FAR

By SyifaZali

118K 18.7K 1.6K

Mungkin beginilah rasanya menjadi istri yang tak diinginkan. Menjadi pasangan yang tidak pernah didamba. Aku... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Epilog
Free Chapter ๐Ÿ™Š
INFOO

Chapter 38

1.8K 343 22
By SyifaZali

Sebuah perjalanan
---

Point Of View :

Beberapa Minggu berlalu, hari ini Aufar harus tes DNA karena usia kehamilan Nanda sudah mencapai 10 Minggu. Ditemani Farez, Aufar menuju rumah sakit. Nanda sudah berada disana.

Penentuan profil DNA dalam kandungan itu bisa diambil dari cairan amnion atau dari villi chorialis pada saat usia kandungan sudah mencapai 10 Minggu atau lebih. Sedangkan untuk Profil terduga ayah, bisa mengambil dari darah.

Aufar menyuruh Maida untuk tidak ikut dengannya dan tetap istirahat karena dia sedang mengandung anaknya. "Gue kira Lo gak bakal Dateng." Nanda mencibir ketika Aufar dan Farez benar-benar berada dihadapannya.

"Nan, jangan mulai, deh." Nanda tersenyum tipis. Namun, wajahnya terlihat lebih kusut dari biasanya. Anak itu seperti sedang memikirkan banyak hal.

"Yaudah ayo!" Akhirnya mereka berdua memasuki ruangan untuk pengambilan sampel. Sampel dari ayah bisa berupa darah, rambut, kulit, atau cairan tubuh lain.

"Kira-kira hasilnya keluar kapan, ya, dok?" Tanya Aufar untuk memastikan setelah dia selesai mengumpulkan sampel.

"Biasanya sekitar 14 hari. Memang sedikit sulit jika bayi masih didalam kandungan. Tapi saya usahakan secepatnya." Aufar dan Nanda mengangguk hampir berbarengan. Setelah dokter itu selesai menjelaskan, akhirnya Aufar dan Nanda pun keluar dari ruangan itu.

"Lo pulang sendirian?" Tanya Aufar kepada Nanda. Gadis itu mengangguk kecil.

"Bareng gue sama Farez aja. Mumpung searah." Tawar Aufar membuat Nanda mengerutkan kening.

"Lo gak lagi kesambet kan? Jangan-jangan diruangan tadi ada jin nya, trus—"

"Emang diruangan tadi ada jin nya. Disini juga ada. Dimana-mana tu ada. Jadi gimana, Lo mau gak?!" Tawar Aufar sekali lagi.

"Lo serius? Lo gak ada niat jahat, kan?"

"Astaghfirullah, suuzon banget Lo jadi orang. Mau gak? Kalau enggak—"

"Eh, iya mau." Aufar mengangguk lalu tersenyum tipis. Dia mengambil ponselnya lalu menelpon Farez, sahabatnya itu.

"Lo dimana?" Tanya Aufar ketika telepon sudah tersambung. Farez yang sedang sibuk memakan mie ayamnya itu cepat-cepat menelannya.

"Gue lagi makan mie ayam. Sini deh Lo. Di seberang rumah sakit." Jawab Farez masih dengan mulut penuh dengan makanannya.

"Jadi laper. Oke gue kesana. Pesenin 2 sekalian."

"Dua? Buat siape? Lo makan dua mangkuk?"

"Buat Nanda satu. Udah Lo pesenin aja. Gue kesana." Telepon dimatikan sepihak oleh Aufar. Nanda mengerutkan kening melihat sikap Aufar yang begitu berbeda dengan dahulu.

"Gue beneran kaget lihat perubahan Lo. Berubah banget." Aufar menoleh ke arah Nanda sambil tersenyum tipis. Mereka masih terus berjalan menuju pintu keluar rumah sakit.

"Dengan Lo lihat perubahan gue, Lo masih mikir kalo gue yang ngehamilin Lo?" Tanya Aufar sambil tersenyum miris.

"Y-ya, terus siapa lagi? Gue ngelihat lo—"

"Waktu gue perdin, gue sama sekali gak mabuk. Gue udah tobat dari begituan. Gue sadar 100% apa yang gue lakukan disana. Tapi gak tau deh, kenapa tiba-tiba Lo Dateng ke rumah, nangis-nangis kayak orang gila. Dan sampailah kita disini." Nanda tertawa mendengar celoteh Aufar.

"Kalau gak karena Maida, gue gak bakal mau deh tes kayak gini. Udah jelas bukan gue pelakunya." Keluh Aufar sedikit jengkel.

"Kalau tes DNA nya cocok sama Lo? Lo mau apa?!"  Tanya Nanda lalu membuka pintu keluar rumah sakit.

"Nikahin Lo." Jawab pria itu singkat sambil membenarkan rambutnya.

"Gila Lo?!"

"Iya gue gila. Itu karena Maida. Dia bilang kalau hasilnya cocok, gue harus nikahin Lo. Dia siap di duain hanya karena pengen ngehargain Lo!" Jelas Aufar membuat Nanda menutup mulutnya.

"Lo tau, seorang cowok itu akan menemukan seorang wanita yang bisa membuat cintanya habis. Dan wanita yang membuat cinta gue habis cuma Maida. Gue cuma mau bahagiain dia. Setidaknya, walaupun nanti harus terpaksa nikahin Lo." Nanda menatap pria itu. Matanya berkaca-kaca.

"Dan harus Lo tau. Maida juga lagi hamil. Jadi kurang-kurangin deh Lo nemuin dia. Kalau emang mau marah-marah, marah aja ke gue, jangan ke dia,"

"Kurang-kurangin juga Lo nge-WhatsApp dia kalau gak penting. Gue gak pengen dia stress. Paham?!"

"Ya Lo pikir gue gak stress?!"

"Yaudah, karena Lo, gue, dan Maida sama-sama stress, jadi kita gak usah deh ganggu satu sama lain. Kita cukup dengan ke-stress-an kita masing-masing." Hening. Nanda sibuk berperang dengan pikirannya, Aufar sibuk melihat jalan untuk mendapat peluang menyebrang.

"Heh, malah ngelamun. Ayo!" Ajak Aufar ketika melihat sepinya mobil dan motor. Mereka lalu berjalan beriringan. Nanda yang sedari tadi masih sibuk dengan pikirannya. Bertanya-tanya, apakah benar Aufar pelakunya?

***

"Mau nambah lagi?" Tanya Farez melihat Nanda makan dengan lahap. Aufar hanya melirik gadis itu sekilas. Nanda menggeleng lalu mengambil tissue yang berada didekat Farez.

"Lo kira gue punya perut berapa?!"

"Satu kan?" Celetuk Aufar membuat Farez tertawa. "Emang kalau orang nambah, dia pasti punya perut banyak, gitu?" Tambah Aufar membuat Farez tertawa. Nanda menggerutu namun setelahnya dia tertawa.

"Ini pertama kalinya, gue lihat Nanda ketawa kayak gini. Kesambet apaan Lo?" Tanya Farez lalu menyeruput es jeruknya. Memiliki uang banyak tidak membuat mereka harus melulu makan di restoran mahal.

"Gak, gue mikir aja tadi. Sampe sekarang, deh. Gue mikir, kok bisa Aufar berubah banget. Gue mikir, apa dia beneran yang ngehamilin gue?" Nanda terkekeh membuat Aufar yang sedang menyeruput es kopinya menoleh.

"Ya emang bukan gue! Gue yakin banget bukan gue—"

"Kalau Lo ragu, kenapa Lo nuduh dia?" Tanya Farez membuat Nanda terdiam. Ia bergelut dengan memorinya tentang malam saat dia berada dibandung.

"Ah, gue juga bingung. Tunggu hasilnya aja. Frustasi gue lama-lama." Nanda mengacak rambutnya lalu mengucirnya.

"Yaudah, ini gue traktir deh." Kata Farez lalu berdiri menuju kasir. Membayar semua yang tadi ia pesan.

***

Pintu mobil terbuka, Nanda keluar dari mobil Farez. Rumah Nanda memang tidak terlalu besar, namun cukup. Dia membelinya memakai uang tabungannya dulu saat ia bekerja dikantor Aufar.

"Salam buat nyokap! Duluan! Assalamualaikum!" Pamit Farez ramah lalu melambaikan tangannya kepada wanita itu. Aufar menghela nafas. Jarinya memainkan ponsel.

"Kenapa Lo?" Tanya Farez melihat Aufar menghela nafas berkali-kali.

"Sebenarnya, gue tu kasihan sama Nanda. Dia tu kayak gue. Butuh seseorang untuk jadi penuntun jalannya. Gue yakin dia juga gak betah berada dijalan yang salah terus." Kata Aufar membuat Farez tertegun.

"Gue kira Lo mikirin apaan. Gue juga mikir gitu dulu ke elo. Dan bener, sekarang Lo udah jadi versi terbaik diri Lo."

"Gue udah jadi versi terbaik aja, masalah masih bertubi-tubi." Keluh Aufar membuat Farez tertawa.

"Lo pikir, kalau Lo udah jadi kyai, Lo bakalan bebas dari masalah? Enggak bro.  Justru ketika keimanan Lo bertambah, ujian Lo juga bertambah." Aufar menoleh kearah Farez.

"Itulah cara Allah menyayangi hamba-Nya. Justru kalau Lo dikasih segalanya, gak dikasih masalah apapun, itu perlu dipertanyakan. Apakah Allah masih peduli sama Lo? Kayak Lo dulu, hidupnya kayak santai-santai aja. Gak ada masalah,"

"Pacaran lancar, mabuk lancar, karir terjamin, uang juga mengalir terus. Padahal Lo jarang ibadah. Itu perlu dipertanyakan—"

"Kalau gak salah, namanya istidraj bukan?" Farez membulatkan matanya lalu menepuk-nepuk pundak Aufar.

"Gila Lo bro. Ilmu Lo udah sampe mana? Bisa tersaingi gue." Aufar hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Tapi gue gak mau bersaing, sih." Farez hanya menggeleng-gelengkan kepala. Tidak percaya bahwa sahabatnya itu benar-benar bisa diajak berbincang tentang agama. Aufar masih memainkan ponselnya. Hening.

"Mampus!" Teriak Aufar membuat Farez sedikit terkejut.

"Kenapa?"

"Ada jadwal perdin mendadak." Jawab Aufar menepuk jidat.

"Kapan?"

"Seminggu lagi. Dan jangka waktunya lumayan, 3 Minggu." Jelas Aufar membuat Farez terkejut.

"Wah, Lo jangan ngaco. Lo mau kabur dari hasil tes DNA?!" Tuduh Farez membuat Aufar mengerutkan kening.

"Jangan sembarangan Lo. Ini lihat sendiri." Sangkal Aufar membuat Farez tersenyum tipis.

"Yaudah gue temenin."

"Hah?"

"Ya siapa tau nanti Lo kabur."

"Gila pikiran Lo ya. Gue beneran—"

"Yaudah gue temenin." Aufar menghela nafas akhirnya mengangguk. Jadwal bertubrukan itu pasti membuat pikiran Zayna-nya buruk tentangnya, sama seperti pikiran Farez.

***

Alhamdulillah bisa up hari ini 🙊

Ada yang bisa nebak next part gak😭🤣

Makasih buat yang udah bacaaa<3

Semoga sukaaa!! Aamiin Aamiin Aamiin
Jangan bosen-bosen!!

Jangan lupa bersyukur hari ini ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

290K 27K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
3.5M 179K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
2.6M 142K 62
"Walaupun ูˆูŽุงูŽุฎู’ุจูŽุฑููˆุง ุจูุงุณู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ุงูŽูˆู’ุจูุงูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ุนูŽู†ู’ ูˆูŽุงุญูุฏู Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
3.4M 280K 62
โš ๏ธ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...