Kak Elang: ELAZEL

By shasimiii

5M 374K 271K

❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue... More

Part 01. Pertemuan Tak Disengaja
Part 02. Pesta Kelulusan
03. Rencana Perjodohan
04. Jadi Partner
Part 05. Keterkejutan Elang dan Hazel
06. Awal dari kisah Elang dan Hazel
07. Honeymoon di Australia
08. Ayo Buat Anak
09. Berkunjung ke Sea Life Melbourne Aquarium
10. Kali Pertama Elang dan Hazel
11. Mulai Akrab
12. Jealous Dengan Boneka
13. Dia bisa ngebuat lo sampai hamil
14. Sama-Sama Cemburu
15. Cidera
16. Meyakinkan
17. Pendek
19. Dipecat
20. Gugup, hm?
21. Akibat Kelelahan
22. Ketemu Anabul Lucu
23. Tumben peluk-peluk gini
24. Mabuk Berat
25. Curiga
26. Dia itu suami lo?
27. Mencari Pohon Mangga
28. Nggak ada alasan gue buat ninggalin lo, Hazel
29. Positif
30. Kak Elang seneng banget ya?
31. Sorry, gue hampir kelepasan
32. Sujud sekarang di kaki istri gue!
33. Teman SMP
34. Nonton
35. Jauhin Gue
36. Jangan buat aku kecewa ya?
37. Sebelum LDR
38. Tidur Nyenyak, Sayang
39. Seandainya lo belum nikah Zel
40. Gue Masih Cinta Sama Elang
41. Akhirnya Pulang
42. Dapat apa gue kalau berhenti ngerokok?
43. Gue hancur, Fin
44. Rencana
45. Fitnahan
46. Akan Ada Kabar Buruk?
47. Gagal
48. Akibat ulah Darya
49. Diantara bintang itu ada anak kita
50. Penangkapan Darya
51. Jeruji Besi
52. Membaik

18. Ke Kantor Elang

116K 9.3K 6.2K
By shasimiii

18. Ke Kantor Elang

Hazel menggosok-gosok kedua telapak tangannya yang terasa dingin. Pagi ini cuacanya mendung sedikit bergerimis. Hawa pagi ini membuatnya ingin kembali menarik selimut kemudian tertidur, sayangnya dia ada kelas pagi ini. Hazel beranjak dari kamar setelah selesai menata rambutnya. Elang sudah menunggunya di bawah. Belakangan ini Elang lebih sering mengantar dan menjemputnya di kampus. 

"Kak, ayo."

"Lo nggak sarapan dulu?" tanya Elang melihat Hazel berjalan menuju pintu keluar.

"20 menit lagi kelasku dimulai, Kak. Udah nggak sempat apalagi jalanan pasti macet." Hazel menjelaskan.

Elang berdiri dan berjalan menuju dapur. Dia membuka isi kulkas kemudian mengambil satu roti dan susu kotak. Dibawanya dua makanan itu keluar untuk diberikan pada Hazel.

"Nih, lo harus sarapan jangan sampai nggak," pesan Elang setelah memberikan roti dan susu pada Hazel.

Hazel menurut dan langsung memakan roti tersebut di dalam mobil. Hazel bersyukur karena perjalanan menuju kampusnya lancar jaya, dia pikir akan macet tadinya. Sebelum keluar dari mobil, Hazel mengulurkan tangannya ke arah Elang, dia ingin mencium tangan suaminya itu.

Elang agak kaget dengan perlakuan Hazel pagi ini. Tumben sekali tidak seperti biasanya yang langsung pergi begitu saja.

"Tumben?" Elang pun berani untuk menanyakannya.

"Biar kayak suami istri beneran, Kak."

Elang menaikkan satu alisnya bingung dengan ucapan Hazel barusan. "Emang selama ini kita cuma bohongan?"

"Duh, kelasku lima menit lagi dimulai. Aku pamit ya, Kak, semangat juga kerjanya!" Hazel buru-buru keluar dari mobil.

Elang memperhatikan Hazel yang berlari kecil masuk ke area kampusnya. Sudah tidak melihat sosok Hazel lagi barulah Elang menjalankan mobilnya menuju kantor.

Elang masuk ke ruangannya. Pagi ini ada yang aneh dengan meja kerjanya, Elang mendapati sepotong strawberry cake terletak di atas mejanya.

Seingatnya, dia tidak memesan makanan apapun pagi ini. Elang memutuskan keluar dan bertanya pada semua karyawannya.

"Perhatian," Elang bersuara. Seluruh karyawan di sana berhenti beraktivitas dan langsung terfokus pada Elang.

"Pagi ini siapa yang masuk ke ruangan saya? Di atas meja saya ada ini." Elang mengangkat strawberry cake tersebut.

"Itu dari saya, Pak." Rania berdiri sambil tersenyum malu.

"Maksud dan tujuan ngasih ini ke saya apa?" tanya Elang menatap bingung pada Rania.

Rania meremas ujung pakaiannya sambil menggigit bibir dalamnya agar kelihatan imut padahal karyawan lainnya yang menyaksikan di sana hampir muntah melihatnya.

"Saya emang sengaja membelikannya untuk teman ngopi Pak Elang," ucap Rania senyum malu-malu.

Elang meletakkan cake itu sembarang di meja karyawan di depannya. "Ambil buat yang mau, saya gak suka cake. Satu lagi, jangan pernah sekali-kali kalian masuk ke ruangan saya tanpa seizin saya!" tekankan Elang untuk semua karyawan di sana termasuk Rania.

"Baik, Pak," jawab mereka serentak.

Elang pun melangkah pergi dan masuk ke ruangannya. Seluruh karyawan langsung saling memberikan tatapan yang berbeda-beda terhadap Rania. Karena perempuan itu mereka jadi kena juga.

"Nah, kan, Pak Elang marah sama lo," bisik Farah.

Rania memutar bola matanya malas. "Lucu nggak sih Pak Elang tadi kayak lagi omelin ceweknya," ucap Rania seraya terkekeh pelan.

"Sakit ya lo? Jelas-jelas Pak Elang kelihatan marah besar," sahut Farah tanpa menengok ke arah Rania.

"Enak aja lo ngatain gue sakit! Lihat aja, gue pasti bisa naklukin hatinya Pak Elang," ucap Rania penuh percaya diri. Tampaknya dia memang ingin menambah profesinya menjadi perebut suami orang.

"Mau ke mana lagi lo?" Farah bertanya ketika melihat Rania berdiri.

"Ke ruangan Pak Elang," ucapnya kemudian melangkah pergi.

"Awas berakhir kena pecat lo." peringatan dari Farah itu diabaikan oleh Rania.

"Pak Elang gak akan tega sama gue," balas Rania dengan sombong.

***

Hazel memberengut kesal lantaran pagi ini ternyata tidak ada kelas, dia baru sadar setelah sampai di kampus dan mengecek grup.

"Aish, kalau tau begini aku pasti udah lanjut tidur," monolognya.

"Jangan pulang deh, bosen di rumah mulu mendingan aku ke kantor Kak Elang aja." Hazel memutuskan pergi ke kantor Elang dengan menaiki transportasi umum seperti bis.

Setibanya di halte dekat kantor Elang, Hazel segera turun. Ini kali pertama Hazel berkunjung dan dia sedikit gugup. Gedung tinggi yang di depannya bertuliskan Lakeswara Company, Hazel berjalan masuk ke kantor Elang dan menghampiri resepsionis kantor untuk menanyakan ruang kerja Elang di lantai berapa.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis itu menyapa dengan senyuman.

"Mau tanyain ruangan Kak Elang di lantai berapa, ya?" tanya Hazel.

"Pak Elang maksudnya? Apa anda sudah membuat janji terlebih dahulu?" tanya si resepsionis.

Hazel menggeleng. Dia bahkan belum memberitahukan Elang bahwa dia akan datang.

"Kalau sama istrinya sendiri harus buat janji juga, ya?" Hazel bertanya serius.

"Maaf, ini istrinya Pak Elang?" si resepsionis sedikit kaget.

"Iya."

"Ruangan Pak Elang ada di lantai sembilan, ya, Bu," beritahunya langsung.

"Oh oke makasih," ucap Hazel lalu berjalan menuju lift. "Aku berasa tua banget dipanggil, Bu," gumam Hazel ketika dia sudah di dalam lift. Hanya ada dia sendiri di dalam.

Pintu lift terbuka tepat di lantai sembilan. Hazel langsung keluar dan ternyata dia lupa menanyakan ruangan Elang di bagian mananya.

Hazel menghentikan seseorang yang hendak berjalan melewatinya. "Maaf ganggu, kamu tau ruangan Pak Elang?" tanya Hazel dengan menyebutkan Elang dengan embel-embel pak.

"Itu yang paling ujung." Orang itu memberitahukan.

"Ooo, makasih," ucap Hazel.

Dengan langkah kecilnya Hazel berjalan mendekati ruangan Elang. Tak sedikit juga yang menatap ke arahnya. Hazel sendiri hanya memberikan senyum canggung.

"Istrinya Pak Elang bukan sih?"

"Kayaknya iya deh."

"Cakep ya aslinya."

"Pak Elang aja cakep pasti istrinya cakep juga lah."

Itu lah percakapan singkat yang Hazel dengar ketika melewati beberapa pekerja di sana. Dia sudah berdiri di depan ruang kerja Elang, masih agak ragu untuk mengetuk pintu itu.

"Kak Elang marah nggak ya pas tau aku di sini?" Hazel bertanya pada dirinya sendiri. Satu tangannya terangkat ingin mengetuk pintu itu, namun pintu sudah lebih dulu dibuka dari dalam.

Hazel sedikit mundur ke belakang ketika seorang gadis muncul dari balik pintu. Oh, Hazel mengenali wajah perempuan itu, dia yang di supermarket.

Hazel melempar senyumannya pada Rania, namun Rania tidak membalas senyumannya dan perempuan itu nyelonong begitu saja.

"Dia kenapa deh?" bingung Hazel. Tidak mau ambil pusing Hazel segera mengetuk pintu ruang kerja Elang.

Elang yang sedang emosi akibat kelakuan Rania barusan pun semakin dibuat emosi ketika mendengar ketukan pintu yang terus-menerus. Dengan emosi yang membara Elang berjalan menuju pintu, lihat saja dia akan memaki orang tersebut.

Tadinya Elang sudah menyiapkan kata-kata kasar pada orang yang mengetuk pintunya, tetapi saat tahu siapa tersangkanya, Elang mengurungkan niatnya untuk marah.

"Kenapa di sini?" tanya Elang. Seharusnya Hazel di kampusnya bukan?

"Aku lupa kalau hari ini nggak ada kelas, Kak, jadi aku mutusin buat ke kantor Kakak aja," balas Hazel.

"Masuk dulu." Elang mempersilahkan Hazel untuk masuk keruangan kerjanya.

"Ini ruang pribadi Kak Elang?" tanya Hazel sembari melihat-lihat situasi ruangan ini.

"Iya."

"Woah, seru banget bisa ngelihat jalanan kota Jakarta dari sini, pasti kalau malam lebih bagus." Hazel berdiri di dekat jendela yang di mana pemandangannya langsung tertuju ke jalan raya.

"Kalau mau lihat tunggu aja sampai malam," kata Elang seraya duduk di kursinya.

"Emang boleh aku di sini sampai malam? Nggak ganggu waktu Kakak gitu?"

"Nggak sama sekali lagian gue belum sibuk-sibuk banget," jawab Elang memperhatikan Hazel.

"Yaudah, aku pulangnya malam aja sama kayak Kak Elang." Hazel memutuskan duduk di sofa panjang yang ada di ruang kerjanya Elang.

Hazel melirik Elang yang fokus menatap layar laptopnya. Tiba-tiba dia teringat dengan Rania yang baru keluar dari ruangan ini tadi.

"Kak," panggilnya.

"Hm?" dehem Elang tanpa menoleh.

"Itu karyawan Kakak ngapain tadi masuk ke sini? Dia yang di supermarket semalam, kan?" tanya Hazel.

"Dia nganterin berkas," jawab Elang seadanya.

"Ooo, tapi kok mukanya sinis mulu, ya waktu ketemu aku? Tapi kalau lihat Kakak, dia malah senyum. Aku jadi curiga," ujar Hazel melipat kedua tangannya di dada.

"Coba bawa sini buku yang ada di depan lo," suruh Elang.

Hazel langsung mengambil buku yang tergeletak di atas meja depannya kemudian membawakannya untuk Elang.

"Ini." Hazel menjulurkan buku itu pada Elang.

"Hm, makasih," ucap Elang seraya menerima buku tersebut.

"Sama-sama," sahut Hazel.

Ruangannya kedatangan Frank, tentunya dengan sesuatu di tangan cowok itu.

"Eh? Ngikut Elang kerja, Zel?" tanya Frank mendapati perempuan itu di sini.

"Gak, aku cuma mampir aja, Kak," jawab Hazel.

"Ooh, sampai jam berapa?"

"Malam, pulangnya bareng Kak Elang."

"Nggak mau pulang sekarang aja nih? Biar sekalian soalnya gue mau pulang buat ambil berkas yang ketinggalan." Frank menawarkan.

"Nggak, Kak." Hazel tetap menolak.

"Okelah, gue pergi dulu," pamit Frank keluar dari ruangan.

Akibat Elang yang sibuk dengan kerjaannya, Hazel jadi bingung mau melakukan apa lagi di sini. Karena dia tidak ingin menganggu Elang, dia pun memutuskan untuk bermain game di ponselnya saja.

Beberapa jam telah berlalu dan ini sudah waktunya jam makan siang. Elang menjeda pekerjaannya dan mengajak Hazel makan siang di luar. Beberapa karyawan yang mereka lewati selalu menyapa keduanya.

"Lihat, tuh, mereka serasi banget dan lo malah mau jadi orang ketiga? Kata gue mending lo cepat-cepat sadar." Farah menepuk-nepuk pundak Rania sebelum dia pergi ke kantin untuk makan siang.

"Serasi apanya? Pak Elang malah lebih kelihatan cocok kalau jalan sama gue," desis Rania dengan masih memperhatikan Elang dan Hazel.

***

Elang dan Hazel memutuskan makan siang di restoran cepat saji yang tidak terlalu jauh dari kantor.

"Kerja itu susah, ya, Kak?" tanya Hazel seraya mengunyah burgernya.

"Kenapa tanyain itu? Lagipula lo nggak perlu kerja setelah wisuda nanti," ucap Elang.

Hazel berhenti mengunyah burgernya. "Ih, aku kan pengen punya toko kue sendiri nantinya. Itu impian aku selama ini, Kak."

"Punya modal emang?"

Hazel menggeleng pelan. "Kan ada Kak Elang," jawabnya cengengesan.

"Gue dapat apa kalau bantuin lo ntar?" tanya Elang ingin mendapat imbalan juga.

"Duit hasil penjualannya bagi dua deh, gimana?"

"Gue nggak minat uangnya, orang uang gue udah banyak," balas Elang dengan sombong.

"Yeuuu, terus Kakak mau apa? Bilang aja bakalan aku usahakan kok," ujar Hazel. Dia akan melakukan segala hal supaya mimpinya memiliki toko kue sendiri tercapai.

"Gue bakal bantu asalkan peraturan toko kuenya gue yang buat."

"Emang peraturannya apa aja?"

"Toko kue harus udah tutup jam delapan malam, jangan ada pekerja laki-laki, dan kalau ada pembeli cowok, lo dilarang layani mereka. Suruh karyawan yang lain aja." Elang menyebutkan peraturan yang akan dia buat di toko kue Hazel nanti.

Eum, tidak terlalu sulit, dia masih bisa menerima peraturan Elang itu.

"Siap, Kak, ada lagi peraturannya?" tanya Hazel.

"Itu aja tapi kalau lo ketahuan melanggar salah satu peraturan tersebut, lo dapat hukuman."

***

Tinggalkan jejak kalian dengan Vote dan Komen🫵🏻

6k komen untuk next👉🏻

Warna fav kalian apa aja???

Lebih suka dicintai/mencintai???

Sekian terima Jungkook💍

Bonus😈

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 135K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
295K 8.9K 41
"Lo adalah gadis yang masuk ke dalam kehidupan gue." Stop🔞 Konten dewasa, bocil menjauh. (jika ingin lanjut silakan. Tapi dosa tanggung sendiri ya)...
407K 25.5K 21
[Sequel Zaviar and His Mistakes] Di sarankan untuk membaca Zaviar and His Mistakes terlebih dahulu! Ini tentang Zaviar yang berusaha untuk meyakinkan...
4.3M 255K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...