1. PASSING BY

By rawrnana

8.4K 4.7K 19.2K

❝ Kamu dan segala kenangan yang tersisa ❞ ⚠️TIDAK UNTUK DIPLAGIAT⚠️ Ini Cerita keduaku, cerita yang sangat in... More

Prolog
1. the beginning of all
3. TODAY
4. The secret of hera
5. Mariposa
6. Temanku
7. They are bad
8. What If
9. Menetap atau pergi
10. Mago
11. Orang jahat
12. Dia?
13. Tau
14. Mulai
15. Through me
16. Putus Asa
17. Tentang dan tantang
18. Rainbow
19. Hasil
20. Makan malam dan...
21. pulang dan datang
22. A DREAM
23. Ada apa?
24. Harta Saya
25. Semua oke
26. Happin€ss
27.The next
28. To the bond
29. Aku dan rasa sakit
30. Renggang untuk menyatu
31. Usaha untuk mengutarakan
32. Hello Ra
33. On me
34. Sepeda
35. my wish
36. I know now
37. beautiful time
38. Bohong
39. Tenang
40. Keluargaku
41. gonna leave
42. Tertidur
43. Apapun
44. Laut
45. Penebusan dan terima kasih

2. Dia yang asing

443 229 797
By rawrnana


Teman-teman maaf apabila ada tanda baca Yang salah, karena disini belum ku revisi. Dan kalaupun direvisi, entah kenapa tiba-tiba komennya hilang🙏 .

~•••**•••~

Dengan mata berkaca-kaca dan kekesalan yang terjadi padanya, Hera mengutak-atik handphone miliknya dengan tangan bergetar. Siapa yang harus dimintanya untuk datang ke sekolah, sangat tidak mungkin jika ibunya yang datang.

"Halo..." Ucap Hera ragu ketika telepon itu tersambung.

"...."

"Mau datang untukku? Mereka nuduh aku lagi"

"...."

"Mau datang apa enggak? Aku ga butuh Omelan dari mu sekarang"

"...."

"Akan ku usahakan"

Menutup telepon itu, Hera menghela nafasnya dan menatap langit dari tempatnya berada. Merasa bosan dengan keadaan membuat Hera sering berpikir...

"Kalo gua loncat dari sini kira-kira bakal mati atau cuman patah tulang doang ya?"

Namun Hera membuang pikiran buruk itu jauh-jauh, dia ingin menjadi wanita sukses seperti ibunya. Jika dia meloncat dari ketinggian sekolah ini, hidupnya akan sia-sia dan itu akan semakin membuat sang ibu malu mempunyai anak sepertinya.

Disini, Hera berada diruangan kepala sekolah bersama dengan seorang lelaki yang seusia dengan ibunya sebagai wali Hera saat ini.

"Pak, Anak bapak sudah sangat keterlaluan sekali di--"

"Dibagian mana?" Potong lelaki itu dengan senyum tipis.

"Dia mengotori dan membuat kekacauan sekolah lalu pergi begitu saja tanpa adanya rasa bersalah sama sekali" jelas kepala sekolah.

"Lalu?"

"Ini sudah kelewatan batas" tegas kepala sekolah.

"Mereka kan sudah dewasa pak. Mereka juga tau mana yang benar dan salah, lagian kalau Hera yang buat kekacauan kenapa temannya semua ada dikelas itu?"

Hera dan juga lelaki itu terdiam sembari menunggu jawaban sang kepala sekolah yang bergeming.

"Jelas kalau saya jadi temannya Hera lebih baik saya pulang dari pada harus ikut-ikutan dalam kekacauan itu" sahutnya lagi.

"Tapi Hera salah pak..."

"Iya saya tau anak saya salah. Tapi temannya juga salah kan?" Kepala sekolah itu memalingkan wajahnya kearah lain.

"Saya akan kasih surat peringatan, jika sekali lagi kamu melakukan hal ini saya ga akan segan buat keluarin kamu dari sekolah ini!"

"Oke udah, Hera ambil suratnya kita keluar. Permisi pak" lelaki itu membungkuk kan badannya lalu menggeret Hera keluar dari ruangan itu.

Hera melepaskan genggaman tangan itu dan menatap datar lelaki didepannya.

"Arya, emang harus ya kayak gitu sama kepala sekolahnya?" Tanya Hera dengan ketus pada lelaki didepannya itu.

Sang lelaki menjatuhkan bahunya dan menghela nafas panjang.

"Cuma sama kamu saya ga pernah marah kalo kamu manggil saya Arya, padahal sudah jelas saya itu seumuran sama ibu kamu loh" ungkapnya mengelus pelan pucuk kepala Hera.

"Ga peduli, makasih"

"Sama-sama, kalau perlu bantuan selalu ingat??"

"Arya" jawabnya singkat lalu pergi dari tempat itu.

Dengan menggeleng-gelengkan kepalanya, senyum manis terukir dari lelaki itu.

"Anak manis"

*******

Kembali kekelas semua pandangan menatap Hera dengan berbagai macam tatapan, yang jelas satu. Tatapan mereka nampak sangat begitu tak menyukai seorang Hera.

"Syukurin Lo dimarahin kan sama kepala sekolah, lagian ga bertanggung jawab banget jadi orang" teriak seorang murid perempuan.

Milka, seorang wanita dengan rambut pendeknya dan tingkah laku yang begitu buruk dikalangan seluruh siswa disekolah ini. Ayahnya adalah penyumbang terbanyak dari sekolah ini, yang membuat Milka merasa lebih tinggi dari siapapun.

"Dasar anak ga sempurna Lo, malu-maluin tau satu kelas sama loh"

Suara sorakan dan tawa yang menertawakan Hera membuatnya menatap jengah keadaan kelas itu.

"Apa ini?? Kenapa ribut?" Seorang wanita yang merupakan guru membuat seisi kelas menghentikan tawa mereka.

"Hera bikin kekacauan buk" ujar Milka menunjuk kearah Hera.

"Lagi?"

"Udah-udah, sekarang udah waktunya pelajaran mulai. Jadi ibu harap kerja sama kalian buat fokus pada pelajaran aja" ujar sang guru pada muridnya.

"Iya buk!!"

Membuka bukunya Hera menatap lurus kearah papan tulis dengan perasaan campur aduk. Ini baru sebagian dari hari ini, tapi semuanya sudah terlihat kacau sekali.

"Semuanya aja salah gue..."

"Hera yang salah"

"Hera yang buat itu"

"Hera ga guna"

"Kamu tuh nyusahin"

Menggelengkan kepalanya cepat ketika dirinya sadar dengan apa yang sedang ia pikirkan. Hera kembali fokus pada pelajaran nya, jika tidak maka bisa dihukum lagi.

Jam istirahat tiba sejak beberapa menit yang lalu, dan lelaki dengan senyum termanis yang ada... Iya Jehan, dengan gerakan cepat menyalin catatan yang ada pada papan tulis, karena dirinya sempat ketiduran disaat-saat terakhir tadi.

"Hera udah kekantin belum ya!!" Ucapnya panik.

"Aaa gue laper"

"Ini lagian banyak banget deh nulisnya, udah habis lima lembar buku gue bisa-bisa mama marah lagi kalo minta beliin buku baru" gerutunya.

"Jehan, udah ga usah dilanjutin entar gue pinjemin catatan gue" sahut lelaki, yang merupakan murid terpintar dikelas itu.

"Wah bro, thanks banget"

"Yoi, dah sana jajan lu"

"Okee deh" dengan gerakan cepat Jehan berlari keluar kelas.

Saat ini tujuannya ada dua yaitu kekelas Hera atau kekantin. Karena dia bingung dimana Hera berada, karena gadis itu tak menentu dan sangat membingungkan.

"Gue bakal panggil Lo babu terus pokoknya, sebelum Lo maafin gue!" Suara familiar membuat Jehan menghentikan langkahnya.

"Serah deh, mau sampai lu capek juga serah!"

"Babu!"

"Terus.."

"Babu"

"Babu!!"

Sudah Jehan duga, Hera dan Yura tengah berbicara ah tidak Yura tengah mengganggu Hera dengan alibi meminta maaf lagi.

"Yura stop!" Potong Jehan ketika Yura hendak mengucapkan sepatah kata lagi.

Yura yang melihat Jehan mendesak pelan dan memalingkan wajahnya kearah lain. Sedangkan Hera dengan wajah datarnya menatap Jehan.

"Ra, udah makan?"

"Ra itu Hera atau Yura?" Tanya Hera cepat.

"Hera, yakali gua nanyain sih curut udah makan apa belum" sahut Jehan sinis pada gadis itu.

"Pergi sana!" Tegas Yura mendorong kedua orang itu.

*******

Dengan kecepatan penuh Jehan melajukan motornya seusai bel pulang sekolah berbunyi. Pasalnya, Hera gadis itu ketika bertemu dengan Jehan ia langsung menariknya dan memberi arahan untuk sesegera mungkin melajukan motornya.

"Jehan buruan dong!!" Ucapnya gelisah dengan menepuk bahu Jehan.

"Ya Hera, sabar ini juga dah ngebut. Kalo lebih ngebut lagi kita bisa kecelakaan" sahut Jehan tanpa mengalihkan pandangan kearah jalan.

"Bodoh, buruan"

"Iya-iya"

Tak terdengar suara dari keduanya, sedangkan motor milik Jehan terus berjalan menuju kearah rumah mereka, ya mereka satu arah.

"Jehan makasih" ujar Hera ketika turun dari motor milik Jehan dan berlari kedalam rumah dengan cepat.

"Sama-sama Ra... eh Ada apanih? Ajaib banget Hera ngomong makasih ke gue" ucap Jehan senyum-senyum sendiri.

Melihat mobil putih mewah terparkir diperkarangan rumah Hera kini membuat Jehan akhirnya menyadari ternyata ibu dari gadis itu datang.

"Kenapa lama?" Ucapan dingin menyambut Hera membuat gadis itu perlahan tersenyum kikuk dan berjalan kearah ibunya yang duduk dikursi tamu.

"Maaf ma, Hera udah usaha untuk pulang cepat. Dan cuma telat lima belas detik kok ma--"

"Waktu itu penting Hera. Kamu tau?" Ucap sang ibu dingin dan tegas.

"Iya ma Hera tau, maafin Hera ya" gadis itu menundukkan kepalanya, dan tak berani menatap sang ibu yang juga memalingkan wajahnya.

"Saya kesini mau kasih uang untuk keperluan kamu tahun ini" ucap ibu Hera dengan telunjuk mengarah kearah sebuah tas besar.

"Uang?" Tanya Hera ragu.

"Apalagi?" Ujar sang ibu.

"Aku butuh mama, bukan uang mama" ungkap Hera.

"Semua orang butuh uang, terlebih anak kayak kamu itu pasti suka foya-foya" ujar sang ibu.

"Setiap uang yang mama kasih ke aku, sama sekali ga pernah ku pakai terkecuali buat bayar uang sekolah." Ujar Hera, kini tatapannya mengarah pada sang ibu.

"Kamu tuh gatau di syukur ya jadi anak" bentaknya dan bangkit dari duduk.

"Mama ga pernah ajarin itu ke aku..." Lirihnya pelan pada sang ibu.

"Saya pergi, dan ingat jangan hubungi saya kalau tidak penting."

"Maaf kalau aku selalu ganggu mama selama ini..." Tutur Hera ketika ibunya mulai berjalan keluar rumah.

Tangisan Hera jatuh luruh begitu saja membasahi pipinya yang mulus, selalu seperti itu ibunya hanya datang untuk memberikan uang lalu pergi.

Bagi ibunya karir, reputasi dan uang lebih penting dari segalanya. Bahkan anak... Tidak ada artinya bagi ibunya.

"Aku kesalahan terbesar buat mama..."

To be continued
****************

Dapat ga feel nya?
Kalo enggak yaudah deh ):

Sampai jumpa di part berikutnya^^

Tetap jaga kesehatan ya

Continue Reading

You'll Also Like

17.2M 823K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
3.9M 87.3K 54
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
340K 99 9
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
520K 16K 52
Menjadi ayah diusia yang terbilang masih muda, attaya ghazali altezza yang kerap dipanggil attaya. Attaya menjadi ayah diusianya yang masih muda, ber...