Making Crazy Scandal

By andhyrama

63.5K 3.6K 581

[15+] Making Crazy Scandal Emily seorang jurnalis muda dengan kehidupan yang penuh konflik ingin menelusuri... More

Prakata
Prolog
Bab 01
Bab 02
Bab 03
Bab 04
Bab 05
Bab 07
Bab 08
Bab 09
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Note 1
Bab 13

Bab 06

5.3K 435 62
By andhyrama

MAKING CRAZY SCANDAL
Bab 06
a story by Andhyrama

IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama_twt// YouTube: Andhyrama// TikTok: @andhyramatv

Dapatkan buku karyaku lengkap di Shopee: Andhyrama, IG: @andhyrama.works

⌘♛∞♛⌘

Kenny Wilson akhirnya mengakui jika Sheila adalah mantan pacarnya. Mereka benar bertemu di lokasi casting untuk video musik Dark Wings yang berjudul Sacrifice. Dari sana, mereka mulai dekat dan berpacaran. Mereka bahkan pernah mengonsumsi narkoba bersama-sama. Hasil liputan khusus itu langsung menjadi pembicaraan dan trending di media sosial.

Kali ini, bukan topik utama yang disorot. Justru Emily yang mendapat berbagai pujian karena mampu mendorong Kenny mengungkapkan rahasia. Instagram Emily kebanjiran pengikut yang sekarang sudah tembus dua ratus ribu pengikut.

Emily membaca beberapa komentar di postingan terakhirnya.

@alicenoor33: Aku sering lihat bagaimana Emily meliput, keren, dia selalu bisa mendapatkan informasi yang penting bahkan mengejutkan.

@welly_wendy: Lihat liputan itu malah fokus ke reporternya yang kelihatan cerdas banget.

@Lindalee221: Cantik dan cerdas, definisi wanita idaman.

Tentu saja Emily merasa sedang mendapatkan begitu banyak pujian seperti itu. Walau sebenarnya, bukan itu tujuannya. Ia hanya ingin mendapat informasi yang mengusiknya selama ini. Ia sudah curiga kalau ada sesuatu antara Sheila dan Kenny.

"Selamat Emily!" seru Iris yang tampak senang. "Pak Gavin mencarimu. Temui dia di ruangannya, ya!"

Emily berdiri. Sangat jarang kepala redaksi mencarinya. Tanpa begitu memikirkan apa yang akan diungkapkan sang pemimpin itu. Emily menuju ke ruangan sang kepala redaksi.

"Bapak memanggil saya?" tanya Emily saat masuk ke ruangan yang pintunya dibuka lebar itu.

Pria lima puluh tahunan yang sedang menatap layar PC itu langsung menoleh ke arah Emily. "Oh ya, Nona Harris, silakan duduk."

Emily pun mengangguk dan duduk di kursi depan meja pemimpinnya itu.

"Enggak biasanya Bapak panggil saya."

"Popuparitasmu lagi naik sekali nih, bagaimana kalau kamu bawa acara sendiri?" tanya Gavin.

"Lepas dari TopNews?" tanya Emily.

"Ya. Acara liputan kriminal sendiri. Kita bisa masukkan di jam malam."

Emily belum bisa mengiyakan tawaran Gavin. Jika ia mengelola acara sendiri, artinya ia akan bekerja lebih keras, bukan hanya fokus pada liputan, tetapi pada acaranya juga. Namun, jika ia menolak kesempatan itu, ia tidak tahu kapan kesempatan akan hadir lagi.

⌘♛∞♛⌘

"Jadi, aku harus ambil atau tidak?" tanya Emily yang sedang makan bersama Jennie di salah satu restoran cepat saji di dekat gedung kantor LeaderTV.

Jennie yang sudah punya acara sendiri tentu menjadi sumber yang paling tepat untuk ditanyai oleh Emily. "Kalau benar mau ambil, kau harus terima semua risikonya. Mengatur materi acara, selain liputan di lapangan juga shooting di studio," ungkap Jennie. "Enaknya, kau punya tim sendiri. Kurasa ambil saja, kau tidak mau kan selamanya di bawah Iris?"

"Benar juga. Sepertinya juga akan lebih bebas, seperti kau yang seenaknya mengubah bintang tamu dari Sheila Bella menjadi Emily Harris," sindiri Emily.

Jennie tertawa. "Tentu saja. Itu hal yang sangat menyenangkan. Kita bertanggungjawab sendiri."

"Sepertinya akan kuambil, paling butuh rapat untuk konsepnya, memilih tim, jadwal, dan sebagainya," ujar Emily.

"Lah begitu dong. Bagus!"

Ponsel Jennie berbunyi. "Ada panggilan, aku keluar dulu ya."

"Baiklah," kata Emily.

"Bayar sekalian."

"Eh, kurang ajar!"

⌘♛∞♛⌘

Saat Emily pulang, ia mendapat pesan dari Nathan kalau dia menginap di rumah temannya. Emily mengingat sindirian yang terlontar dari mulut Nathan sebelumnya. Apakah Nathan merasa bahwa hubungan mereka harus berakhir? Emily pun masih dilema.

Ia duduk di sofa dan menyalakan televisi. Ada berita dari aktris senior, Rosa Leona yang dikabarkan akan bercerai dengan suaminya yang sesama aktor, Liam Heart.

"Apa benar rumor yang mengatakan bahwa Anda akan bercerai dengan Liam?"

"Benar," jawab Rosa dengan santai.

Emily memperhatikan bagaimana Rosa menjawab setiap pertanyaan, terlihat kuat, tetapi ia yakin bahwa wanita itu juga sedih. Emily ingin menikah, punya anak, dan hidup bahagia sebagai keluarga kecil sederhana. Namun, ketakutan akan perceraian juga sering kali menghantuinya.

"Apakah rumor tentang adanya orang ketiga juga benar?" tanya sang pewawancara.

"Kalau itu, bisa ditanyakan ke Liam. Yang saya rasakan adalah bagaimana saya dikhianati dan dia tidak mengakui apa yang terjadi," jawab Rosa.

Perselingkuhan? Emily tidak bisa membayangkan jika ia menjadi korban perselingkuhan. Bagaimana jika Nathan bersama wanita lain benar-benar akan menghancurkannya. Namun, mengingat perselingkuhan, ia jadi ingat Remi si detektif keren yang sering mendapatkan pekerjaan untuk mengungkap perselingkuhan.

Emily sudah meminta tolong kepada Mark untuk mencari tahu tentang Maria. Namun, Mark menyuruhnya menunggu. Jadi, Emily belum ada asalan untuk menghubungi Remi. Namun, saat mengecek ponselnya. Emily menemukan ada pesan dari Mark.

Mark: Temui aku di kafe Legenda dekat kantor polisi sekarang. Aku dapat info tentang Maria.

Membaca pesan itu tentu langsung membuat Emily berdiri. Ia segera keluar apartemen, turun ke parkiran basement, dan segera melesat menuju ke lokasi yang diberikan Mark dengan mobilnya.

⌘♛∞♛⌘

Emily duduk di hadapan seorang pria bertubuh besar yang memakai jaket kulit hitam. Mark adalah teman saat masih sekolah menengah. Dari dulu, pria itu memang ingin menjadi polisi. Cita-citanya pun terwujud dan kini Mark menjadi polisi di divisi hubungan masyarakat.

"Bagaimana?" tanya Emily.

"Kau ke sini hanya untuk informasinya? Tidak ingin tahu kabarku atau bagaimana?" tanya Mark seraya menggeleng heran.

Emily melepaskan napas lesu. "Aku tahu, kau pasti sangat bosan di kantor polisi karena pekerjaanmu bukan mengejar penjahat sepeti impianmu waktu dulu, kan?"

Mark tertawa dan mengangguk. "Ya, begitulah. Tidak jauh beda dengan pekerja kantoran. Tapi setidaknya, aku punya banyak informasi yang bisa diakses."

"Kau memang teman paling bisa diandalkan, Mark."

"Maria Rachel sekarang bekerja di Moonlight Bar," ujar Mark.

"Benarkah?"

"Kuperingatkan kepadamu. Hati-hati dengan bar itu," kata Mark yang tampak serius.

Emily mengangguk seakan mengerti.

"Polisi bahkan menghindari penyelidikan di sana. Kurasa ada sesuatu yang tidak beres di sana."

"Seperti transaksi narkoba?" tanya Emily.

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku hanya menebak. Musisi yang kuwawancarai sebelumnya kan ditangkap di bar itu."

"Itu penangkapan terakhir di bar itu."

Emily baru sadar. "Oh ya, tidak ada lagi setelah Kenny Wilson. Bagaimana dengan hilangnya Sheila di Moonlight Bar?"

"Ya, kau akan tahu lanjutannya nanti."

"Maksudmu?"

"Polisi akan merilis sesuatu tentang lanjutannya."

"Apa?!"

"Kau akan tahu nanti!"

"Mark!"

"Bersiap saja di kantor polisi besok pagi." Mark memberikan sebuah map dari saku dalam jaketnya. "Informasi lengkap tentang Maria Rachel."

Emily menerima map kertas itu. "Terima kasih."

⌘♛∞♛⌘

Emily yang ingin menemui Remi harus menyusuri gang-gang sempit dan kotor untuk sampai di tempat tinggal sang detektif. Setelah pintu besi itu dibuka, Emily melihat sosok Remi yang tampil berantakan seperti baru bangun. Walaupun kesal karena ia kesusahan menemukan tempat tinggal Remi, tetapi Emily justru tertawa melihat apa yang dikenakan sang detektif.

"Sungguh? Piyama polkadot merah muda?" sindir Emily seraya menunjuk piyama Remi.

"Tetap keren dengan apa pun yang kupakai, kan?"

"Kau seperti badut," ujar Emily. "Apalagi dengan rambut bergelombangmu yang berantakan itu."

"Ayo masuk," suruh Remi.

Emily berhenti tertawa saat melihat apa yang ada di dalam tempat tinggal Remi. Rumah itu seperti sebuah perpustakaan dengan begitu banyak rak-rak buku dengan ribuan buku-buku tebal. Ada begitu banyak barang antik, lukisan-lukisan indah, dan juga patung-patung kayu. Kursi gaming mahal dan meja dengan PC bermonitor besar cukup kontras karena aura vintage yang dihancurkan oleh penampakan teknologi.

"Ini, informasi tentang Maria," kata Emily seraya memberikan map kepada Remi.

Remi segera membuka map itu dan membaca kertas di dalamnya. Informasi tentang Maria Rachel. Sedangkan Emily sibuk mendekati rak-rak buku itu dan melihat koleksi buku yang dimiliki Remi. Dektektif itu banyak menyimpan buku-buku sejarah, biografi, novel-novel detektif, dan berbagai buku-buku yang membahas kriminalitas dan psikologi.

"Kau tinggal di sini sendiri?"

"Pertanyaan yang tidak perlu dijawab," kata Remi.

Emily melihat ada pigura di meja yang ditelungkupkan, ia ingin membuka itu. Namun, Remi berdeham dan membuat Emily menoleh.

"Bersiap ke bar itu."

"Sekarang?"

"Maria harus segera kita tangkap!"

"Kau sangat serius."

"Steven benar-benar dokter dan Maria adalah susternya." Remi menunjukkan apa yang tertulis di dalam kertas itu. Maria Rachel adalah lulusan keperawatan. "Steven dan Maria punya bisnis jual beli organ manusia."

Sampai jumpa lagi!

1. Bagaimana pendapat kalian tentang bab ini?

2. Bagian mana yang paling kalian suka?

3. Bagian mana yang paling buat kalian penasaran?

4. Kalian lebih suka cerita misteri atau romansa sih sebenarnya?

5. Kalian ada yang dukung atau nge-ship Remi dan Emily?

⌘♛∞♛⌘

Continue Reading

You'll Also Like

4.5M 169K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
510K 26.2K 43
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
243K 21.1K 75
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...
343K 18K 31
Galla pratama seorang badboy cadell yang baru saja masuk sekolah barunya,dan dia sudah membuat masalah di sekolah barunya itu. * * * Ravindra adipta...