Undercover ╏ SooGyu ✓

By hanwistereia

175K 17.9K 5.4K

[lokal-AU] pura-pura pacaran sampai lupa kalau cuman pura-pura More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
12.2
13
14
15
16
17
17.2
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
29.2
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
48
49
50
51
51.2
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71 - last
childish flower (1/3)
childish flower (2/3)

47

3.1K 193 62
By hanwistereia

⚠️ olahraga malam kloter kedua 🏃 🛌 🔞 more explicit contents than before, too much description, too many dialogues, too long foreplay(?), Grammarly error, typing error, full of dhshdashdsjshitty⚠️

song recommendation:
txt - 0x1 = love song (i know I love you)
elton john - can you feel the love tonight/or the same song from covered it
bryan adams - heaven/or the same song from covered it

in gua bingung kudu di-happy reading-in kagak? yakali gak hepi baca ginian(?) AOWKWKWKKWKWKWKWK egk tau ydh met baca 😭😭😭





ღ。◦◝。




Mereka baru kembali ke penginapan setelah makan ikan bakar seperti yang kepengen Bayu. Memang belum terlalu malam sih baliknya, baru sekitar jam 8-an, tapi capek ini daritadi Sandi mulu yang nyetir. Mana sempat ditinggal Bayu ketiduran, berasa supir beneran ini Sandi.

"Kan dah gue bilang, kalau gue yang nyetir, entar jurusannya kalau gak ke penginapan ya kantor polisi, soalnya—"

"Bilang aja lo gak bisa nyetir."

"Gue tabok juga pala lo."

Ya udah, gak usah diperpanjang adu bacot mereka. Dikira-kira sendiri saja karena pastinya gak jauh beda dari sebelum-sebelumnya.

Sampai kamar, mereka bersih-bersih badan dan ganti ke pakaian longgar sebelum rebahan di kasur. Posisinya Sandi tidur nelungkup sedangkan Bayu di sampingnya memeluk pacarnya yang lebih tinggi dengan tungkai melingkari pinggangnya.

"San, mau tidur?"

Sandi cuman balas menggumam.

"Main ayok,"

"Main gapleh?"

"Main monopoli."

"Main sendiri."

Cemberut Bayu dan pilih gak menyahut. Akhirnya ikut diam dalam posisi yang sama. Sudah merem dan nyaris terlelap, tapi cuman sepersekian menit dan tiba-tiba tersentak sadar sendiri.

Lantas Bayu beranjak jadi ikut nelungkup di atas punggung Sandi.

"Sandi... nonton yuk? Masa' mau tidur sekarang?"

"Yakali besok."

Bayu berdecak. Wajahnya di dekatkan ke sisi wajah pacarnya. "San, cium gak?"

"Hhm... ya sok."

"Ih, bangun dulu, lihat gue."

Sandi gak menyahut.

"Saaannndiiiiii Biiinnntaaraaaaa."

Dahi Sandi mengeryit kemudian bergerak memutar tubuh, otomatis Bayu ikut bergeser dan berpindah berbaring di sebelah Sandi seperti sebelumnya.

Kini mereka saling berhadapan yang lantas membuat Bayu mengulum senyum menatap Sandi yang balik menatapnya dengan kelopak mata setengah tertutup. Wajah yang lebih tinggi dibelai lembut. Pipinya diusap dengan jemari tangan yang ramping.

Tangan di wajahnya diraih dalam genggam dan diarahkan ke bibirnya buat beri kecupan di sana. Mulai dari kecupan kecil yang banyak sampai di ujung jemari sampai endus menggelitik yang bikin Bayu tertawa kegelian.

"Geli San,"

Sandi cuman balas mengangguk lantas menarik Bayu dalam pelukan yang mendekatkan keduanya. Akhirnya cium bibir diraih. Tempeli yang tebal dan yang tipis. Awalnya cuman saling tempel sampai Bayu duluan yang menggerakkan bibir. Bibir bawah Sandi yang lebih tebal dilumat, membuatnya lantas membuka mulutnya sendiri dan lidahnya gerak buat menjemput milik Bayu. Saling temukan kehangatan yang basah. Jelajah setiap titik di dalam. Tempeli jejak hangat di setiap rongga atas dan bawah.

Ciuman dilepas sesaat ketika Bayu bergerak, rubah posisi lagi jadi berbaring di atas dada Sandi, tapi cepat ditempeli lagi. Bayu enggak mau bibir Sandi pergi ke mana-mana. Terlalu candu. Terlalu manis. Terlalu memabukkan. Too overwhelming and he can do this all day along.

Dan sengat picu paling besar dimulai ketika Bayu gerakan setengah tubuh bagian bawahnya. Bokongnya turun sedikit ke bawah timpa bagian sensitif Sandi diantara selangka, lantas beri hentak kecil.

Ada efek kejut merangsang tubuhnya seketika. Jantung Sandi berdegup lebih kencang dari sebelumnya.

"San," Bayu tatap Sandi lekat di mata dari atas, buat poni rambut yang gak kekuncir menggantung turun. Kedua tangan berjemari lentik usap-usap di sekitar dada dan pinggang yang lebih tinggi di bawahnya. "Ayo main, Sandi."

Sandi teguk ludah kepayahan, "Emang lo gak sakit?"

Bayu merunduk lagi dan bisik tepat di hadapan wajah Sandi. "You're too gentle last night, like a slow jam love song. I want to be a rock and roll this time. Take me so 'high' with a hard way."

Sandi gak menyahut, tapi karena langsung mengerang ketika tangan Bayu raih tubuh bawahnya seketika.

"You—brat."

Bayu menyeringai, "But you like how this brat doing the 'things'."

"Ah—" Sandi mengerjap dan mendesis. "Shh,"

Yes. Bayu bersorak dalam hati pada reaksi Sandi ketika tangannya memasuki celana dan mengerut tubuh yang masih terlapis celana dalam. Menikmati bagaimana ekspresi wajah Sandi yang nampak kepayahan tapi juga gak menolak di saat yang sama.

"Don't hold yourself."

Netra Sandi mengintip di antara celah tangan yang tengah menyisir rambutnya sendiri. "Seems someone really enjoyed about 'something'."

"I'm just doing my thing."

"Your 'thing'—" Sandi melenguh pelan, "—huh?"

Lantas begitu saja Sandi tiba-tiba menarik tangan Bayu bersama tubuhnya, diputar sebelum dibanting jadi berbaring di kasur. Kini giliran Sandi yang melayang di atas.

"Then, how the taste of your 'thing'? Let me try it."

Bayu terkesiap kala Sandi melepas seluruh bawahannya dalam satu tarikan. Dan sebelum tungkai yang gak lagi terbalut kain menyesuaikan dengan suhu sekitar yang lebih rendah, Sandi lebih dulu menekuk kaki panjang Bayu sebelum kepalanya turun meraup bagian yang ada di antaranya.

Tubuh Bayu tersentak pelan. Bagian kecilnya menyesakkan mulut Sandi. Rasanya hangat—menjerumus ke panas—dan dilingkupi oleh kelenjar yang basah. Sesuatu yang di bawah menarik kesadaran Bayu merosot turun, sedot titik kewarasan sampai nyaris gila. Bagian kecil miliknya enggak cuman pas di genggam tangan yang lebih besar, tapi di rongga mulut Sandi pun turut dipermainkan dengan mudah—atau persisnya, memang segala sesuatu yang dimiliki Bayu jadi mengecil jika disandingkan dengan milik Sandi.

Well, that's the fact, actually. The touched from different skin they are also touching to the heart. Like ice on the fire, melt till spilled in every inch of the body. The point is, Sandi only use his mouth and when it comes in Bayu's, it sure—

—the little will forget where he belongs. Because at this moment, 'heaven' comes too close to his hand.

Or for now, 'it' is in Sandi's mouth.

Dua belah tungkai jenjang yang sebelumnya gerak-gerak acak, kini mengejang oleh sengat. Satu-dua ketuk yang kian menumpuk sampai gak kuat lagi ditampung. Pikirannya dipenuhi sesak oleh kesenangan yang amat banyak. Buah hasilnya cipratkan kelenjar yang memenuhi rongga mulut Sandi.

Tubuh Bayu bergetar. Tatap Sandi di bawah sana lewat dagu dengan sudut matanya yang berlinang sebutir air mata. "Sandi—"

Apa yang tumpah di mulut, diseka asal oleh kaus si empu sebelum dilepas bebas. Lantas Sandi merangkak naik mensejajarkan pandang. Dua lengan kokoh topang tubuh di sisi pandang Bayu. Tangannya dilingkupi urat panjang dari telapak tangan sampai naik ke lengan atas. Bentuk bulatan otot di lengan atasnya yang mungkin gak semenarik dilihat oleh kebanyakan orang, tapi ini milik Sandi yang terlalu sempurna dilewatkan buat sekadar ditatap kilas.

"Lihat ke mana?"

Dahaga diteguk lambat seraya atensi ditarik lagi tatap di atasnya.

Bayu ada di titik sensitif setelah ejakulasi pertamanya. Setiap sentuh dari yang lebih tinggi acap kali timbulkan sengat lain yang meledak-ledakan dari dalam tubuhnya. Rasanya sama seperti yang sebelumnya, namun jika itu kian menumpuk...

Satu tangan Sandi sentuh dagu di bawahnya. Jemarinya panjang dan besar, nampak kasar tapi nyatanya terasa lembut kala membelai wajah, pun termasuk usap telunjuk di bibir tipis Bayu yang lembab.

Celah yang gak dilewatkan. Bayu tahan tangan Sandi di wajahnya dan langsung lahap dua jemari ke dalam mulutnya.

"Hhn—what are you—?"

Geramannya malah berbalas sesakkan jari lebih dalam. Sentuh langit-langit mulut. Mata Bayu buka-pejam nampak kenikmatan memicu Sandi buat inisiatif dorong  makin dalam. Tekan setiap dalam rongga yang basah. Menyesakkan yang telah penuh dan menggiring saliva yang turun keluar lewat sudut bibir. Sementara jemarinya di dalam malah beradu dengan lidah yang berkelok bentur ujung kuku. Baru ditarik keluar ketika itu nyaris menekan pangkal tenggorokannya membuat Bayu tersedak.

Aslinya Sandi sengaja membiarkan Bayu mengambil napas baru yang banyak, tapi tengkuknya malah ditarik turun oleh si kecil. Raih dalam cium di bibir, lagi. Lidah dan gigi beradu di dalam. Bibir dikulum dari basah sampai semakin basah. Meninggalkan suara kecapan di ruangan ketika di lepas.

As he said before, Bayu never bored for those lips. He will take it every chance he's got.

Cuman dilepas sepersekian detik, dan Bayu telah dorong Sandi jadi duduk tegak sebelum dirinya sendiri turut beranjak. Langsung duduk di pangkuan yang lebih tinggi dan mengangkat kedua tangannya.

"Help me!"

Sandi berdecak, "Manja," tapi tetap angkat lepas kaus hitam yang membalut tubuh ramping Bayu yang enggak polos sebab ada jejak ruam merah di beberapa titik. Sisa jelajah malam kemarin.

Jejaknya dikecupi sayang sambil rangku di sepanjang punggung dan pinggang, "You're so warm."

Rahang Sandi diangkat, "Thank you, but I prefer hot inside."

Cium lagi. Cium terus di bibir yang merah dan penuh bagai candu—tapi memang candu. Memang tidak membosankan. Memang selalu dicari. Memang yang selalu diinginkan.

Ada bagian kosong yang diangguri. Kepala Sandi turun perlahan dari bibir ke rahang. Kecup banyak di tengkuk dan sempatkan diri gigit kecil di adam apple yang dipenuhi tegukan dahaga kesenangan di sana.  Lantas turun capai ke dadanya. Rasakan hangat dan dentuman keras di sana. Di sisi kiri yang detaknya bersahutan dengan milik Sandi. Ribut dipenuhi gairah dan angan diri dibawa terbang hanya dalam dekapan erat.

Lidahnya duluan yang mampir. Sentuh di areola si kecil. Sentil getar yang menggelinjang dalam rengkuh. Tambah acak geraknya yang didekap ketika ditangkup bibir.

"A-ahh, ssh—S-San—ahh!"

Bayu balik memeluk erat ketika satu tangan Sandi bergerak sentuh lubang penyatuan mereka dari belakang. Lingkarannya dipijat dan ditekan membuat Bayu mengerang dalam rengek.

"Put in. J-just put in, you—fucker..."

Sandi menurut. Masukkan satu jari di sana ketika di saat yang sama masih sibuk tempeli jejak di bagian depan Bayu.

Pemilik yang dimainkan gak tinggal diam. Tubuhnya terus gerak karena efek kejut sana-sini. Selain itu, Bayu juga sengaja bergerak supaya tubuh Sandi makin keras. Biar Sandi lupa. Biar dia gerak atas kemauannya sendiri. Biar dia hilang akal sehat dan ambil alih tubuh Bayu. Perlakuin seenaknya tanpa takut si kecilnya rapuh.

Tubuh Bayu dibaringkan setelahnya. Semua afeksinya dilepas dari sentuh buat Bayu merengek.

"Saaaannn!"

"Stop nagging, don't you wanna eat the main dish or not?"

Oh...

Bener juga.

Dibiarkan Sandi menjauh meraih lube yang ditelakkan di nakas dekat kasur.

Bayu ditatap sepersekian sekon sebelum Sandi melengos, "Stop it."

"Stop, what?"

"That staring..."

"Why you always complained about many things?"

Belum Sandi menyahut, Bayu lebih dulu beranjak bangun dan mengulurkan tangan ke area selangka Sandi. "Nevermind, you almost forget to let 'yours' breathing."

Tapi Sandi menahan tangan Bayu terlebih dahulu, "Thank you, but I can handle it."

"I just volunteer."

Sebelum Bayu bergerak lagi, Sandi lebih dulu mendorongnya kembali berbaring dan melepas celana sendiri.

"Auw, that's it," Bayu menyentuhnya. "the tool of 'main dish'."

His words... it makes Sandi got red from cheeks till ears, "Stop it."

"If you're embarrassed just kiss me."

Seperti katanya, Sandi jemput lagi bibir Bayu. Temukan dengan ujung lidahnya sebelum ditarik balik dengan lidah yang lain. They kissed with eyes opened, karena Sandi perlu lumuri tubuhnya dengan lube, juga tak lupa di tempat penyatuan mereka.

"San,"

"Yes?"

"Kiss me when you put in, please?"

Sandi gak langsung menjawab, malah langsung dekatkan wajahnya yang dikira Bayu akan langsung menuju bibirnya tapi si pemuda Desember tersebut malah cium sayang pelipis pacarnya.

"Yes, dear."

'Dear...'

'He called me, 'dear'... how can he'

Ketika tubuh mereka saling bertemu di tepi, yang dihampiri Sandi adalah pipi tembam Bayu yang dikecupi hangat sebelum turun temui bibir.

Tapi tentu saja, itu gak menghilangkan rasa nyeri di sana. The screaming of the pain release in Bayu's head, but Sandi trying to divert it with many kisses on Bayu's face. Full of peck with a warmth of love, from head to neck.

"San—"

"Scratch me if it isn't enough, Bay."

Bayu menurut. Raih punggung lebar Sandi dalam dekap yang hujamkan genggam berkuku di sana. Dia gak tahu seberapa dalam berbekas namun itu cukup untuk mengalihkan sakitnya.

Tarik napas yang dalam sebelum kepala Bayu tertoleh kecupi cuping telinga Sandi di sisi wajahnya dan berbisik, "You can move now."

And he started. First with a gentle move like he does before, makes them exhale their breath together. The second still gentle even is a bit harder inside. And then

"Move faster."

Sandi tatap Bayu tepat di irisnya. "Why?"

"Not 'why', just do it!"

"If I don't wanna?"

"I'll do it by myself."

"Do it then."

Tubuh Bayu diangkat dalam tarikan pelan. Dudukkan yang lebih kecil di pangkuan.

"Shit, this is."

"Don't hurt yourself."

"Uhm,"

"Alright, I grab you. Don't mind me, just don't hurt yourself."

"Yes, you already say it twice."

"Seriously, don't hurt yourself, dear."

'Itu' lagi dipanggil. Rasanya Bayu ingin hempaskan diri ke rengkuhan Sandi seketika. Padahal Bayu siap diacak-acakin baik di akalnya pun luar-dalam, tapi Sandi selalu menahannya. Bukannya jelek, hanya saja itu buat Bayu lebih ingin lumerkan diri pada Sandi. Ingin dirinya makin disayang. He wanted to be praised from the taller. Tell if Bayu has be a good boy he is, so he can't do anything except obeys the dom.

'It's not fair, he's too lovely.'

Cekal rengkuh di pundak dan tengkuk menguat ketika Bayu angkat kepalanya tatap langit kamar. "Ahh—San, S-Sandi..."

'It's annoying, he's done too many things that can't be not to loved. Fuck, I love—'

"San—"

"Calm, I hold you."

"S-Sandi—"

'I love you.'

"It's okay, use me as much as you need." Sandi mengusap pelan pinggul Bayu dan memberikan kecupan di tulang selangkanya. "Take your moment. Don't just rush, dear. Get your pleasure."

'Fuck, I love you so much.'

And all those desires he reaches, it spilled. Too much. Overflowing as much as his beg his love for the taller.

"Aah, Sandi, I—"

Tubuh Bayu dipeluk dan rahangnya dibubuhi kecup. "You did well."

Debar di jantung Bayu gak kunjung melambat, justru makin keras berdentum karenanya. "B-but San, you haven't—"

"It's okay, you still did well." sisi wajah Bayu dicium lagi banyak-banyak seraya tubuhnya dibaringkan kembali dengan perlahan. "Now, it's my turn. Can you hold it for a little longer?"

Bayu langsung mengangguk. "I can hold it forever."

Sandi tergelak pelan dan hampiri lagi wajahnya. "No, don't do that. It'll hurt you."

"Okay, I won't do that, but please just move so you also get your 'higher'."

"Alright."

"Kiss my lips when you move."

Permintaan Bayu langsung dituruti. Langsung dikulum dalam lumat sambil bergerak. Berikan lagi kenikmatan lain yang gak terelakkan buat gak ditolak. Merayap-rayap lagi memenuhi isi kepalanya. Detaknya bertabuh lagi iringi setiap denyut di nadi. Ringan lagi tubuhnya dibawa ketika perutnya serasa digelitiki oleh kepak tak bernama yang terus merayap naik sampai mentok ke kerongkongannya sampai Bayu lagi-lagi lupa ingat namanya.

Nama kesayangannya diulang pendek dalam setiap desah yang disahuti balik oleh lenguh dan desis dari sang penggiring. Repeated many times

—sampai segalanya tiba-tiba perlahan melambat.

Kepala Bayu tertoleh menatap Sandi dalam lirikan di atasnya. "San? Kenapa—"

Tanya tak berkesudahan itu disahut tatap lekat dari sepasang kelam yang menyelami turun yang Bayu yakini itu inisiatif Sandi sendiri. Sengaja jatuhkan diri di obsidian kecilnya. Menyelip tanpa aba-aba sampai ke relung hatinya sampai napasnya dibuat tercekat.

"What... was that?"

Sandi gak lantas menjawab. Ada teguk ditelan sebelum bisiknya menelusup ke rungu Bayu, "It's just... you... too beautiful. I can't help it."

'Ah, shit. Lagi?'

'He comes with 'that' again?' Bukannya Bayu gak suka, tapi itu... too loveable too accepted, tapi... gimana ya? Even he can't help it too.

Wajah Bayu ditangkup satu tangan besar Sandi, dibelai dengan sayangnya. Bukan. Bukan Sandi yang gak bisa ditolong, justru Bayu yang gak bisa ditolong.

"San,"

"Yes?"

Bayu balik pegangi wajah Sandi di atasnya. "Say you love me."

Wajah Sandi malah terlipat dilingkup keraguan.

"San," panggilnya lagi. "don't you love me?"

"I do, but..."

"Then, say it."

Sandi menggeram pelan. "But if I said it right now, it feels I only love your body—"

"Of course, you should. You must love my body, every inch in me. Everything about me should've to be loved by you. My scars, my flaws, my perfect and imperfect. Love me from head till the toes."

"...."

"Say you love me."

Kepala Sandi bergerak turun ke ceruk leher yang lembab. Umbar bisik yang diperdengar sejelas mata air mengalir.

"I love you. I love you so much."

"Heh," Bayu tergelak pelan, berkebalikan dengan pelupuk matanya yang mendadak dipenuhi butir bening yang memburamkan pandang. Dan seolah Sandi tahu, tangannya bergerak raih jemari Bayu yang mencengkeram lengannya. Diturunkan ke sisi wajah dalam genggam yang jemarinya saling mengikat erat satu sama lain di celah kosong.

"Bay," bisik Sandi di depan wajah Bayu. "I love you."

Satu tarik napas diambil sebelum disahuti, "I love you too, San."

[14-07-2021]

fuuuuukkkk, this is, description for this chapter:

awokwkwkwk, btw udh stress belum?

kalau belum mau kasi ini

bayu kunciran

tangan sandi tapi kepala soobin(?) sama jari tangan pegangin gelang

tangan sandi kanan-kiri atas-bawah

tangan sandi tapi b&w

oknum yg tadinya mau dibikin gila

oknum yg akhirnya dibikin gila

arigatou, stay safe and healthy 🙏

Continue Reading

You'll Also Like

12K 1.6K 35
Gerhana Jihandra Rafandra hanyalah seorang remaja yang lelah dengan hidupnya sendiri. Hidupnya itu kayak gak tenang aja gitu, setiap hari ada aja mas...
336K 41.2K 33
Book 2-Stranger bagaimana jisung menjalani hubungan nya dengan minho ? dia memang mencintai nya tapi minho ? apa yang dirasakan lelaki itu bukan l...
107K 14K 39
[Fantasy, Adventure] Lee Minho itu seorang senior, penindas di sekolahnya. Kegiatan sehari-hari, merampas uang jajan adik kelas. Kebiasaan, tawuran d...
16.3K 1.5K 24
⚠ Warning BxB Area! GYUJIN FAN FICTION Update : Friday, Saturday & Sunday, 15.00 WIB Status : Completed Genre : Romance, Family, Slice of Life Yujin...