Kak Elang: ELAZEL

By shasimiii

5M 374K 271K

❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue... More

Part 01. Pertemuan Tak Disengaja
Part 02. Pesta Kelulusan
03. Rencana Perjodohan
04. Jadi Partner
Part 05. Keterkejutan Elang dan Hazel
06. Awal dari kisah Elang dan Hazel
07. Honeymoon di Australia
08. Ayo Buat Anak
09. Berkunjung ke Sea Life Melbourne Aquarium
10. Kali Pertama Elang dan Hazel
11. Mulai Akrab
12. Jealous Dengan Boneka
13. Dia bisa ngebuat lo sampai hamil
14. Sama-Sama Cemburu
15. Cidera
17. Pendek
18. Ke Kantor Elang
19. Dipecat
20. Gugup, hm?
21. Akibat Kelelahan
22. Ketemu Anabul Lucu
23. Tumben peluk-peluk gini
24. Mabuk Berat
25. Curiga
26. Dia itu suami lo?
27. Mencari Pohon Mangga
28. Nggak ada alasan gue buat ninggalin lo, Hazel
29. Positif
30. Kak Elang seneng banget ya?
31. Sorry, gue hampir kelepasan
32. Sujud sekarang di kaki istri gue!
33. Teman SMP
34. Nonton
35. Jauhin Gue
36. Jangan buat aku kecewa ya?
37. Sebelum LDR
38. Tidur Nyenyak, Sayang
39. Seandainya lo belum nikah Zel
40. Gue Masih Cinta Sama Elang
41. Akhirnya Pulang
42. Dapat apa gue kalau berhenti ngerokok?
43. Gue hancur, Fin
44. Rencana
45. Fitnahan
46. Akan Ada Kabar Buruk?
47. Gagal
48. Akibat ulah Darya
49. Diantara bintang itu ada anak kita
50. Penangkapan Darya
51. Jeruji Besi
52. Membaik

16. Meyakinkan

123K 9.1K 6K
By shasimiii

16. Meyakinkan

Hari ini Hazel tidak masuk kuliah dulu akibat kakinya yang masih agak nyeri. Mungkin, besok dia baru akan masuk. Hazel sedang berlatih berjalan di kamarnya supaya kakinya cepat membaik.

Bicara soal Hazel yang tidak masuk kuliah, ternyata Elang juga tidak masuk ke kantor hari ini. Kalau kata cowok itu sih karena di kantor sedang tidak ada rapat atau pekerjaan yang penting jadi dia memutuskan untuk tidak masuk. Tetapi Hazel tahu jika Elang hanya beralasan.

"Huft, kakiku udah lumayan mendingan nih," monolognya. Hazel duduk di lantai kamarnya sambil selonjoran.

Elang masuk ke kamar dengan membawakan nampan berisikan makanan dan minum. Dia menaruh nampan itu di atas nakas.

"Sarapan dulu," suruh Elang.

"Iya." Hazel hendak berdiri namun dia malah kembali terduduk akibat tangannya yang tidak sanggup mengangkat beban tubuhnya.

Elang yang menyaksikan kejadian itu pun segera menghampirinya dan tanpa pikir panjang langsung menggendong Hazel menuju sofa. Ketika digendong Elang, Hazel menahan napasnya karena syok. Akhir-akhir ini entah kenapa jantungnya suka sekali deg-degan jika berada terlalu dekat dengan Elang.

"Jangan bengong, dimakan sarapannya." Elang menyadarkan Hazel dari lamunannya. Cewek itu baru sadar kalau dirinya sudah duduk di sofa.

"Eh, iya ini aku makan." Hazel mulai menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.

"Oh iya, Kak, sore nanti dua temanku mau datang ke sini," beritahu Hazel.

"Ngapain?"

"Buat jengukin aku dong, boleh ya?" tanya Hazel.

"Boleh," jawabnya singkat.

Hazel tersenyum kemudian melanjutkan acara makannya. Suara dering telepon mengalihkan perhatian keduanya. Elang segera mengangkat teleponnya lalu menekan tombol hijau untuk menerima panggilan. Elang beranjak menuju balkon kamar, dia tidak ingin Hazel mendengar pembicaraan mereka.

"Kenapa?"

"Rapatnya baru aja selesai. Hasil rapat hari ini udah gue kirim lewat WA."

"Oke, ada lagi?"

"Besok bakal ada rapat lagi, dan lo harus hadir karena kepala perusahaan yang mau bekerja sama dengan kita datang juga."

"Oke, Gar, thanks udah ambil alih rapat hari ini."

"Santai, udah dulu ya gue mau lanjut."

Sambungan telepon terputus, Elang baru saja telponan dengan Edgar. Sekilas Elang melihat ke dalam kamar memastikan apakah Hazel mendengar pembicaraannya atau tidak. Ternyata aman, perempuan itu masih sarapan. Dia tidak ingin Hazel tahu kalau sebenarnya di kantor ada rapat.

"Udah selesai telponannya, Kak?" tanya Hazel melihat Elang menutup pintu balkon kamar.

"Udah, yang nelpon cuma tanyain kabar doang, nggak terlalu penting jadi ngomongnya bentaran," balas Elang berjalan ke arah Hazel.

Dengan anggukan kecil Hazel merespon ucapan Elang. "aku udah selesai makan, tolong antarin piring kotornya ke dapur ya, Kak," pinta Hazel.

"Letak situ dulu, entar gue simpan. Sekarang lagi malas buat ke dapur," sahut Elang seraya menyenderkan punggungnya ke sofa.

"Lo pernah punya gebetan nggak?" tanya Elang sangat random. Tidak tahu kenapa tiba-tiba dia menanyakan hal itu pada Hazel.

"Pernah dong tapi aku sukanya secara diam-diam soalnya nggak berani buat ungkapin perasaanku ke dia, malu. Dan Kak Elang tau? Aku memendam rasa suka itu sampai dua tahun lebih," ungkap Hazel. Apa ada yang sama seperti Hazel juga?

"Masih ada rasa suka sampai sekarang?" Elang mengangkat satu alisnya seraya menunggu jawaban Hazel.

Dengan cepat Hazel menggelengkan kepalanya. "Udah nggak soalnya setelah lulus SMA, aku nggak pernah cari tau tentang dia lagi. Setahu aku disitu dia baru jadian sama temen ceweknya makanya aku langsung sadar dan milih mundur."

"Ganteng mana sama gue?"

"Lebih ganteng Kak Elang lah," jawab Hazel cepat.

"Oh." Elang merespon biasa saja. Ekspresinya memang terlihat datar tapi tidak dengan isi hatinya yang sudah berdebar-debar.

"Kalau Kak Elang gimana? Punya gebetan atau mantan nggak?" sekarang Hazel yang bertanya balik pada cowok itu.

"Gue punya tiga mantan. Satu pas SMP, terus SMA dan terakhir waktu kuliah. Tiga-tiganya putus pas udah mau kelulusan," ucap Elang.

"Woah, bisa barengan gitu putusnya? Emang putus karena apa?"

"Yang SMP gue lupa tapi yang SMA karena orang tuanya strict parents banget. Kita pacarannya baru jalan tiga bulan dan itu pun diam-diam. Meski udah berusaha rahasiakan hubungan kami, ya tetap ketahuan juga sama orang tuanya dan berakhir tuh cewek dipaksa buat putusin gue," ujar Elang. Kala itu memang lucu sekali, apalagi mantannya itu pernah keluar diam-diam dari rumah di malam hari supaya bisa bertemu dirinya. Tapi sejujurnya disitu Elang belum memiliki rasa suka pada gadis tersebut, mereka berpacaran karena gadis itu yang menembak Elang. Jadi ketika mereka putus, Elang tidak merasa sedih atau galau sedikit pun.

Hazel memperhatikan wajah Elang yang sedang mesem-mesem tak jelas . Sepertinya Elang tengah mengingat mantannya yang di SMA. Huh, Hazel jadi kesal.

"Kak Elang gamon ya?" tebak Hazel.

"Nggak lah lagian buat apa gue gamonin dia? Masa lalu ya masa lalu, nggak perlu diingat-ingat, nggak penting juga," cicit Elang merubah posisi duduknya menjadi duduk tegap.

"Tapi tadi Kak Elang senyam-senyum pas nyeritain mantan yang di SMA, tuh," ucap Hazel memberikan tatapan curiga pada Elang.

"Perasaan lo aja kali," kata Elang terlihat santai. "Gue nyimpan ini dulu." Elang membawa keluar piring kotor milik Hazel. Sebenarnya dia sedang menghindari kelanjutan dari pembahasan ini. Elang tidak mau ada keributan perihal membahas mantan atau masa lalu dari keduanya.

***

Kedatangan kedua sahabatnya membuat Hazel terhibur karena seharian ini hanya di rumah saja.

"Gue sampai mau cabut dari kelas waktu dengar kabar lo kecelakaan, Zel," ucap Carissa.

"Tapi nggak jadi cabut, kan?" tanya Hazel.

"Nggak soalnya tadi itu jadwalnya si dosen killer! Ngelihat gue mau berdiri aja, dia langsung nunjukin wajah garangnya," ujar Carissa memperagakan ekspresi si dosen killer. Hazel memang baru sekarang memberitahukan berita dirinya kecelakaan pada keduanya.

"Lo nggak tau aja disepanjang perjalanan nih anak nangis mulu. Kayaknya orang-orang dijalanan udah ngira gue lagi culik si Carissa deh." Reva buka suara.

Hazel tertawa mendengarnya.

"Lagian gue khawatir banget, udah was-was ngira si Hazel sampai koma untungnya cuma luka kecil," cicit Carissa. Mata gadis itu memang kelihatan bengkak saat Hazel perhatikan.

"Makasih udah khawatir sama aku. Aku baik-baik aja kok cuma dapat luka kecil di kaki doang," beritahu Hazel.

"Tapi lo sampai pakai tongkat, Zel. Serius kaki lo nggak kenapa-kenapa tuh?" tanyakan Reva.

"Cuma cidera kecil kok. Aku dipaksa pakai tongkat ini karena disuruh Kak Elang," balas Hazel.

"Semoga cepat sembuh biar kita bisa jalan-jalan lagi," ujar Carissa.

Ketiganya sedang asyik berbincang, tetapi dua cowok masuk ke dalam rumah dan mengalihkan atensi ketiganya. Dia adalah Edgar dan Frank yang baru saja pulang dari kantor.

"Waduh, sepertinya ada tamu nih," celetuk Frank menghampiri ketiga perempuan tersebut.

Kebetulan sekali, Hazel akan mengenalkan kedua sahabatnya pada Frank dan Edgar.

"Kenalin mereka berdua temen aku, Kak," beritahu Hazel.

"Oh iya? Hai, nama gue, Frank." Dia berjabat tangan dengan Reva dan Carissa secara bergantian.

Berbeda dengan Edgar, cowok itu hanya menyebutkan namanya tanpa berjabat tangan pada kedua gadis itu, kemudian dia pamit masuk ke kamarnya.

"Elang mana, Zel?" tanya Frank.

"Di ruang kerjanya, Kak."

"Oke, gue ke sana deh. Have fun kalian," ujar Frank menampilkan senyuman lebar sebelum melangkah pergi.

"Mereka yang lo bilang waktu itu, Zel?" tebak Reva.

"Iya."

"Tapi yang satunya emang cuek gitu, ya?" tanya Carissa.

"Kak Edgar? Sebenarnya dia nggak cuek paling karena kecapekan habis kerja makanya gitu," jelas Hazel.

"Ooo."

Yang tadinya hari masih terang sekarang sudah berubah ke gelap. Reva dan Carissa baru saja berpamitan untuk pulang karena masih ada kesibukan masing-masing.

Ini sudah pukul tujuh dan waktunya untuk makan malam. Mereka semua berkumpul di meja makan.

"Teman lo yang tadi cantik juga, Zel, udah punya pacar mereka?" tanya Frank disela-sela makannya.

"Untuk sekarang belum, Kak. Kenapa tuh?"

"Cuma tanya doang tapi sabi sih satu sama gue." Frank menaik-turunkan alisnya menatap Hazel.

"Boleh nanti aku coba tanyain ke mereka mau atau gak," jawab Hazel.

"Jangan mau, Zel, kasihan temen lo kalau dikasih ke dia," celetuk Edgar ikut bergabung dalam pembahasan ini.

"Kenapa emangnya, Kak?" tanya Hazel yang memang belum mengetahui karakter Frank.

"Suka ghosting anak orang dia." Yang menjawab adalah Elang.

"Wah-wah parah lo berdua ngefitnah teman sendiri!" ucap Frank tidak terima.

"Kenyataannya emang gitu bro. Udah banyak cewek yang lo tinggalin waktu di Australia dan mereka pada protes ke gue," tutur Edgar agak kesal kala itu akibat banyak yang menghubunginya hanya ingin mencari keberadaan Frank. Entah dari mana perempuan-perempuan itu mendapatkan nomornya.

"Yahh, kalau gitu nggak jadi deh, Kak, kasihan temanku didekati sama buaya darat," ucap Hazel.

Elang tersenyum kala Hazel mengatakan Frank dengan sebutan buaya darat.

"Gue udah tobat kok, Zel. Lagian itu waktu masih zaman kuliah kalau sekarang kan beda. Jadi jangan ragu, jangan bimbang untuk memperkenalkan temanmu itu kepadaku. Aku berjanji akan menjaganya sepenuh hati dan ragaku!" Frank berucap dramatis.

"Nah, dia juga pasti bilang kayak gitu kesemua ceweknya, Zel," beritahu Edgar lagi.

Frank menyikut lengan Edgar. "Jangan bongkar rahasia gue, bjir!" bisiknya.

Seakan tuli, Edgar malah tetap fokus menghabiskan makan malamnya. Elang, Hazel dan Edgar selesai bersamaan dan mereka beranjak dari meja makan meninggalkan Frank seorang diri.

"Tega sekali mereka terhadapku? Apa salah dan dosaku?" Frank kembali bersikap dramatis.

"Gimana kaki lo?" tanya Elang ketika mereka sudah berada di kamar.

"Udah lumayan, kayaknya besok pas ke kampus aku nggak perlu pakai ini." Hazel menunjuk tongkat kakinya.

Elang manggut-manggut. "Terserah lo aja gimana nyamannya."

Posisi keduanya saat ini duduk bersebelahan di sisi pinggir kasur. Elang memandangi wajah Hazel secara terang-terangan dan hal itu membuat Hazel tidak berani menoleh ke samping.

"Coba lihat gue," suruh Elang tiba-tiba. Dengan jantung yang sudah berdebar-debar Hazel menatap wajah Elang.

"Lo tau, kan, kalau kita ini cuma dijodohin?"

"Iya, tau kok, Kak," jawab Hazel cepat.

"Kebanyakan orang di luar sana ketika dijodohin pasti bakal jaga jarak antara satu sama lain. Mereka juga buat perjanjian semacam gak boleh ikut campur dengan urusan pribadi masing-masing," ujar Elang masih belum pada intinya.

"Kak Elang mau kita jaga jarak dan buat surat perjanjian juga?" tebak Hazel.

Elang menggelengkan kepalanya. "Justru gue nggak mau dipernikahan kita ada begituan. Sedari awal gue nerima perjodohan ini, itu artinya gue juga udah nerima lo masuk di kehidupan gue. Kita bakal jalani rumah tangga pada umumnya, lo nyiapin gue baju, buatin gue kopi, dan juga kita bakalan punya anak."

Hazel langsung membeku kala Elang mengatakan ingin punya anak dengannya. Apakah cowok ini serius dengan perkataannya? Entahlah, Hazel masih agak ragu.

"Tapi rumah tangga tanpa didasari cinta itu sama aja bohong, Kak," balas Hazel.

"Lo bener. Untuk sekarang kita emang belum saling cinta tapi gue yakin kedepannya rasa cinta itu bakal tumbuh dengan sendirinya," papar Elang. Mungkin terdengar alay, tetapi Elang sedang berusaha membuang perasaan ragu Hazel terhadap dirinya.

***

Votenya jangan lupa

Ramein part ini yachh supaya eykeh semangat nulis part selanjutnya😘

6k komen untuk next

Spam next di sini👉🏻

Sekian terima Jungkook💍

Ayang gueh nih💘

Continue Reading

You'll Also Like

8.5K 690 34
Di jodohkan dan menikah dengan orang yang kita sukai pastinya impian semua orang kan? Gerald telah berhasil menjadi salah satu dari orang beruntung i...
295K 8.9K 41
"Lo adalah gadis yang masuk ke dalam kehidupan gue." Stop🔞 Konten dewasa, bocil menjauh. (jika ingin lanjut silakan. Tapi dosa tanggung sendiri ya)...
2.9M 164K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...