Seeress

By monochrome_shana404

2K 436 270

16+ for violence [Fantasy, Adventure] Lebih dari puluhan abad lamanya, seisi Dunyia damai sebagaimana semesti... More

(Sepertinya sih) Kata Pengantar
Dongeng Pengantar: Sang Pencipta, Kerajaan Langit, dan Buah Merah-Nya
Dunyia dan Seisinya
Prolog: Alkisah Sekeping Benih Harapan
I. Teka-Teki Dari Doa yang Merdu
II. Runtuhnya Alam Damai [1/3]
II. Runtuhnya Alam Damai [2/3]
II. Runtuhnya Alam Damai [3/3]
III. Jejak Dalam Lima Hitungan [1/4]
III. Jejak Dalam Lima Hitungan [2/4]
III. Jejak Dalam Lima Hitungan [3/4]
III. Jejak Dalam Lima Hitungan [4/4]
IV. Penantian Sepercik Cahaya [1/3]
IV. Penantian Sepercik Cahaya [2/3]
V. Kobaran Sepucuk Harapan [1/3]
V. Kobaran Sepucuk Harapan [2/3]
V. Kobaran Sepucuk Harapan [3/3]
VI. Awal Baru Di Negeri Perdamaian
VI. Awal Baru Di Negeri Perdamaian [EX]
VII. Langkah Pertama
VIII. Ribu-ribu Tangga Penguji [1/2]
VIII. Ribu-ribu Tangga Penguji [2/2]
IX. Pemanasan
IX. Pemanasan [EX]
X. Pelatihan Intensif [1/2]
X. Pelatihan Intensif [2/2]
Lapak pengetahuan #1: Aora
XI. Titik Terang Di Kabut Gelap [1/2]
XI. Titik Terang Di Kabut Gelap [2/2]
XI. Titik Terang Di Kabut Gelap [EX]
XII. Babi Bercula Pembawa Berkah
XIII. Di Kota Musim Semi
XIV. Undangan Angin [1/2]
XIV. Undangan Angin [2/2]
XIV. Undangan Angin [EX]

IV. Penantian Sepercik Cahaya [3/3]

34 9 7
By monochrome_shana404

"Sungguhkah kau rela memilih dirinya yang menyesatkan usai sudah kau berjuang begitu lama?"

Si gadis mengerjap sementara tangannya berhenti dan terbiar menggantung ragu.

Kali pertama dalam sepanjang waktu di sini, ia mendengar suara asing. Sempat jantungnya berdentum keras, tetapi ia tahu tenang lekas menemani usai mendapati sensasi hangat menjalar di sekujur tubuh.

Suara lain tertangkap jelas oleh indra pendengarannya, "Betapa gigih penantianmu itu, janganlah kau sia-siakan dan lantas kau turuti rasa lelah yang dikeluhkan oleh hati kecilmu."

Si gadis percaya, itu datang bersama satu suara baru.

"Kami di sini."

Tatkala, si gadis menarik kembali tangannya. Lekas pita-pita yang berhambur kelip cahaya mulai melilit tubuhnya.

"Kami, yang mungkin selalu kau nanti di dalam iringan doamu."

Ditariklah ia ke dasar ruang tak bersudut itu menuju wilayah penuh cahaya. Tidak lagi ia rasakan sesak. Ketakutan luput darinya, bahkan ia merasa nyaman dalam kehangatan yang disuguhkan oleh lilitan pita-pita yang menariknya, hingga tanpa sadar ia menutup mata.

Tetes demi tetes cairan bening lolos dari bulu mata, menyatu bersama sekelilingnya yang kini penuh oleh air.

"Kemarilah. Kami akan suguhkan kepadamu apa-apa yang bisa disuguhi cahaya untukmu yang telah disimpan sekian lama."

Begitulah si gadis tersadar ia berada di tengah laut, hilang seluruh ikatan pita bercahaya itu. Aneh memang, tetapi ia bisa bernapas di dalam sini.

Tepat ia berputar menghadap dasar, rambutnya yang kecokelatan sepanjang mata kaki meliuk nyaris melilit tubuh. Lekas manik keemasannya takjub oleh pemandangan dasar lautan yang penuh oleh keindahan; terumbu karang bermacam warna, kerumunan ikan kecil, dan bermacam hewan laut yang tak begitu ia kenali.

Seluruhnya membuat sepasang kaki mulus si gadis tanpa sadar mendayung, membawanya menyusuri laut yang menyembunyikan keindahan.

Dirasanya cukup, lekas si gadis berenang menuju permukaan; persis menghadap cahaya yang membias.

Begitu tangannya berhasil meraih udara, segera ia berpijak di tepi danau yang dikelilingi hutan. Disambut oleh cicit burung merdu, si gadis menoleh kepada langit biru yang begitu ia rindukan. Angin yang dalam sekejap mata mengeringkan tubuhnya, menyadarkannya untuk memanfaatkan diri menghirup udara segar sebanyak yang ia bisa.

Si gadis bahkan sampai mendongak dan hilang keseimbangan. Dia terjatuh dengan pekik latah.

Kini hawa menyengat berkuasa. Bahkan langit tampak lebih senja, menyamarkan pemandangan yang dihuni oleh angin yang meniup debu, berikut pasir senada bata yang terhampar sejauh mata memandang.

Hendaknya si gadis bangkit, sepasang insan lantas hadir menyita pergerakan.

Itulah sepasang wanita kembar dengan masing-masing rambut hitam dan keperakan. Keduanya mengumbar senyum samar.

"Lihatlah, Shi. Konon sulit ia berdusta bahwa dirinya menikmati perjalanan pendek yang disuguhi sepercik cahaya."

Suara empunya rambut perak terdengar familier di telinga si gadis. Netra keemasannya lekas berjumpa dengan manik segelap langit malam.

"Benar." Satu suara lalu menggeser tatapan si gadis kepada pemilik mata perak. "Syukurlah, Zhu. Kita datang tepat waktu."

Betapa pun si gadis berusaha mencerna semuanya, dia tetap tidak mengerti persoalan yang tengah dimaksud oleh kedua wanita itu. Namun, ada satu hal pasti yang membuatnya cukup lama terpaku sebelum berakhir bangkit dan bersimpuh takzim di hadapan si kembar.

Dia menunduk dalam bersama senyumnya. Si gadis pula hendak melantun tawa sebagai bentuk kebahagiaan tak terkira dalam rasa syukurnya. Namun, alih-alih keluar lantunan yang ia harapkan, sekali lagi air mata menetes dari sepasang mata yang terpejam.

"Yang Mulia ...." Demikian ia tersedu-sedu melukiskan kelegaan teramat sangat.

Ah, begitu cepat ia menyelesaikan teka-teki kecil sebagaimana ia mengendus aroma Wrenyasa dan Rtutrye yang baru berpulang. Serentak batin wanita kembar melantun takjub, mereka perlebar senyum mereka.

Pada akhirnya mereka menghampiri sosok yang tengah dirundung sendu. Masing-masing tangan mulai menangkup wajah si gadis, mengusapi pipinya yang basah sebelum mengangkat pandangnya.

"Kupatutkan maaf kepadamu, Rin. Kami terlambat," ujar Shi lirih, yang tanpa disangka disambut gelengan cepat oleh si gadis yang belum habis terisak.

"Oh, Yang Mulia ...." Sebentar Rin—gadis belia yang malang—menjeda guna mengendalikan sengguk. "Hambalah yang semestinya memanjatkan permohonan ampun atas kelalaian hamba berpikir panjang. Sungguh, besar dosa hamba mengabaikan segala kenikmatan dari Sang Pencipta serta Dewa dan Dewi-Nya simpankan untuk hamba."

Baik Zhu dan Shi, terenyuh mendengarkan ungkapan si gadis. Betapa tidak. Bahkan tanpa ingatan yang ia buang di Kerajaan Langit, masihlah ia memelihara sifat ketaatan yang begitu manis. Saling bergantian mereka mengecup kepalanya sebelum utuh serentak menghamburkan pelukan.

Mereka membiarkan Rin menghabiskan sedu sedan dalam kehangatan.

Pada akhirnya angin sejuk menerpa wajah si gadis, pula terhirup sejuta semerbak bunga yang menyegarkan sukses mengundang maniknya terbuka. Warna keemasan di sana penuh menggambarkan gemilang dari silau mentari di Bulan Ceri.

Tak lagi ia dapati sosok Zhu dan Shi yang baru saja memeluknya. Lekas ia menyapu pandangan, mengabaikan tiap kelopak bunga yang rontok menari-nari mengikuti arah angin. Dia berhenti berputar dan meneliti sampai ia menemukan sepasang kupu-kupu hitam dan putih terbang menjauhinya.

"Sepercik cahaya jelas tidaklah cukup dijadikan upah atas kesabaranmu melewati lima langkah yang begitu panjang." Begitu satu dari dua suara wanita kembar berujar seiring maniknya terus mengekor ke mana sepasang kupu-kupu hendak melintas.

Demikian satu suara lain lekas menyambung, "Maka kemarilah, harapan kecil yang manis. Mari, bersama-sama melanjutkan perjalanan kecil ini barang sebentar."

Rin segera mengambil langkah, membiarkan tapak kaki yang telanjang basah akibat menyusuri rerumputan yang dihuni embun.

Tidak membutuhkan waktu lama dirinya tertarik pada suara gemerisik renyah. Muasalnya dari daun kering yang tak sengaja ia pijak. Begitu ia kembalikan menatap lurus, takut sepasang kupu-kupu dua warna itu hilang dari pandangan, ia telah disuguhkan oleh pemandangan musim gugur di pertengahan Bulan Maple.

Beberapa langkah selanjutnya telah dihadapkan pula Rin kepada musim dingin yang begitu menyejukkan. Uap hangat bahkan tak segan timbul setiap ia mengembus napas. Wajahnya bahkan sampai memerah usai cukup lama mengarungi dingin.

Sejenak Rin menghentikan langkahnya, menahan gigil tak terkira. Mengusap lengan pun tiada guna, sebab setiap jengkal tubuhnya telah dikuasai beku. Sulit ia menguasai kaki yang gemetar untuk terus berdiri, maka ia lekas terjatuh dengan lutut.

Saat itu, sampailah ia persis di ujung jurang yang curam. Kehangatan kembali menjalar, tetapi lama-kelamaan panas yang menggerahkan kian mendominasi.

Begitulah pemilik rambut panjang senada batang pohon mahoni itu membuka kembali sepasang matanya. Pun, tidak membutuhkan waktu lama, ia terkesiap atas segala-gala yang tersuguh di bawah kakinya.

Di sana, bara menghampar luas memerangi gelap. Tampak umat fana dirundung sengsara; terkapar usai habis terkoyak-koyak disiksa panas, duduk mematri tatapan kosong, bahkan juga terdapat mereka yang dipaksa terus menari bersama isak tangis. Ada pula yang menjerit-jerit, meneriaki kehidupan yang terkasih lebih dulu direnggut darinya.

Sementara masih terlihat segelintir makhluk yang hendak berusaha keluar dari lubang; melarikan diri dari umat fana yang telanjur tersesat. Entah akibat mata yang berlubang sekadar menyisakan darah atau lebih dulu dimakan putus asa sebab usaha tak lagi membuahkan hasil, Rin bisa memandangi mereka tidak henti-hentinya meraung dan meringis.

Namun, bersamaan ia juga merasakan keanehan di balik kejadian yang menakutkan itu.

Seluruh pemandangan yang menyakitkan di bawah sana diiringi oleh tawa bahagia yang tiada henti melaung. Mata mendapatkan hal yang bertentangan dengan apa yang diperoleh telinga, sudahlah cukup membuat batinnya ngeri.

"Terpampang di hadapanmu, berkah yang dielu-elukan para pembangkang." Zhu berujar, sukses membuat bulu kuduk Rin meremang. "Itulah akibat dari memilih jalan pintas dalam meraih kenikmatan yang mereka idamkan."

"Itulah kenikmatan semu." Shi menyambung. "Sesuatu yang mampu kau lihat, tetapi tidak dapat kau rasakan. Tidakkah kau berpikir bahwa segala yang menyesatkan amat sangat menyakitkan bagimu?

"Namun, beruntung. Kau memilih sepercik cahaya yang dihadirkan di sini."

Suara Shi yang kini terasa lebih dekat, lantas Rin berbalik seiring ia bangkit dari tanah. Benar saja, segera ia dapati mereka berdiri tak jauh dari posisinya. Pun, tidak disangka eksistensi mereka mengubah seluruh pemandangan yang tertutup salju menjadi musim semi yang paling dinanti.

"Pun, kau tidak berhenti mengejarnya," lanjut Zhu. "Hal itu menjadikan suatu kemajuan dari permulaan yang mengesankan."

"Maka di sini, kau diperbolehkan memilih atas keyakinanmu sekali lagi." Demikian Shi mengulurkan tangan bersama Zhu. "Berhenti di jalan penuh batu tajam, lantas menikmati kesengsaraan dalam berkah kesesatan."

"Sementara di hadapanmu, tersuguh perjalanan panjang menuju cahaya ...."

Lalu wanita kembar itu saling bergenggam dengan masing-masing tangan yang menganggur. Serempak, suara mereka mengalun melanjutkan ujaran, "Itulah jalan yang teramat panjang yang pernah kau susur. Namun, di sanalah kau akan mendapatkan bermacam kenangan yang dapat dipatri menjadi satu buah kisah.

"Di penghujung perjalananmu, telah menanti harapan yang dijanjikan Sang Pemegang Takdir; sebuah harapan yang memberi kesempatan kepada umat fana meraih cahaya dari seluruh perjuanganmu kelak."

Si gadis sekadar termangu atas segala pernyataan yang diutarakan dua wanita itu. Sungguh, sedikit pun ia tidak mengerti seorang gadis memiliki peran yang besar. Dia tak paham maksud perjuangan sebagaimana para pahlawan mengembannya.

Hal yang ia tahu, ia hanyalah seorang manusia. Barangkali sama tak berdayanya dengan orang-orang yang tersesat dalam lubang kegelapan. Mungkin, lebih buruk dari itu, pikirnya.

Namun, segala tanya akan ketidakpahaman dan ketidakmampuan itu setidaknya mendorong Rin untuk bergerak.

Sebab dia mengerti, ia dituntut untuk mencari tahu.

Dia pula mengerti, Sang Pencipta mengujinya sebab Ia merupakan Yang Maha Mengetahui bahwa sesungguhnya Rin mampu.

Pun, telah ia mengerti segala rasa sakit yang dialaminya selama terkurung dalam kegelapan. Maka ia tidak ingin orang-orang lain menanggung derita sebagaimana ia rasakan selama lima langkah.

Lantas mantap kakinya menapak, menghampiri jelmaan Dewi Kembar yang masih setia menanti. Melebar senyum Mereka seiring cahaya benderang mulai menerpa pandangan Rin, mengaburkan seluruhnya yang terpampang di depan mata.

Satu langkah akhir sebelum sampai menghadap Dewi Kembar yang kian memudar, si gadis terperanjat. Dia menapak di bagian yang salah sehingga ia terjatuh dalam lubang yang begitu dalam.

Namun, tidaklah ia khawatir dan membiarkan ketakutan singgah lebih lama. Cahaya meliputi sekitarnya. Alih-alih terbanting keras, Rin seolah melayang ditemani kehangatan.

"Betapa besar keberanian dari dirimu kala mengambil langkah." Begitulah kelegaan bersemayam dalam hati Rin, mendengarkan suara Shi yang merupakan Dewi Hetm. "Betapa bahagia Kami mampu menjemputmu bersama tekad yang mulai bertumbuh barang sejentik di dalam hatimu."

"Mulai dari sini, Kami akan melepasmu untuk memulai petualangan baru." Pun, suara Zhu jelmaan Sang Pemeluk Kehidupan melengkapi ketenangan untuk kesendirian Rin saat ini. "Suatu ketika akan tiba masanya Kita kembali berjumpa. Sementara kini ialah masa bagi permulaanmu ....

"Maka bangkitlah, harapan kecil yang Kami kasihi."

Demikian Rin menggapai udara, meraih cahaya hangat yang tengah menghampirinya. Dalam satu kedipan, tersentaklah ia terhadap sebuah sentuhan yang begitu nyata.

Datangnya dari satu genggaman tangan yang meremas lembut. Tidak membutuhkan waktu lama bagi empunya manik keemasan itu pula mendapatkan sosok pemilik tangan berkulit sawo matang dengan telapak kasar tersebut. Sebab kini ia persis tengah memangku kepalanya bersama kernyitan penuh khawatir di kening.

Dialah seorang pemuda berambut panjang dengan netra senada karamel yang menyorot tajam.

"Kau tak apa?"

Sekali pun ia mengeluarkan suara lembut, jelas Rin merasa asing terhadap eksistensinya.[]

The female lead and male lead finally met~.

Udah deh itu aja wkwkwkwk sampai jumpa di bab selanjutnya!!

Continue Reading

You'll Also Like

341K 19.8K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
1.6K 206 21
Pada suatu hari, Andrea Jacobson membuat keputusan untuk menjauh sejenak dari kehidupannya di Portland. Dia menunda kuliah dan mengambil kerja sambi...
296 43 2
"To you, who find love and hope at night." A compilation of short stories ranged in gothic, fantasy, and romance. Cover by me, exclusively made in C...
10.4K 132 1
Neverland, pulau yang tak pernah ada. Mereka terjebak! Di hutan mistis Pulau Ulleungdo, ada sesuatu yang begitu rahasia, tak tersentuh, sekaligus me...