suara, menyaksikan bagaimana Rasya mendekap erat tubuh kecil Raffa, menghapus bulir-bulir air mata yang masih terus mengalir dengan deras, juga berkali-kali mengecup kening Raffa dengan penuh kasih sayang.

Semua pasang mata para tamu undangan menatap keduanya, melihat bagaimana besar kasih sayang yang Rasya berikan membuat suasana menjadi haru sekaligus bahagia. Raina yang ingin mendekati kedua putranya menjadi urung karena Pram menahannya, membiarkan keduanya tetap seperti itu. bahkan tidak sedikit dari mereka yang merasa terharu hingga meneteskan air mata, Rasya benar-benar menunjukkan betapa bahagianya ia menjadi seorang kakak.

"You are indeed a miracle, happiness, and complement to complete my happiness. Arrafa Pratama.

* * *

Burung merpati, burung cendrawasih.
Cukup sekian, dan terimakasih.

Tanggapan kalian tentang cerita Raffa, bagaimana?

Say hai buat kakak semua, telimakasih sudah mengikuti kisah Laffa dali awal, telimakasih atas dukungan kakak semua, dan maaf, Laffa tidak bisa menemani malam minggu kakak lagi, but, Laffa will always lemembel you all.

E N D

100821.8.10

Continue Reading

You'll Also Like

626K 6.1K 8
Jaeminxall🔞 Request? silahkan! ▪︎frontal ▪︎bdsm rank #1 jaeminxall || 4-9-23 #1 jaeminharem || 7-9-23
699K 1.1K 3
Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara seorang magang dan seorang wakil rakyat...
My sekretaris (21+) By L

General Fiction

149K 1.3K 14
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
16.8M 808K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...