Mark membuka matanya dengan perlahan. Dia melihat ke samping dimana orang yang telah menghabiskan setengah hari untuk bermain bersamanya masih tertidur dengan nyaman di atas lengannya.
Mark tersenyum melihat Haechan. Jari-jarinya terangkat untuk mengelus rahang lelaki itu. Haechan merasa geli karena elusan Mark di wajahnya
Haechan membuka matanya perlahan dan melihat wajah Mark berada dekat dengan wajahnya. Wajahnya tiba-tiba terasa panas. Tanpa sengaja dia mendorong Mark dan hampir membuatnya terjatuh.
"Hei! Jangan kaget seperti itu."
Mark bangun dan mengacak rambut Haechan. Dia tersenyum cerah sebelum pergi ke kamar mandi, sementara Haechan yang malu mengambil bantal dan menguburkan wajahnya di sana. Sangat memalukan.
Waktu berlalu dengan cepat. Haechan dan Mark telah selesai mandi dan berpakaian. Mereka berbincang bersama dan makan bersama. Menghabiskan waktu hingga langit mulai menggelap.
"Haechan."
Mark memanggil Haechan dengan sedikit gugup. Haechan menoleh sebentar menanggapi panggilan Mark. Dia sedang mencuci piring, sementara Mark berdiri di belakangnya.
"Jadi ... bagaimana?"
Haechan membilas tangannya dan berbalik ke arah Mark. Alisnya terangkat, bertanya maksud Mark.
Tiba-tiba Mark menjadi gugup. Dia menelan ludahnya dan menggaruk belakang kepalanya.
"Itu ... apa sekarang kita ... sepasang kekasih?"
Haechan hampir tertawa melihat sikap Mark yang gelisah. Lelaki itu terlalu gugup padahal mereka telah melakukan hal yang lebih dari sepasang kekasih lakukan.
Mark tersenyum lebar ketika melihat Haechan mengangguk. Tanpa sadar dia berlari ke arah Haechan dan memeluknya dengan erat.
Mendapat pelukan secara tiba-tiba membuat jantung Haechan berdebar dengan keras. Dia mendorong Mark agar lelaki itu tidak merasakan debaran jantungnya.
Mark menatapnya bingung. "Kenapa?"
Haechan menggeleng dan menunduk dengan wajah yang memerah. Mark tersenyum melihat reaksi Haechan. Dia menyentuh dagu Haechan dan mengangkatnya agar Haechan melihat wajahnya.
"Kenapa menunduk? Kau sangat cantik ketika merasa malu."
Haechan memukul lengan Mark. Dia mendengus dan membuang muka. Mark merasa gemas dan mencium pipi Haechan membuat lelaki itu menoleh dan membesarkan matanya.
Mark tertawa. "Lihat! Kau sangat cantik dan imut. Berapa usiamu, sih?"
Haechan membuang mukanya kembali. Berpura-pura marah pada Mark karena telah menyebutnya cantik dan imut. Haechan tak suka disebut cantik. Dia tampan, meski dia adalah seorang Ibu yang memiliki satu putra. Akan tetapi, anaknya tampan. Sama seperti dirinya. Haechan selalu berpikir seperti itu.
Mark menarik dagu Haechan kembali. Dia memandang mata Haechan dengan lembut.
"Jangan marah. Aku memujimu. Kau adalah yang paling cantik dari semua wanita yang pernah ku temui."
Pipi Haechan memerah. Dia hendak memalingkan muka jika Mark tidak menciumnya tiba-tiba. Bibir mereka saling beradu dan melumat. Menggigit bibir satu sama lain dan berbagi rasa panas di dalamnya.
Lidah itu saling menjilat dan menghisap. Tangan Mark meraba pinggang Haechan, begitu mulus dan halus. Ketika dia akan menyentuh bagian bawah Haechan, ponsel Mark berdering. Haechan mendorong Mark dan menyuruhnya melihat siapa yang meneleponnya.
Itu adalah Seungmin. Asisten sekaligus sekretaris pribadinya yang menelepon. Mark meminta izin untuk pulang karena Seungmin mencari dirinya.
"Sangat menyebalkan," keluh Mark.
Haechan tertawa tanpa suara. Dia bersyukur ada yang menelpon Mark. Jika tidak, Haechan akan berakhir di ranjang malam ini bersama Mark. Memikirkannya saja membuat Haechan memerah.
Mark mengecup bibir Haechan dan memeluknya. Haechan membalas pelukan Mark yang terasa hangat. Pelukan ini membuat Haechan bertanya pada dirinya sendiri.
'Jika aku bertemu denganmu dan bukan Min Hyung ... apa yang akan terjadi? Apakah aku akan baik-baik saja? Apakah kita akan bersama? Apakah ... Jisung tetap akan lahir?'
Setelah berpelukan untuk waktu yang lama, Haechan mengantarkan Mark hingga ke depan pintu rumahnya.
"Aku pulang dulu. Sampai jumpa besok."
Haechan mengangguk dan melambaikan tangannya. Menunggu Mark masuk ke mobil hingga bayangannya tak tampak lagi.
Haechan memasuki rumahnya. Senyum lebar tak lepas dari wajahnya, bahkan setelah Mark pergi. Dia melihat ke kasurnya yang baru saja dia rapikan. Wajahnya kembali memanas ketika mengingat kejadian sebelumnya.
"Ah! Kenapa aku jadi sangat mesum? Bahkan aku kembali terangsang hanya karena mengingatnya."
Haechan memukul kepalanya. Mengusir ingatan-ingatan kotor yang merusak otaknya. Dia menutup pintu kamar dan pergi tidur.
Setelah Mark meninggalkan rumah Haechan dan kembali ke apartemennya, dia melihat Seungmin telah menunggunya di depan pintu.
"Kenapa berdiri di sini? Tidak masuk?"
Seungmin melihat Mark dan menunduk. "Saya hanya sebentar. Tuan Lee mengatakan bahwa Anda jangan terlalu sering meninggalkan kantor dan pergi tanpa sepengetahuan saya."
Mark mendecakkan lidahnya.
"Aku bukan anak kecil. Aku baik-baik saja."
Seungmin mengangkat wajahnya dan berbicara dengan datar.
"Akhir-akhir ini Anda merasa sakit di bagian kepala. Tuan Lee sangat khawatir dan tidak ingin terjadi sesuatu pada Anda jika saya tak bersama Anda. Jadi, saya mohon agar Anda memberitahu saya kemana Anda pergi."
Mark menahan tawa hingga dia hanya mendengus. Dia berbicara sambil membuka kunci pintu apartemen.
"Bukankah kau bisa memasang kembali alat pelacak itu? Buntuti aku seperti sebelumnya. Kenapa tiba-tiba kau menjadi jujur seperti ini?"
Seungmin membungkuk lebih dalam. Dia menyesal, tapi nada bicara dan wajahnya tak berubah sama sekali.
"Maafkan saya, Tuan. Saya hanya diperintah oleh Tuan Lee. Beliau tahu Anda mencabut alat itu dan beliau sangat menyesal karena melakukan itu. Jadi, saya mohon pada Anda untuk memberitahu saya kemana saja Anda pergi."
"Tidak. Biarkan aku menikmati hidupku. Daddy selalu khawatir berlebihan sehingga aku kesulitan untuk bergerak. Katakan padanya aku tak suka jika dia seperti itu."
Seungmin tak membantah dan memaksanya lagi. Dia mengangkat tubuhnya dan mengangguk singkat. Kemudian pergi dari apartemen Mark.
Mark merasakan sakit di kepalanya saat dia memasuki kamar. Sakit kepalanya semakin bertambah kala dia memasuki kamar mandi. Mark mencuci mukanya di wastafel. Dia melihat dirinya sendiri di cermin.
Napasnya tersengal-sengal karena menahan sakit di kepalanya. Secara tiba-tiba, Mark melihat pantulan dirinya di cermin tersenyum padanya.
Mark menyentuh wajahnya. Memastikan bahwa dia tidak tersenyum sama sekali. Mark melihat dengan teliti cermin di depannya. Pantulan dirinya masih tersenyum. Kening Mark berkerut, kemudian kepalanya kembali sakit.
"Sudah ku katakan, ini adalah waktunya untuk kau tidur."
Suara itu ...
Suara yang akhir-akhir ini Mark dengar, kembali terngiang.
Dia melihat ke cermin dimana pantulan dirinya telah berdiri tegap dan menatapnya dingin.
"Siapa ... kau?" tanya Mark dengan suara lemah. Kepalanya semakin sakit setiap kali dia bertatapan dengan pantulannya.
"Aku adalah kau. Apa kau tak ingat aku?"
Denyut di kepala Mark semakin kuat, Mark terduduk dan bersandar di dinding kamar mandi. Dia menarik rambutnya dengan kuat saat beberapa ingatan muncul secara cepat di kepalanya.
"Aku telah melindungimu dari rasa sakit. Inikah yang ku dapatkan? Merebut milikku? Aku adalah kau, tapi bukan berarti milikku juga milikmu."
Suara berat dan dingin itu kembali terdengar. Mark berteriak sambil menutup telinganya. Kepalanya sakit, telinganya berdenging. Mark merasa tubuhnya mulai melemah.
"Pergi! Kau bukan aku. Aku bukan kau. Jangan kembali!"
Mark meracau tak jelas. Dia merapatkan kakinya dan menggeleng dengan kuat.
Suara itu kembali terdengar. Dia berbicara dengan marah.
"Kau tak akan sanggup bertahan jika bukan karena aku dan kau berani menyentuh milikku? Bahkan jika kita berada di tubuh yang sama ... aku tidak akan membiarkannya."
Mark berteriak hingga tenggorokannya menjadi sakit. Urat-urat nadinya menonjol, wajahnya memerah hingga ke leher.
Memori yang telah lama tertutup kini kembali terbuka. Ingatan-ingatan yang tersembunyi secara perlahan kembali muncul ke permukaan.
Rantai besi yang tak terlihat seolah memutari tubuhnya. Mengikatnya dengan kuat. Melemparnya ke dalam sebuah ruangan.
Seperti sebuah penjara tak kasatmata.
Mark ... kembali terkurung di dalamnya.
Tbc
Jangan salahkan ueee. Salahkan wattpad.
Error mulu anj :(
Dahlah. Btw terima kasih for someone yang sudah memberi saya ide baru di saat saya buntu HAHAHAHAHAHAHAHAHA.
WARNING! KOMEN WOI. VOTE WOI.
Dah tu aja.
Sampai jumvaaaa