GULFI - MEWGULF

By olivexre

30.6K 3.8K 270

[TAMAT] ✓ WARNING! BEBERAPA PART DIPRIVATE, FOLLOW AKUNKU DULU BARU BISA BACA LENGKAP! APA JADINYA JIKA SEORA... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Epilog

Chapter 27

886 85 0
By olivexre

"Yah, ini memang kejutan kecil, sih," ujar Chuy untuk kesekian kalinya selama beberapa menit, oh ayolah, Chuy. Jangan merendah seperti itu, ini sudah lebih dari cukup kejutan bagiku, bahkan aku sangat senang dengan apa yang kau, Bram, dan Martin berikan, ini lebih dari cukup untuk bisa membuatku bahagia.

"Aku sangat senang bisa bertemu dengan kalian lagi. Sial, rasanya aku ingin menangis gara-gara tingkah kalian yang begitu mengejutkanku," ucapku tersenyum sendu. Aku mengusap kedua kelopak mataku seolah ada air yang keluar, mataku berkaca-kaca saat ini saking bahagianya.

"Haha, lihat. Gulfi si jagoan bisa menangis, aku tidak percaya ini, aku harus memfoto wajah cengengnya," ucap Bram menggodaku. Dia terlihat bahagia dan sesekali bercanda membuatku merasa semakin hangat dan nyaman.

"Haha, wajahnya lucu sekali. Kau harus memperlihatkan foto ini ke Bibi Esperaza." Tak cukup dengan satu foto, Bram dan Martin terus menggodaku sambil memfoto wajah tampanku yang terlihat menyedihkan ini. Entah kenapa aku tidak merasa marah sama sekali karena mereka semua adalah teman bagiku— tidak, mereka lebih dari sekedar teman, mereka adalah keluargaku.

Kami terus bercanda satu sama lain hingga beberapa jam sudah terlewat begitu saja, aku melihat ke arah Mew yang juga melihatku bahagia. Aku tersenyum kecil membalas tatapannya itu, rasanya aku seperti lahir kembali dengan orang-orang baik di sekitarku, ini jauh lebih baik daripada di sekolah, mungkin?

Bram menawariku gelas yang berisi sake— alkohol buatan Jepang padaku dan dengan senang hati aku menerimanya. Awalnya Mew tampak tidak setuju dengan ini, tapi ayolah, aku sudah cukup umur untuk meminum ini, umurku sudah 17tahun—maksudku hampir, aku hampir 17tahun, tapi tidak masalah, kan? Lagipula persentase dari alkohol ini hanya 1%, kukira.

"Yoooo... Bersulang untuk kita semua," ucapku girang dan kami saling bersulang sebelum meminum alkohol ini.

Satu tegukan berhasil memasuki kerongkonganku tapi masih tidak terjadi apa-apa, kepalaku masih bisa berpikir normal dan aku masih sama seperti sebelum meminum alkohol. Tak cukup dengan itu, kami terus meneguk sake hingga tetes terakhir, beruntung Chuy membawa beberapa botol untuk dihabiskan malam ini.

"Kau ternyata kuat juga, ya," puji Chuy kepadaku, dia sudah setengah mabuk namun masih bisa tersadar. Dia terus memberikanku segelas sake untuk diminum tapi kupikir aku sudah cukup, aku tidak mau terlalu mabuk untuk saat ini.

"Heh, kau lupa siapa aku? Aku Gulfi, si jagoan yang selalu bisa apa saja, haha," ucapku sombong dengan tingkat percaya diri yang tinggi. Bram menghela napas.

"Cih, dasar sombong. Lain kali akan kubawakan bir yang persentasenya lebih tinggi daripada bir yang dibawa Chuy ini," kata Martin menanggapiku, sementara aku hanya berdehem ala orang mabuk.

"Hey, Bram, Martin. Sejak kapan kalian berkencan seperti ini?" kataku pertama kali. Entah apa yang ada di pikiranku saat menanyakan hal ini kepada mereka berdua, ini terjadi secara tiba-tiba, mulutku dengan sontak bertanya seperti ini.

"Kau mau tau?" katanya lagi dengan keadaan setengah mabuk dan setengah sadar.

"Ya," balasku singkat. Aku menunggu apa yang akan mereka berdua katakan tentang hubungan yang seperti ini.

"Karena aku mencintainya," ujar Bram singkat.

What?

Sesaat aku mematung kaku, diam selama beberapa detik sambil memikirkan kata yang tepat untuk menanggapi pernyataan Bram barusan.

Mencintai sesama lelaki memangnya hal yang lumrah untuk dikatakan? Kupikir seseorang tidak bisa menyatakan perasaan mereka kepada sembarang orang, karena itu adalah yang sangat sensitif dan kurasa hanya mereka berdualah yang tau apa isi hati mereka. Bagiku straight, maupun gay/lesbian cukup tabu, tapi untuk kali ini, gay/lesbian lebih tabu dari yang kubayangkan.

"Apa dengan cinta cukup untuk membuat kalian bersama?" tanyaku lagi. Aku penasaran, sangat-sangat penasaran.

"Tentu saja, itu sudah lebih dari cukup untuk sebuah hubungan. Hubungan yang baik adalah hubungan yang mampu mempersatukan kedua belah pihak dengan perasaan cinta yang sama atau bahkan lebih," jelas Martin padaku. Aku tidak tau kalau mereka bisa seromantis ini jika sudah menjalin suatu hubungan. Sejenak aku ingat kalau mereka masih setengah mabuk.

"Begitukah?"

"Yap, untuk hal yang lain, hanya perlu beradaptasi untuk menghadapinya. Selama kalian bersama aku yakin tidak ada yang tidak mungkin, masalah serumit apapun pasti bisa kalian lewati jika kalian percaya satu sama lain, kepercayaan adalah kuncinya."

Oke, sampai di sini aku sudah mulai paham dengan apa yang mengganggu pikiranku belakangan ini. Kali ini aku sudah memantapku hatiku untuk memilih pilihan yang sangat berpengaruh untuk kehidupanku selanjutnya. Aku melirik ke arah Mew yang sedari diam menyimak pembicaraan kami, aku tau dia sedang memikirkan hal yang sama denganku, terlihat jelas dari raut wajahnya. Aku menghela napas.

"Tunggu, jangan bilang kau bertanya soal ini karena kau sedang menyukai pria? ucap Bram menyekakku. Aku tidak bisa membantah ucapan Bram karena itu memang benar. Aku menyukai pria, dan pria itu adalah seseorang yang tengah duduk di sebelah kananku, kau tau sendiri lah ya siapa namanya.

"Kurasa aku tidak perlu repot-repot mengiyakan ucapanmu," jelasku absurd. Bram dan Martin melirik ke arah Mew dan tersenyum geli sesaat itu juga, uh sudah kuduga mereka akan seperti itu. Mereka menggodaku.

"Haha, aku sudah tau." Martin berkata dengan ekspresi wajah yang tidak terlihat terkejut, sama dengan Bram dan juga Chuy. Mereka sama sekali tidak bereaksi berlebihan seperti yang kubayangkan. Aneh

"Apa? Kau tau?"

"Sejak aku melihatmu dan Mew datang, aku sudah tau kalau ada yang aneh dengan kalian berdua. Kupikir itu hanyalah perasaanku, tapi ternyata firasatku benar. Dari caramu melihat Mew dan begitu pula sebaliknya, sudah memperlihatkan kalau kalian berdua saling mencintai," jelas Martin panjang lebar.

Aku melirik ke arah Mew yang langsung menyemburkan air yang semula ia minum. Mew terkejut.

"Ap—? Memang sejelas itu?" Kali ini Mew yang bersuara. Sementara aku hanya diam.

"SANGAT JELAS," ucap mereka bertiga kompak.

Aku kembali melirik ke arah Mew, telinganya kini memerah karena sesuatu, dia juga kelihatan salah tingkah sampai-sampai salah meminum cairan lilin yang dia kira air. Kenapa dengan dia? Jangan bilang dia malu karena digoda seperti itu? Dasar Mew lemah.

"Haha, kalian berdua sangat lucu, aku jadi teringat masa pdkt kita dulu, sayang," ucap Bram pada kekasihnya, Martin dan sontak aku merinding geli.

Dan mereka terus saja bermesraan satu sama lain tanpa tahu malu. Chuy terus meminum sake yang tersisa sambil sesekali bercerita hal yang menurutku tidak penting, tapi ia berhasil membuat cair suasana.

Aku melirik ke arah Mew, terlihat Mew yang sedang mengangkat telepon dan pergi menjauh dari keberadaan kami. Kupikir, sudah saatnya aku menerima Mew sebagai— emm, apa ya namanya, pacar? Hih geli. Ya itulah pokoknya. Aku sudah memantapkan hatiku, aku sudah sangat yakin akan perasaanku pada Mew.

Segera aku membangkitkan tubuhku dan segera menyusul Mew yang tengah asik mengobrol di telepon. Aku memukul pundaknya pelan, Mew menoleh ke arahku namun ada yang tidak beres di sini dan itu bukan aku, aku melihat wajah Mew yang terlihat emosi? Entahlah aku tidak tau. Mew mengisyaratkanku untuk diam sejenak karena dia masih berbicara dengan seseorang lewat telepon.

"Bagaimana dia bisa kesini? Apa yang mau dia lakukan, ah sial, anak itu benar-benar pembuat masalah!" Mew menaikkan oktaf suaranya, Mew sangat kesal dan marah saat ini.  Memangnya ada apa, sih?

"FUCK!!!" Mew membanting ponselnya dengan amat keras, Mew membantingnya dengan perasaan amarah yang mendalam dan kini aku tau apa yang menyebabkan Mew sampai semarah ini.

Dari kejauhan terlihat beberapa orang yang mengendarai sepeda motor yang berukuran besar, moge, sedang menuju ke arah kami. Dari kejauhan pun aku bisa merasakan dan melihat sendiri siapa yang ada di balik helm itu, dia adalah Bill. Masih ingat dengan bocah sialan yang membuatku masuk UKS, kan? Si sialan ini rupanya masih berani juga. Oh baguslah, aku akan membalas dia lebih dari dia memukulku waktu itu. Aku akan membuat dia koma, jika aku bisa, aku akan membuatnya mati.

Satu persatu dari mereka menuruni sepeda moge mereka masing-masing. Bram, Martin, dan Chuy yang melihat situasi ini pun merasa ada yang tidak beres. Mereka bertiga berdiri dari tempat duduk mereka semula lalu menghampiriku, aku melirik ke arah mereka dan dengan cepat mereka tau kalau orang-orang dengan moge ini adalah musuhku.

"Wah wah wah. Lihat siapa ini? Gulfi si pembuat onar sedang menikmati masa liburan dengan Mew di kampung halamannya. Aku sangat terkejut, sebenarnya aku tidak terkejut sama sekali mengetahui bahwa kau adalah seorang yang miskin," hina Bill tepat di depanku, sambil memandangi keadaan sekitar, Bill meludah jijik. Memang apa salahnya jika aku miskin dan tinggal di desa seperti ini?

Mew menggertakan giginya geram. Kedua tangannya terkepal kuat sama seperti yang kulakukan saat ini.

"Apa yang kau lakukan di sini, hah? Apa kau tidak cukup puas dengan apa yang sudah kau lakukan?" Mew berjalan mendekati Bill. Jarak di antara keduanya hanya 10cm dan itu sudah cukup untuk membuat Bill mundur beberapa langkah.

"Tenang, Mew. Aku ke sini hanya untuk mampir dan melihat-lihat kampung halaman si bajingan ini. Ternyata Gulf lebih miskin dari yang kubayangkan, ya? Hehe."

"Jangan berkata hal yang buruk tentang Gulfi!"

Aku hendak maju dan menghadapi Bill dengan mulut lemesnya itu, namun Mew menahanku untuk melakukan itu. Aku kembali pada posisiku semula.

"Sepertinya kau sangat mencintai Gulf, ya. Sampai-sampai kau menghalalkan segala cara untuk mendapatkan perhatiannya, seperti yang sudah kau lakukan pada Antonieta dan Jack."

Dengan jelas aku bisa mendengarkan ucapan Bill yang terdengar tidak masuk akal. Aku mengerutkan dahiku heran, mencoba mencerna apa yang sebenarnya Bill katakan. Kepalan kuat di kedua tangan Mew perlahan memudar sesaat setelah Bill mengatakan hal itu. Apa yang sebenarnya terjadi?

Continue Reading

You'll Also Like

3.9K 376 29
Seorang yg memanfaatkan orang lain karena kesakitan nya di masa lalu,,semua yg bersama nya tidak ada yg berbuah manis karena di fikiran nya hanyalah...
11.4K 1.6K 24
Jangan salah lapak! ini lapak BXB! Gulf, seorang pria yang terjatuh dan koma selama tiga tahun setelah mengetahui tunangannya berselingkuh, bangkit...
1.1K 169 8
Tak ada yang tahu bagaimana takdir bekerja. Semua sudah tertulis dengan rapi oleh alam yang akan menjadi saksi betapa kejam dan bahagianya takdir ya...