MY DANGEROUS BOY [COMPLETED]

By urprettyboy

2.6M 197K 19.4K

(๐…๐จ๐ฅ๐ฅ๐จ๐ฐ ๐ฌ๐ž๐›๐ž๐ฅ๐ฎ๐ฆ ๐ฆ๐ž๐ฆ๐›๐š๐œ๐š!) ______________________________________________ "๐๐จ๐ฐ ๐ฒ๐จ๐ฎ'๏ฟฝ... More

MDB - Prolog ๐Ÿ
MDB - 2๐Ÿ
MDB -3๐Ÿ
MDB - 4๐Ÿ
MDB - 5๐Ÿ
MDB - 6๐Ÿ
MDB - 7๐Ÿ
MDB - 8๐Ÿ
MDB - 9๐Ÿ
MDB - 10๐Ÿ
MDB - 11๐Ÿ
MDB - 12๐Ÿ
MDB - 13๐Ÿ
MDB - 14๐Ÿ
MDB - 15๐Ÿ
MDB - 16๐Ÿ
MDB - 17๐Ÿ
MDB - 18๐Ÿ
MDB - 19๐Ÿ
MDB - 20๐Ÿ
MDB - 21๐Ÿ
MDB - 22๐Ÿ
MDB - 23๐Ÿ
MDB - 24๐Ÿ
special -๐–’๐–†๐–‘๐–’๐–Ž๐–“๐–Œ-
MDB - 25๐Ÿ
MDB - 26๐Ÿ
MDB - 27๐Ÿ
MDB - 28๐Ÿ
MDB - 29๐Ÿ
MDB - 30๐Ÿ
MDB - 31๐Ÿ
MDB - 32๐Ÿ
MDB - 33๐Ÿ
MDB - 34๐Ÿ
MDB - 35๐Ÿ
MDB - 36๐Ÿ
MDB - 37๐Ÿ
MDB - 38๐Ÿ
MDB - 39๐Ÿ
MDB - 40๐Ÿ
MDB - 41๐Ÿ
MDB - 42๐Ÿ
MDB - 43๐Ÿ
MDB - 44๐Ÿ
MDB - 45๐Ÿ
MDB - 46๐Ÿ
MDB - 47๐Ÿ
MDB - 48๐Ÿ
MDB - 49๐Ÿ
MDB - 50๐Ÿ
MDB - 51
MDB - 52๐Ÿ
MDB - 53
MDB - 54๐Ÿ
MDB - 55๐Ÿ [END]
APA KABAR?!

MDB - 1 ๐Ÿ

118K 7K 1K
By urprettyboy

Hello🦋

𝖍𝖆𝖕𝖕𝖞 𝖗𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌

•••

Kiara melenguh saat merasa nyeri pada tubuh bagian bawahnya, ia membuka matanya sempurna saat melihat tubuhnya yang telanjang bulat tertutupi selimut tebal.

Matanya memanas, ada apa dengan dirinya? Kenapa bisa ada disini, kini hidupnya sudah hancur, masa depannya sudah hancur, cita-citanya pun kini sudah tidak akan bisa ia capai sekarang.

Ia baru saja melakukan suatu hal yang benar-benar akan membuat kedua orang tuanya akan kecewa kepada putri semata wayang mereka, tangan mungilnya meremas selimut tebal itu dengan kencang.

Air matanya perlahan luruh dan mengalir dengan bebas dipipi mulusnya, bahkan isakannya pun mulai terdengar.

"Maafin Kiara.." lirihnya takut, ia semakin mengeratkan selimut tebal itu untuk menutupi tubuh polosnya yang tanpa sehelai benang pun menutupinya kecuali selimut tebal itu.

Isakannya semakin kencang hingga membuat lelaki yang sedang tidur dengan tenang kini harus terbangun karena isakan gadis disampingnya.

Ia mengucek matanya perlahan mencoba beradaptasi dengan cuaca yang dingin serta hujan ini. Ia menatap tubuhnya, dan apa ini! Ia bertelanjang dada, ralat ia tidak memakai pakaian sama sekali.

Kemudian menoleh menatap perempuan yang sedang menangis tersedu, ada apa ini? Ia benar-benar tidak ingat dengan kejadian semalam.

Tubuhnya bergetar, apa yang barusan ia lakukan pada perempuan disampingnya?

Hingga matanya tak sengaja melihat bercak merah di sprei putih ranjang ini, ia mulai paham. Ia baru saja melakukan hal itu kepada perempuan disampingnya, tapi bagaimana bisa?

Ia kembali menatap perempuan disampingnya yang masih menangis, ia tau siapa perempuan disampingnya, ini adalah Kiara.

Perempuan yang menjadi bahan taruhan dirinya dengan musuhnya, tapi apa setelah kejadian ini dirinya benar-benar meninggalkan Kiara saat hari ulang tahun gadis itu?

Rasanya tidak mungkin dan tidak akan pernah, bagaimana kalau Kiara hamil anaknya? Ia tidak bisa membiarkan anaknya nanti lahir tanpa seorang Ayah.

Ia mencoba bangun kemudian memakai celananya dengan cepat tanpa memakai baju, kemudian berjalan mengitari ranjang hingga kini ia berjongkok dihadapan Kiara yang masih menangis.

"Hei, jangan nangis" ujar Axel lembut meraih tangan mungil Kiara untuk ia genggam, ia bersimpuh didepan Kiara mencoba untuk meminta maaf.

Kiara menepis tangan itu kemudian menamparnya dengan kasar hingga membuat kepala Axel menoleh kesamping dengan kencang.

"Gue benci sama lo!" Sentak Kiara kembali menangis dengan keras, ia menjambak rambutnya dengan kencang menyalurkan rasa sakit dihatinya.

"Lo ambil yang seharusnya ini buat suami gue.." lirih Kiara dengan pelan menatap Axel yang terdiam.

"Gue yang bakal jadi suami lo" ujar Axel dengan tegas menatap Kiara tegas.

Kiara mengangkat kepalanya menatap lelaki didepannya dengan sengit, "Dan gue ngga akan pernah mau nikah sama lo!" Bentak Kiara lagi.

"Kenapa?"

"Gue masih sekolah, masa depan gue masih panjang, gue masih punya cita-cita, dan lo seenaknya hancurin hidup gue, bajingan!" Ujarnya geram.

"Kita dijebak, gue minta maaf" ujar Axel dengan pelan, ia seperti menunduk kepada ibunya.

Kiara memalingkan wajahnya tidak mau menatap wajah Axel, "Jangan pernah temuin gue setelah ini, dan anggap kita ngga pernah kenal" ujar Kiara tidak menanggapi ucapan Axel.

Axel menggeram marah, tentu saja ia tidak terima. Bagaimana kalau Kiara nanti hamil anaknya, ia tidak rela anaknya memanggil orang lain dengan sebutan Papa.

"Lo punya otak ngga? Gimana kalo lo hamil? Lo mau biarin anak gue lahir tanpa Ayah? Hah?" Sentak Axel menangkup wajah basah dan merah milik Kiara.

"Gue ngga mau hamil, gue masih sekolah, dan kalau pun gue hamil gue bakal gugurin dia" ujar Kiara pelan, terkesan jahat memang, tapi ia benar-benar masih ingin sekolah dan menikmati masa mudanya bersama teman-temannya.

"Gugurin? Dia ngga salah apa-apa, kita yang berbuat–"

"Bukan kita, lo! Lo yang perkosa gue anjing" ujar Kiara keras.

"Gue ngga mau punya anak, gue ngga mau hamil, gue masih mau sekolah!" Pekiknya kencang kembali menangis.

"Jangan egois, Ra.." lirih Axel.

"Lo yang egois, gue benci sama lo. Gue mau pulang!" Ujarnya kemudian berdiri dengan tangan yang memegang selimut dengan erat menutupi tubuhnya.

Axel terkekeh melihatnya, Kiara benar-benar menggemaskan menurutnya. Astaga, ia tidak akan membiarkan Kiara menggugurkan anaknya.

"Lo ngga boleh gugurin anak gue!" Ujar Axel membuat Kiara berhenti, menghentikan jalannya.

"Kenapa ngga boleh? Gua yang hamil bukan lo!"

"Tapi dia ngga bersalah, Kiara!" Bentaknya membuat Kiara tersentak kaget, Axel benar-benar marah hanya karen ia bicara ingin menggugurkan anak mereka.

"Tapi gue masih mau nikmatin masa muda gue.." lirih Kiara pelan.

Axel berjalan maju menarik tubuh Kiara untuk masuk kedalam pelukannya dengan erat, tak lupa dengan selimut yang masih menutupi tubuh polos Kiara.

"Kalo lo hamil, gue bakal tanggung jawab, lo ngga usah takut" ujar Axel yang benar-benar lembut, sesekali ia mengecup rambut panjang milik Kiara.

"Gue kotor, gue udah ngga bersih, Bunda sama Ayah gue pasti kecewa banget sama gue, gue blom sempet bikin mereka berdua bangga sama gue, Axel.." adu Kiara dengan lucu, tangan mungil Kiara memainkan punggung berotot milik Axel.

"Trust me, Bunda sama Ayah lo selalu bangga sama lo" ujar Axel berusaha menenangkan perempuan yang akan ia cintai mulai saat ini.

"Gue takut Ayah marah besar sama gue, gue takut" adu Kiara lagi sembari mengeratkan pelukannya pada Axel.

"Gue bakal lindungin lo"

Kiara mendongak menatap Axel, "Ngga boleh digugurin? Gue ngga mau punya anak diumur gue yang masih 16 tahun, gue masih kecil untuk jadi seorang ibu" lirihnya.

"Dewasa ngga bisa diukur pake umur, lo bisa jadi dewasa kapan pun lo mau, umur itu cuma angka, Kiara.."

"Gue ngga ada pengalaman ngurus anak bayi, Axel" bantah Kiara.

"Kita urus anak kita sama-sama, okei?"

Kiara akhirnya mengangguk mencoba menerima keadaan, mungkin inilah takdirnya. Masa remajanya harus berhenti sampai disini dalam sekejap, benar-benar seram.

"Janji bakal tanggung jawab?" Pinta Kiara menjulurkan kelingkingnya kehadapan Axel dengan wajah yang memerah karena nangis.

"Kita satu sekolah, tiap hari ketemu. Ngga usah takut, kalo udah ada dedeknya bilang gue" ujar lembut Axel, tangan kekarnya mengelus perut rata Kiara.

"Axel! Nakal banget tangannya, lepas ngga?!" Tanya Kiara galak justru membuat Axel gemas.

"Lanjutin yang semalem mau?"

"AXEL!!!"

•••

Kiara menoleh menatap Axel dengan ragu, sekarang mereka berada didepan rumah Kiara. Axel mengantar Kiara pulang, dan Kiara benar-benar takut untuk bertemu dengan Ayahnya.

"Kenapa? Ngga mau pulang?" Tanya Axel menatap Kiara, tangannya bergerak merapihkan rambut Kiara yang sedikit berantakan.

Kiara mengangguk, "Gue ngerepotin lo ya? Maaf" ujar Kiara merasa bersalah, ia kira Axel seburuk itu ternyata tidak, Axel lelaki baik namun tampangnya aja yang memang cuek.

"Siapa bilang ngerepotin? Sana masuk, besok sekolah gue jemput" ujar Axel.

"Ngga usah, gue sama Ayah gue aja. Ngga usah ganggu gue dulu ya? Nanti kalo emang disini udah ada anak lo, gue bakal hubungin lo" ujar Kiara sembari tersenyum kecil.

Axel mengangguk mengiyakan, ia mendekatkan wajahnya pada perut Kiara kemudian mengangkat kaos milik Kiara hingga menampilkan perut ratanya.

"Papi harap, besok kamu udah ada diperut Mami" bisiknya namun tetap saja, Kiara masih bisa mendengar apa yang diucapkan oleh Axel.

Kiara meneguk ludahnya susah payah, tubuhnya meremang saat bibir tebal milik Axel bersentuhan dengan perutnya yang mulus dan bersih.

"Axel! Udah ih!" ujar Kiara sedikit risih, karena rambut Axel yang tebal itu benar-benar menganggu menurutnya.

"Salting?" Ledek Axel tersenyum miring, Kiara melotot.

"Nyebelin banget sih!" Ujar Kiara sebal.

"Iya gue juga cinta sama lo" jawab Axel ngawur, Kiara memutar bola matanya malas.

"Gue masuk ya, hati-hati Axel" tegur Kiara, masalahnya Axel mengendarakan mobil benar-benar seperti ingin dikejar setan, kecepatannya diatas rata-rata.

"Ngga mau salim sama calon suami?" Ledek Axel lagi sembari menjulurkan tangannya.

Kiara menerima tangan itu, bukannya ia cium justru ia malah menabok kencang tangan itu. "Ngga usah centil!" Ujar Kiara kemudian berjalan meninggalkan Axel yang terpaku.

•••

Kiara perlahan berjalan dengan pelan, ia benar-benar takut sungguh. Apalagi lehernya yang banyak bercak merah sehingga mengharuskan Kiara memakai syal, padahal cuaca nya hari ini benar-benar terik.

Ceklek

"Bunda!" Sapa Kiara dengan girang kemudian memeluk sang Bunda yang ikut tersenyum, sedangkan Ayahnya sudah pasti berangkat kerja.

"Gimana? Nyaman ngga tidur dirumah temen kamu, hm?" Tanya Bundanya lembut, tangannya mengelus rambut putrinya dengan sayang.

Alis Kiara mengerut, nginap dirumah teman? "Maksud Bunda gimana?"

"Kamu nginep dirumah temen kamu kan? Temen kamu semalam telfon Bunda, katanya kamu mau nginep disana, Ayah sebenernya ngelarang tapi berhubung udah malem jadi tanggung deh"

"Oh iya Bunda, Kiara nginep dirumah temen" cengirnya kaku. Tangannya memilin kaosnya dengan takut, ia benar-benar sudah membuat kesalahan fatal sekarang.

"Bunda" sendu Kiara.

"Kenapa sayang? Kok lemes gitu?" Tanya Bundanya lagi.

Kiara bergerak maju kemudian memeluk tubuh Bundanya dengan erat, benar-benar erat tidak mau melepas. "Eh, anak Bunda kenapa? Kamu sakit?" Ujar Bundanya, tangan wanita itu memeriksa kening Kiara yang berkeringat.

"Aku ngga sakit, mau peluk Bunda aja. Kangen" rengeknya membuat Bunda terkekeh.

"Yaudah, ayo masuk. Udah makan belum?" Mereka melepas pelukannya kemudian berjalan beriringan menuju meja makan.

"Bunda, aku kangen Ayah" adunya pada Bundanya.

"Kamu kenapa sih sayang? Kok aneh, nanti siang Ayah pulang dari kantor, tunggu yaa" ujar Bundanya lagi.

Kiara mengangguk, ia mulai menyendokkan sesendok nasi beserta lauk pedas itu. "Bunda" panggil Kiara sembari mengunyah.

"Kenapa?"

"Bunda kalo misalnya aku buat salah sampe fatal banget, Bunda sama Ayah maafin aku ngga?" Tanya Kiara penasaran, entah kenapa pertanyaan itu lolos dari mulutnya.

"Maafin dong, tapi mungkin bakal kecewa, Kiara kenapa?" Tanya Bundanya mulai curiga membuat Kiara meneguk ludahnya kasar.

"Kiara ngga kenapa-kenapa Bunda" ujarnya lembut, membuat Amel terkekeh. Nama Bundanya itu Amel.

"Habis ini kamu mandi terus tidur ya? Lemes banget sih kamu, abis begadang pasti?"

Kiara mengangguk, "Iya, diajak temen-temen" cengirnya.

"Yaudah sana mandi, nanti kalau Ayah udah pulang, Bunda panggil kamu" Ujar Amel, Kiara mengangguk nurut.

Ia mengecup pipi Bundanya sebelum berlari ke kamarnya yang berada dilantai atas. "Astaga, anaknya Agra" ujarnya menggeleng, Agra itu nama suaminya dan Ayahnya Kiara.

Kiara membuka pintu kamarnya kemudian berjalan masuk dan berbaring dengan pelan di ranjang, ia harus hati-hati karna masih perih dibagian bawahnya.

Matanya menatap langit-langit kamarnya dengan sendu, matanya perlahan berair, "Maafin Kiara.." isaknya.

Ia berlahan bangun kemudian berjalan menuju cermin yang setinggi tubuhnya, perlahan ia membuka syalnya dan tampaklah bercak merah yang menjijikan.

Tangan kecilnya memegang bercak itu dengan ragu, "Ngga sakit" gumamnya polos, tangannya terus menekan-nekan bercak merah itu dan ternyata tidak sakit.

"Ini cara hapusnya gimana? Banyak banget, Axel nakal banget" gumamnya lagi, ia berjalan mengambil ponselnya kemudian tangannya bergerak untuk menelfon Axel.

"Halo" sapa Kiara, ia mendudukkan dirinya ditepi ranjang, tangannya terus memilin ujung kaosnya, ia benar-benar gugup sekarang.

"Kenapa telfon? Udah hamil?" Tanya Axel dengan jahil, membuat Kiara melototkan matanya sempurna.

Axel brengsek!

"Ngga sabaran banget, kenapa sih?!" Ujar Kiara kesal, Axel ini terus menanyakan anak dan anak.

"Mau cepet-cepet nikah sama lo" ujar Axel santai, Kiara meneguk salivanya susah payah. Dan dadanya bergemuruh hebat.

"Axel.." tegur Kiara membuat Axel terkekeh gemas.

"Apa sayang?"

"Stop ih! Gue mau nanya!" Cetus Kiara kesal, Axel selalu menjahili dirinya.

"Nanya apa?"

"Em, i-ni cara hilangin itunya gimana?" Cicit Kiara.

Alis Axel mengerut, "Hilangin apanya?"

"Ih itu, yang merah merah dileher, banyak banget!" Sindir kiara emosi.

"Hilangnya semingguan lebih" ujar Axel membuat Kiara melotot, masa satu minggu lebih ia harus menggunakan syal? Gila saja.

"Masa gue kemana-mana harus pake syal?" Ujar Kiara.

"Mau hilang cepet?"

Kiara mengangguk "Iya"

"Harus gue yang hilangin" celetuk Axel tersenyum miring.

"Tapi nanti hilang kan?"

"Ngga"

"Kok ngga? Apasih, ngga jelas!"

"Pakein itu, concealer aja tutupin" saran Axel.

"Oke, bye"

Tut

Tangan Kiara bergerak mengambil concealer miliknya yang berada dalam satu pouch berwarna pink, ia mulai mentotolkan concealernya disana, sesekali ia meratakannya menggunakam tangannya.

Senyumnya mengembang kala bercak merah itu berhasil tersamarkan hanya karena concealer.

Namun senyumnya tiba-tiba memudar kala mengingat bagaimana nanti saat ia sudah hamil anak lelaki itu. Bagaimana kalau orang tuanya mengusirnya dari rumah dan tidak menganggap dirinya sebagai putri mereka, dan juga Axel yang menikahinya hanya sebatas tanggung jawab.

Ia benar-benar takut, prinsipnya ia hanya ingin nikah satu kali dalam seumur hidupnya dan menikah dengan orang yang ia cintai. Tapi takdir berkata lain, masa remajanya hancur karena pesta malam kemarin.

Perlahan tangannya mengusap perutnya dengan reflek, "Mami takut.." lirihnya pelan secara tidak sadar.

Ceklek

Dengan kaget ia langsung berhenti mengusap perutnya lalu menoleh ke belakang yang ternyata Bundanya datang, "Kenapa? Kok kaget gitu?" Ujar Amel seraya terkekeh.

"Bunda, ih!" Ujarnya kesal sembari berjalan menghampiri Amel.

"Ayah udah pulang, katanya mau ketemu Ayah" ujar Amel lembut mengusap rambut halus milik Kiara.

"Aku belum mandi, ngga papa?"

"Mandi dulu dong, Ayah juga lagi bersih-bersih" ujar Amel, Kiara pun menurut ia beranjak menujur kamar mandi yang berada didalam kamarnya.

Ia membuka seluruh pakaiannya dengan hati-hati, kini tubuhnya sudah polos tanpa sehelai benang pun. Ingatannya kembali kejadian semalam, keperawanannya direnggut oleh Axel.

"Axel, brengsek!" Makinya.

•••

TBC🏁

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 62.1K 40
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
282K 17.9K 53
โ˜ ๏ธ PLAGIAT DILARANG KERASโ˜ ๏ธ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
101K 5.1K 75
sebuah plorog keluarga kecil yang ada 4 anggota yaitu rony salma syarla nabila, salma memiliki dua anak yang masih kecil dan cerita ini kami persemba...
4.9M 420K 49
-jangan lupa follow sebelum membaca- Aster tidak menyangka bahwa pacar yang dulu hanya memanfaatkannya, kini berubah obsesif padanya. Jika resikonya...