MY DANGEROUS BOY [COMPLETED]

By urprettyboy

2.6M 197K 19.4K

(๐…๐จ๐ฅ๐ฅ๐จ๐ฐ ๐ฌ๐ž๐›๐ž๐ฅ๐ฎ๐ฆ ๐ฆ๐ž๐ฆ๐›๐š๐œ๐š!) ______________________________________________ "๐๐จ๐ฐ ๐ฒ๐จ๐ฎ'๏ฟฝ... More

MDB - Prolog ๐Ÿ
MDB - 1 ๐Ÿ
MDB - 2๐Ÿ
MDB -3๐Ÿ
MDB - 4๐Ÿ
MDB - 5๐Ÿ
MDB - 6๐Ÿ
MDB - 7๐Ÿ
MDB - 8๐Ÿ
MDB - 9๐Ÿ
MDB - 10๐Ÿ
MDB - 11๐Ÿ
MDB - 12๐Ÿ
MDB - 13๐Ÿ
MDB - 14๐Ÿ
MDB - 16๐Ÿ
MDB - 17๐Ÿ
MDB - 18๐Ÿ
MDB - 19๐Ÿ
MDB - 20๐Ÿ
MDB - 21๐Ÿ
MDB - 22๐Ÿ
MDB - 23๐Ÿ
MDB - 24๐Ÿ
special -๐–’๐–†๐–‘๐–’๐–Ž๐–“๐–Œ-
MDB - 25๐Ÿ
MDB - 26๐Ÿ
MDB - 27๐Ÿ
MDB - 28๐Ÿ
MDB - 29๐Ÿ
MDB - 30๐Ÿ
MDB - 31๐Ÿ
MDB - 32๐Ÿ
MDB - 33๐Ÿ
MDB - 34๐Ÿ
MDB - 35๐Ÿ
MDB - 36๐Ÿ
MDB - 37๐Ÿ
MDB - 38๐Ÿ
MDB - 39๐Ÿ
MDB - 40๐Ÿ
MDB - 41๐Ÿ
MDB - 42๐Ÿ
MDB - 43๐Ÿ
MDB - 44๐Ÿ
MDB - 45๐Ÿ
MDB - 46๐Ÿ
MDB - 47๐Ÿ
MDB - 48๐Ÿ
MDB - 49๐Ÿ
MDB - 50๐Ÿ
MDB - 51
MDB - 52๐Ÿ
MDB - 53
MDB - 54๐Ÿ
MDB - 55๐Ÿ [END]
APA KABAR?!

MDB - 15๐Ÿ

46.5K 3.3K 37
By urprettyboy

Hello🦋

𝖍𝖆𝖕𝖕𝖞 𝖗𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌🏁

•••

"Anak Ayah hamil?"

Kiara mendadak sesak nafas mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut sang Ayah, ini pertama kalinya Ayahnya sedingin dan semarah ini kepadanya.

Ia meremas tangannya satu sama lain, ia tidak tau harus menjawab apa. Mulutnya mendadak kelu untuk menjawab pertanyaan Ayahnya, matanya sekarang sudah memerah dan air matanya yang sudah menggenang dipelupuk matanya.

"Maksud kamu apa nanya kaya gitu ke anak aku?" Tanya Amel membela Kiara memandang suaminya marah, tiba-tiba marah-marah dan menuduh Kiara hamil. Amel sebagai ibu tentu saja sakit hati.

"Masih mau ngebela? Anak kita hamil, kalau ngga percaya tanya lelaki ini" ujar Agra santai, namun mata tajamnya terus memandang putrinya yang menunduk dengan dalam meremas tangannya.

Ia tau putrinya sedang ketakutan sekarang, tapi ia harus tegas. Putrinya sudah membuat kesalahan yang begitu fatal sekarang, apa lagi Kiara belum 17 tahun namun sudah bertubuh dua.

"Ayah suruh kamu jawab bukan nangis" gertak Agra memandang Kiara yang tengah terisak sekarang.

Sementara Kiara, isakannya semakin terdengar saat Ayahnya menyuruhnya untuk menjawab. Susah baginya untuk menjawab ataupun mengangguk sebagai jawaban bahwa ia hamil.

Amel terdiam memandang suaminya, ia belum bertanya kepada lelaki disampingnya. Ia beralih kepada putrinya kemudian menangkup wajah anaknya.

"Jawab yang jujur, Ayah didik kamu untuk jadi anak yang jujur kan?" Tanya Amel lembut seraya menghapus air mata Kiara menggunakan tangannya dengan lembut.

Kiara mengangguk pelan mendengar suara Bundanya, ia mengangkat kepalanya dan langsung terkunci dengan tatapan Ayahnya yang sangat tajam. Benar-benar tajam bahkan membuat air mata Kiara kembali menetes.

Kiara kembali menunduk tidak kuat menahan air matanya yang terus saja ingin mengalir dipipinya.

"Maafin Kiara.." ujarnya pelan kemudian air matanya kembali menetes dengan deras kali ini.

"Kiara hamil"

Amel mengangkat kepalanya berusaha menghalau air matanya yang ingin menetes saat itu juga, mendengar bahwa putri semata wayangnya tengah mengandung.

Umur semuda Kiara apa bisa nanti mengurus anaknya sendirian? Mendidik anaknya sendirian, mungkin bagi orang menikah itu gampang tapi yang susah itu jadi orang tua. Dan memang faktanya seperti itu.

Banyak ibu diluaran sana yang gagal mendidik anaknya, seperti dirinya sekarang. Bahkan Amel saja gagal mengurus putrinya sendiri bagaimana nanti Kiara yang masih sangat muda?

Umur gadis itu masih panjang, kenapa dengan mudahnya Kiara merusak dirinya sendiri.

Agra menunduk marah, kecewa, sedih, semua menjadi satu saat ini ditubuhnya. Marah karna ia gagal mendidik putri semata wayangnya, kecewa pada dirinya sendiri karna ia tidak becus menjaga putri semata wayangnya, dan sedih mendengar bahwa putrinya hamil diusia semuda ini.

Agra berdiri berjalan pelan menghampiri putrinya yang masih terduduk di sofa, tangannya bergerak hendak menampar putrinya namun tangan itu menahannya.

"Om kalau mau marah jangan sama Kiara, ini semua pure salah saya bukan Kiara. Kiara korban disini" ujar Axel dengan tegas menahan tangan Agra yang ingin menampar putrinya.

Ia tau Agra sebagai Ayah pasti sakit mendengar kabar ini, tapi kenapa harus sampai ingin menampar perempuan lemah lembut seperti Kiara? Ia akan marah jika Agra berani menampar gadisnya seperti tadi.

Agra menoleh menatap Axel, "Bagus! Bagus kalau kamu sadar, bawa orang tua kamu kesini, lusa kalian akan menikah!" Final Agra meninggalkan ruang tamu dan pergi menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya.

"Bunda.." panggil Kiara pelan ingin memegang tangan Bundanya, namun Amel menghindar.

"Bunda marah ya sama Kiara, Kiara minta maaf sebesar-besarnya sama Bunda sama Ayah juga. Kiara udah jadi anak durhaka udah bikin Ayah sama Bunda kecewa" ujar Kiara pelan.

Amel menggeleng, "Bunda ngga marah, tapi Bunda kecewa" jawab Amel pelan kemudian ikut menyusul suaminya ke atas.

Kiara menjatuhkan tubuhnya dilantai kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis keras disana, ia tidak tau harus berbuat apa. Dan bagaimana suasana rumahnya besok pagi, apa masih bisa seperti dulu.

"Ra.." panggil Axel pelan.

"Bunda sama Ayah aku marah banget sama aku, Axel" ujar Kiara menangis dengan keras dibalik tangannya.

Axel berjalan pelan kemudian memeluk tubuh Kiara yang terduduk dilantai, tangis Kiara pecah saat itu juga. Axel mengelus punggung Kiara dengan lembut secara teratur berusaha menenangkan gadisnya.

"Stop nangisnya, nanti anak kita ikut sedih liat Maminya nangis" ujar Axel pelan berusaha menenangkan Kiara.

Bukannya berhenti, justru tangis Kiara malah semakin kencang dan terdengar begitu pilu ditelinga Axel. Axel memeluk tubuh Kiara semakin erat berusaha menguatkan perasaan gadisnya.

Kiara merenggangkan pelukannya berusaha menghentikan tangisnya, ini sudah tengah malam. Axel juga harus pulang kerumahnya, ia tidak boleh egois.

"Kamu pulang udah malem" ujar Kiara pelan menghapus air matanya menggunakan tangannya.

Axel tertawa kecil melihat wajah Kiara yang menggemaskan, wajah merah, hidung merah, dan air matanya yang masih menggenang dibawah matanya. Tangannya lantas bergerak mengusap pipi merah Kiara.

"Jangan sedih, besok aku kesini sama orang tua aku" bisik Axel menenangkan Kiara.

Kiara mengangguk kecil, "Aku percaya kamu" jawabnya kembali memeluk tubuh Axel erat.

•••

Axel memarkirkan motornya di garasi rumahnya, suasana rumahnya sudah sangat gelap sekarang, semua lampu mati tapi ruang keluarga masih menyala. Apa keluarganya berkumpul semua disana?

Ia lantas membuka pintu belakang yang tersedia di garasi yang nanti langsung nembus dapur. Ia membuka pintu dengan pelan, dapur dirumahnya benar-benar gelap.

Ia lantas berjalan dengan hati-hati menaiki tangga, kalau Mami dan Papinya tau ia baru pulang jam segini bisa habis dicincang dia oleh Maminya yang galak.

Baru satu anak tangga ia naiki..

"Abis darimana kamu?" Suara galak Aura sudah menyapa gendang telinganya membuat langkah Axel berhenti dan membalikkan tubuhnya yang sudah berhadapan langsung dengan wajah Maminya.

"Mami.." cengirnya kaku menggaruk ujung kepalanya.

"Turun, sana duduk sama Kakak kamu" ujar Aura menunjuk sofa besar yang ada Kakaknya disana sedang bermain laptop dengan posisi tiduran.

"Axel ngantuk, mi.." rengeknya manja tapi ia berjalan pelan menghampiri sang Kakak yang dengan tenang memakan kue coklat.

"Halah! Abis darimana kamu pulang jam segini?" Tanya Aura berkacak pinggang menatap Axel yang ikut merebahkan tubuhnya di sofa depan Raina.

Raina menutup laptopnya, "Abis mabok-mabokan, Mi" kompor Raina seraya terkekeh memandang wajah adiknya yang cemberut. Laki-laki manja dasar.

"Bener apa yang dibilang Kakak kamu?" Tanya Aura yang malah percaya omongan anak pertamanya.

"Astaghfirullah Mami, Axel masih sayang ya sama badan Axel" bela Axel dengan kesal.

"Sayang apanya? Ngerokok sayang sama badan?" Tanya Maminya lagi seraya duduk di sofa single depan meja kaca.

"Itu beda urusan, Mi" panggilnya, ia harus bicara sekarang tentang ia menghamili Kiara agar besok Mami dan Papinya tidak kaget.

"Apa?!" Tanya Aura tambah galak.

"Panggilin Papi, Mi. Axel mau ngomong serius" ujarnya dengan wajah yang serius bahkan sekarang tubuh kekarnya sudah duduk dengan tegak tidak lagi rebahan seperti tadi.

Aura memandang putranya, "Papi kamu diruang kerja" jawab Maminya.

"Mami panggilin sih, Axel tunggu sini" ujarnya yang dibalas decakan oleh Aura.

Dengan cekatan, Aura bangun dan menaiki tangga untuk ke ruang kerja suaminya. Kalau dilihat-lihat kedua orang tuanya masih awet muda ya, bahkan wajah Aura tidak keriput sedikitpun, begitupun Alex.

Ia lantas menatap Kakaknya dengan serius, "Kak" panggilnya pelan.

"Paan?"

"Gue hamilin anak orang"

BRAKK

"Ngga usah bercanda!" Tanya Raina galak.

Axel menggeleng kepalanya, "Gue serius" jawabnya pelan.

"Tolol ya lo! Gue masih maklum sama semua kenakalan lo, tapi buat masalah ginian gue angkat tangan. Lo kurang ajar tau ngga jadi cowok, brengsek lo. Bukan adek gue lo!" Sentak Raina dengan wajah yang marah dan memerah.

Ia masih maklum dengan kenakalan Axel yang tidak ada tandingnya, hampir tiap minggu kedua orang tuanya selalu dipanggil BK karena ulah Axel, ia juga masih maklum jika Axel merokok, balapan, berantem, tapi untuk hal ini ngga ada lagi kata maklum itu.

Ini sudah diluar batas, apalagi lelaki itu adiknya sendiri. Ia sendiri tidak menyangka Axel akan sampai sini nakalnya, melecehkan perempuan itu benar-benar laki-laki yang tidak Raina sukai dari dulu.

"Kak–"

"Apa lo?! Gue cewek, yang lo hamilin juga cewek. Gue tau gimana rasanya, gue aja sakit hati apalagi cewek yang lo hamilin. Tolol lo" maki Raina lagi, mata perempuan itu sudah berkaca-kaca, dan itu sudah cukup bukti untuk Axel. Bahwa Kakaknya kecewa padanya.

"Gue ngga perhatiin lo bukan berarti gue ngga sayang, gue sayang sama lo. Tapi gue ngga nyangka lo bisa jadi senakal ini, gimana kalo Mami tau? Lo tau kan gimana Mami? Jelasin sendiri, ngga usah minta bantuan gue!" Bentak Raina menatap adik lelakinya dengan tajam.

Axel terdiam memandang Kakaknya yang marah, dada gadis itu naik turun dan nafas Raina yang tidak karuan ia takut penyakit Kakaknya akan kambuh, Raina mengidap penyakit asma sejak kecil. Oleh karena itu Raina selalu dijaga perasaannya oleh keluarga besar mereka.

Ia menunduk, meraup wajahnya dengan kasar. Tubuhnya malam ini benar-benar lelah, ia bahkan belum sempat istirahat dari tadi pagi sampai tengah malam seperti ini, ia juga masih memakai seragam sekolahnya dengan jaket bomber yang menutupi seragam sekolahnya.

Mata Axel memerah, dengan cepat ia menghapusnya menggunakan kerah seragamnya. Ia tidak boleh menangis, lelaki dingin seperti Axel tidak pantas menangis. Dari kecil ia dididik oleh kakeknya untuk menjadi lelaki yang tangguh, menjadi lelaki yang berani untuk berbuat sesuatu tapi berani juga bertanggung jawab, menjadi lelaki yang tidak takut dengan apapun kecuali tuhan.

"Gue minta maaf" jawab Axel lirih, bahkan nyaris tidak terdengar karena rasa sesak itu kembali menghampiri tenggorokannya.

Raina terkekeh sinis, "Maaf? Minta maaf sama cewek yang udah lo hamilin, minta maaf sama orang tua tuh cewek! Ngapain minta maaf ke gue? Kurang kerjaan lo!" Ujar Raina pedas.

"Tanggung jawab jangan lupa!" Lanjut Raina.

"Besok gue mau kesana, ajak Mami sama Papi. Lo mau ikut?" Tawar Axel mengangkat wajahnya menatap Kakaknya sendu, segalak-galaknya Axel. Ia akan tetap menjadi lelaki penyayang kepada keluarganya dan menjadi pelindung keluarganya nanti terutama Kakaknya dan Maminya.

Raina bisa melihat wajah Axel yang memerah seperti menahan tangis, bahkan mata Axel juga memerah yang tengah memandangnya.

"Ikut, gue mau ngeliat cewek yang udah lo hamilin. Sekaligus minta maaf" jawab Raina menekankan perkataannya berhasil membuat Axel tertohok.

"Tumben akur" celetuk Alex yang tiba-tiba datang diikuti Aura disamping tubuhnya, kemudian mereka berdua berjalan santai dan duduk di sofa.

Axel membuang nafasnya, hatinya berdetak tidak karuan. Bagaimana nanti reaksi kedua orang tuanya saat tau Axel menghamili anak orang? Kalau Maminya sudah pasti marah besar, bisa saja menampar tapi itu tidak masalah bagi Axel. Bagaimana dengan Papinya? Entah apa reaksi dari lelaki tua bangka berduit itu.

Raina mengawasi gerak gerik Axel seraya menggigiti kuku cantiknya yang terpasang fake nails, hingga mata mereka berdua bertemu dan terkunci satu sama lain.

"Tunggu apalagi lo? Ngomong sekarang!" Cecar Raina.

Axel mengambil pasokan udara sebanyak-banyaknya kemudian membuangnya, ia harus menyiapkan mentalnya menghadapi galaknya Aura nanti. Ia memutar tubuhnya hingga kini ia sudah terduduk dilantai depan Papi dan Maminya.

"Ngapain? Duduk yang bener, ngapain lesehan?" Ujar Alex mendorong pundak Axel.

Axel hanya diam saat Papinya mendorongnya untuk kembali duduk di sofa.

"Pi, Mi. Axel mau bicara, serius!" Ujar Axel yakin mendongak menatap kedua orang tuanya, Axel terdiam menatap wajah kedua orang tuanya. Axel mengecewakan kedua orang tuanya yang dengan sepenuh hati mengurusnya hingga sebesar dan sehebat ini.

"Silahkan" jawab Alex masih bercanda.

"Pi!" Tegur Axel membuat Alex terkekeh.

"Yaudah cerita"

"Tapi Axel mau nanya dulu, Papi sama Mami kecewa ngga sama kenakalan Axel selama ini?" Tanya Axel random, ia berusaha menghilangkan rasa gugupnya sekarang.

Aura memandang putranya aneh, baru sekarang Axel sadar kalau dirinya senakal itu? Bahkan saat sekolah dasar pun Axel sudah pernah di keluarkan dari sekolah karena menonjok salah satu teman kelasnya yang hanya membangunkan dirinya saat tidur dikelas. Padahal niat bocah itu baik tapi memang hati Axel saja yang seperti setan.

"Baru sadar ya anak Mami" ujar Aura gemas seraya menjewer telinga putranya.

"Ngga usah diimutin mukanya!" Cecar Alex meraup wajah Axel.

"Udah ah, ini Axel mau ngomong"

"Ngomong tinggal ngomong" jawab Alex santai.

Okey, Axel menghembuskan nafasnya pelan.

"Axel hamilin anak orang"

•••


TBC🏁

Axel Marcellos Davidson

Continue Reading

You'll Also Like

401K 6.5K 16
suka suka saya.
119K 2.2K 14
Setelah cukup lama menetap di kota. Alin, gadis berusia 23 itu akhirnya kembali ke kampung tempat di mana kedua orang tuanya menetap. Tentu alasan ia...
243K 26.6K 90
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
411K 37.7K 90
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.