HEART GAME 3 : not me, but yo...

By Ygn_Sada

191K 14.1K 2.1K

Ceritanya enggak recomended buat kamu yang perfect. Bukan kisah cinta bahagia, yang terpikirkan oleh semua o... More

Prolog
Part 1 - Ada Apa?
Part 2 - Wanita Cantik
Part 3 - Wida
Part 4 - Mencoba
Part 5 - Di Pagi Hari
Part 6 - Lagi lagi
Wedding Invitation
Part 7 - Kembali
Part 8 - Mantan
Part 9 - Siapa dia?
Part 10 - Dia kembali
Part 11 - Curiga
Part 12 - Siapa dia? (2)
Part 13 - Sangat dekat
Part 14 - Saling
Part 15 - Dilema
Part 16 - Aku kecewa
Part 17 - Akhir kehidupan
Part 18 - Bukan Mimpi
Part 20 - Buket Bunga
Part 21 - Agar kamu Bahagia
Part 22 - Tenangkan dirimu
Part 23 - Merindukan
Part 24 - Rencana
Part 25 - Pergi bersama
Part 26 - Kamu yang menyuruh
Part 27 - Akan berpisah
Part 28 - Pertemuan
Part 29 - Pelukan di depan mata
Part 30 - Jangan berterima kasih
Part 31 - Lagi-lagi (2)
Part 32 - Tak ada pemberitahuan
Epilog
Mr. Right but Evil

Part 19 - Harapan

3.8K 363 54
By Ygn_Sada

Ada yang nunggu kah? Maafyah gak bisa update setiap hari, apalagi double up.. tadinya niatnya mau di pending dulu ceritanya.

.

Hanna menepuk pelan punggung Maryam. Putrinya itu menangis dengan kencang, padahal barusan dia sudah minum ASI-nya. Ketika Hanna memberikan susu formula, anak itu menolak.

"Sayang kenapa nangis terus?" Bingung Hanna.

Sarah masuk ke dalam kamar Hanna karena mendengar cucunya yang tak berhenti menangis. "Kenapa sayang? Sini sama nenek," katanya sambil mengambil alih Maryam.

"Tadi Hanna sudah kasih ASI tapi dia masih nangis, Mah," ujar Hanna.

Ibu mertuanya itu menimang-nimang Maryam dan sambil membaca shalawat. Ajaibnya Maryam terdiam. Hanna hanya menatap keduanya.

"Maaf, malah ngerepotin Mamah," kata Hanna yang merasa dirinya tak becus untuk mengurus putrinya sendiri.

"Gak ngerepotin. Maryam kan cucu Mamah. Kamu tadi pagi bilang mau ke rumah sakit?" Tanya Sarah.

"Iya, mah, tapi.." ragu Hanna.

"Tapi kenapa?"

"Maryam lagi rewel, jadi Hanna bingung kalau ninggalin Maryam."

"Ada Mamah sama Kasih. Lagian udah hampir satu Minggu kamu gak ketemu sama Jinata, emangnya kamu gak kangen sama anak mamah itu?"

"Tentu saja Hanna kangen, Mah."

"Ya udah mendingan kamu ke sana aja. Kamu tahu? Jinata selalu nanya kamu terus waktu mamah ke sana."

Hal itu membuat Hanna tersenyum. "Iya, mah."
_______

Hanna pun pergi ke rumah sakit diantar oleh Pa Jojo. Begitu berada di rumah sakit, Hanna langsung menuju ruang rawat suaminya. Sebelum membuka pintu, dia menghirup dalam nafasnya dan mengeluarkannya dengan pelan. Dia berharap semuanya akan baik-baik saja. Jinata takkan mengusirnya lagi seperti terakhir kalinya.

Perlahan pintu pun ia buka dan dirinya mendapatkan Jinata yang sedang mengobrol dengan Dokter Asep.

"Pemeriksaannya pasti mendiagnosis Paraplegia komplit kan, pak?" Tanya Jinata.

Hanna tak langsung masuk dan memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka.

"Awalnya seperti itu, tapi ketika kemarin diperiksa lagi, fungsi sensorik kamu masih berfungsi, Nat," jelas Dokter Asep.

"Tetap saja. Saya lumpuh," lirih Jinata.

"Tapi ada harapan kalau kamu bisa sembuh. Asal kamu mau diterapi."

Jinata terdiam. "Bagaimana kalau saya benar-benar kehilangan fungsi sensorik dan motorik seperti diagnosis awal?" Tanyanya.

"Kamu akan sembuh Jinata, insyaallah. Kamu ada harapan."

Hanna merasa lega mendengar Dokter Asep mengatakan hal itu. Ya, Jinata ada harapan untuk sembuh. Ya Allah sembuhkanlah suami hamba, do'anya.

"Assalamu'alaikum," salam Hanna sambil melangkah masuk ke dalam.

"Wa'alaikumsalam.. eh, Hanna," kata Dokter itu.

"Halo, Pak. Bapak Apa kabar?" Sapa Hanna pada Dokter Asep yang merupakan Dokter spesialis saraf penanggung jawab Jinata dan merupakan dosennya saat dulu.

"Baik, bagaimana dengan kamu?"

"Alhamdulillah, pak. Baik juga."

Asep menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu saya permisi dulu," pamitnya.

"Iya, pak."

Setelah kepergian dokter Asep, Hanna duduk di samping ranjang Jinata. Dia tersenyum lebar pada suaminya itu. Hal itu membuat Jinata menyeritkan dahinya heran.

"Abi, sekarang apa ada yang sakit?" Tanya Hanna.

Jinata menggeleng pelan. "Kenapa ke sini? Harusnya kamu di rumah aja. Maryam sama Fadli lebih membutuhkan kamu dari pada aku," datarnya.

Hanna sedikit merasa terluka, karena Jinata tak membutuhkannya. "Aku kangen sama Abi," katanya memberanikan diri.

"Apa?"

"Aku kangen sama suami aku," ulang Hanna dengan tegas.

Jinata mengedipkan matanya. Lalu pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Sekarang sudah melihat aku kan? Pasti kangennya sudah hilang. Jadi mendingan kamu pulang," kata Jinata, namun matanya tak menatap Hanna.

"Aku gak akan pulang. Aku akan di sini. Mamah menyuruh aku menginap, menemani kamu," ucap Hanna.

"Kamu lebih menurut sama Mamah daripada suami kamu sendiri?"

"Ya."

Suara ketukan pintu terdengar, lalu pintu pun terbuka. Ada perawat yang mengantarkan makanan untuk Jinata dan perawat itu adalah Hanif.

"Assalamu'alaikum, permisi."

"Wa'alaikumsalam."

"Wah, ternyata Mba Hanna ada di sini," kata Hanif yang melihat Hanna.

"Iyah, Hanif."

"Aku kangen banget sama Mba. Padahal seminggu yang lalu kita baru ketemu."

"Hehe.. iya. Sama aku juga," kata Hanna.

"Sshh.." suara desis sinis terdengar dari mulut Jinata. Hanna melirik Jinata yang saat ini sedang menatapnya tajam. Jinata cemburu, Hanna tahu itu.

"Kenapa kamu yang mengantarkan makanan?" Tanya Jinata tak suka.

"Hm.. hanya ingin saja. Mungkin sudah firasat kalau saya ke sini saya akan bertemu dengan istri bapak," gurau Hanif.

"Apa?"

"Hanya bercanda, pak. Kalau begitu saya permisi. Assalamu'alaikum." Pria itu pun melangkah pergi.

"Wa'alaikumsalam.." Hanna tak bisa menghilangkan senyumannya ketika Hanif pergi. Kehadiran Hanif barusan cukup membuat hati Hanna menjadi senang. Apalagi melihat ekspresi Jinata saat ini yang Hanna yakini penuh dengan kecemburuan.

"Biar aku suapi," kata Hanna sambil memegang sendok dan mangkok yang berisikan bubur.

"Gak usah," tolak Jinata sambil mengambil sendok yang dipegang Hanna. Namun sendok itu malah jatuh ke lantai.

Hanna langsung menyimpan mangkok di meja dan dia beranjak mengambil sendok. Lalu melangkah masuk ke kamar mandi dan mencuci sendok itu dengan air.

Wanita itu kembali dan duduk. "Aku akan nyuapin kamu. Jangan nolak, cukup nurut sama aku sekali ini aja," katanya. Lalu menyuapi suaminya itu.

Jinata dengan ogah-ogahan membuka mulutnya, namun dia tetap memakan makanannya.

"Gimana? Enak?" Tanya Hanna sambil membersihkan pinggir bibir suaminya dengan ibu jarinya.

Jinata sedikit menggeserkan kepalanya menjauh.

Suara nada dering ponsel terdengar membuat Hanna langsung mengambil ponselnya yang berada di tas. Dirinya terdiam sesaat saat melihat nama kontak yang sedang meneleponnya. Reza yang menelponnya saat ini. Perlahan matanya melirik ke arah Jinata dengan perasaan was-was. Hanna langsung mematikannya dan kembali memasukkannya ke dalam tas.

"Dari siapa?" Tanya Jinata pada akhirnya.

"Bukan siapa-siapa," jawab Hanna.

"Reza, kan?" Tebak Jinata.

Hanna diam.

"Kenapa gak dijawab aja? Dia pasti kecewa karena kamu gak menjawab teleponnya," kata Jinata yang membuat Hanna sedikit terkejut.

"Apa?" Hanna tak percaya kalau Jinata akan berkata seperti itu.

"Aku sudah kenyang. Aku ingin istirahat.."

Hanna memandang Jinata yang sekarang menutup matanya. Dia menghela nafasnya. Lalu matanya melihat ke arah mangkok yang masih penuh dengan bubur itu. Suaminya itu baru makan satu suapan. Bohong sekali kalau pria itu sudah kenyang.
_______

Hanna memutuskan untuk pulang ke rumah. Karena ada telepon dari Fadli yang menangis karena menanyakan keberadaan Hanna dan anak itu ingin tidur bersama dirinya. Jinata yang mendengar percakapannya dengan Fadli pun menyuruhnya untuk pulang saja.

"Ummi, Abi kapan pulang?" Tanya Fadli yang saat ini berbaring di samping Hanna. Anak itu berhenti menangis ketika Hanna memeluknya.

"Hm.. Ummi gak tau, sayang," jawab Hanna.

"Fadli kangen Abi, Ummi," kata Fadli yang memeluk erat Hanna.

Hanna mencium kepala putranya itu. "Sama, Ummi juga."
_______

Keesokan harinya, Hanna kembali ke rumah sakit. Namun saat masuk ke dalam ruang rawat Jinata, pria itu tak ada di tempatnya. Hanna mulai berpikiran aneh, takut terjadi sesuatu dengan suaminya.

.

Gimana? Ceritanya makin parah kan? Ngebosenin kan? Heheh.. maafyah.,,,,🙏

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 207K 46
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
1.6K 125 17
By:heecute01 Tentang sebuah kehilangan, seorang pemuda yang harus berusaha merelakan yang dicintai dan mencoba untuk mengikhlaskan walaupun sangat su...
33.4K 2.3K 38
JANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberi...
4.7M 287K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...