ARRAFFA | Selesai |

By Purplelight_V

1M 91K 12K

[ Belum revisi! ] Arraffa Pratama, remaja yang berusia 13 tahun ini hidup dalam ruang lingkup yang cukup meny... More

S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
G A B U T!
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
P R A N K!
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M
D U A P U L U H T U J U H
DELETED SCANE
DELETED SCANE [ 2 ]
EXTRA PART
Invitation 1

T I G A B E L A S

32K 2.8K 483
By Purplelight_V

Malam Minggu ceunah!

Tandai typo! Nulis nya kek di kejer waktu💔

__________

"A-abang hahahahahahaha...udah udah hahahahaha geli Abang udah hahahahahahaha a-aduhh hahahahahahaha Laffa pengen pipis Abang hahahahaha"

Pagi ini Raffa terbangun di kamar Bara, kedua nya sudah bangun pagi-pagi sekali. Kedua nya bercanda membicarakan hal-hal yang lucu hingga Bara tiba-tiba menggelitik perut Raffa membuat Raffa tertawa tanpa henti.

Semalam setelah makan malam Bara langsung menggendong Raffa masuk kedalam kamar milik nya yang ada di mansion ini, Rangga, Rasya dan juga Rere langsung emosi. Pasalnya mereka ingin mendengar celotehan Bibir mungil Raffa yang setiap malam bercerita apa saja yang ia lakukan jika berada di mansion, namun kali ini tidak bisa karena Bara langsung menggendong Raffa masuk kedalam kamar.

Pras hanya tertawa melihat tingkah ketiga nya, ketiga nya membiarkan Bara kali ini. Besok-besok jika Bara masih seperti itu ketiga nya akan membuang Bara langsung ke sungai Amazon, itu yang di katakan Rere.

"Abang udah dong hahahahahahaha kalo Laffa pipis d-disini gimana hahahaha aduhh Abang hahahahaha Laffa udah gak tahan a-aduhh"

Begitu Bara berhenti menggelitik perut Raffa, Raffa langsung berlari keluar. Bukan nya masuk ke kamar mandi yang ada di kamar Bara Raffa justru berlari ke kamar Raina dan juga Pram.

"Daddyyyyy!!!! Mommyyy!!!!" Raffa menggedor-gedor pintu kamar orang tua nya, jika menunggu lebih lama bisa di pastikan ia akan pipis di celana.

Ceklek

"Kenapa baby?" Tanya Pram dengan suara serak nya, ia bahkan masih tertidur ketika putra nya menggedor pintu kamar milik nya.

"Daddy minggil dulu" Begitu Pram bergeser Raffa langsung berlari ke kamar mandi.

Pram langsung menegakkan tubuhnya ketika melihat putra nya berlarian seperti itu, berjalan tergesa-gesa ke arah kamar mandi.

Tok tok tok

"Baby, ada apa?"

"Baby?"

"Suamiku, ada apa?" Tanya Raina ketika melihat Pram menggedor pintu kamar mandi.

"Putraku ada di dalam" jawab Pram.

"Putraku? Arrafa? Bukan nya semalam tidur sama Bara?"

Pram tidak menjawab pertanyaan Raina, sudah jelas jika ia mengatakan 'Putraku' pasti Raffa, karena memang dengan Rangga maupun Rasya Pram tidak pernah menyebut nya seperti itu.

"Baby?" Pram masih terus menggedor pintu kamar mandi, putra nya masih belum keluar dari sana.

Ceklek

Raffa keluar dengan cengengesan karena melihat raut wajah Pram yang terlihat khawatir.

"Daddy, Laffa tadi kebelet hehe"

Pram hanya mengangguk, membawa Raffa ke gendongan nya lalu berjalan menuju kasur.

"Mom, Laffa mau tidul lagi ya. Laffa gak bisa tidul sama Bang Bala"

"Gak bisa tidur kenapa sayang?" Tanya Raina.

"Bang Bala Jail Mom, maka nya Laffa bangun sepagi ini."

"Jangan tidur sama Bara lagi hm" ujar Pram.

"Laffa tidul disini aja"

"Iya sayang, sekarang tidur lagi."

"Tapi bental lagi pagi Mom"

"Mau ikut Daddy ke kantor lagi?"

Raffa menggeleng "Gak mau Dad, Laffa bosen gak ada temen."

"Kalau begitu Daddy gak akan ke kantor besok"

"Kenapa Dad?"

"Baby akan tahu besok"

"Ada apa sih Dad? Laffa jadi penasalan deh"

Pram tidak menjawab, kelopak matanya tertutup karena masih mengantuk.

"Mom?"

"Ihhh pantesan dali tadi diem, Mommy tidul gak bilang-bilang"

* * *

"Adek mana Mom?" Tanya Rasya.

"Belum bangun sayang" jawab Raina.

Kini semua orang sudah lengkap di meja makan, kecuali si bungsu yang masih berada di alam mimpinya.

"Tidur lagi?" Tanya Bara.

"Iya tidur lagi, bentar lagi bangun." Jawab Raina.

"Yahhhh, padahal Rere mau ketemu adek dulu sebelum berangkat kuliah."

"Pas pulang kan bisa, gak usah gitu deh" balas Raina yang melihat putri nya cemberut dengan bibir mengerucut ke depan.

"Rasya berangkat Mom"

"Bara juga berangkat Mom"

Kedua nya menyalami tangan Raina sebelum berangkat, hanya Raina! Padahal disana ada Pram dan juga Pras.

"Hati-hati sayang" balas Raina, atensi nya mengarah ke suami dan kakak ipar nya, Pras.

"Gak ke kantor?" Tanya Raina pada kedua nya.

"Tidak" jawab Pras dan Pram berbarengan.

"Kenapa Dad?" Tanya Rere.

"Kak Arnold akan kesini" jawab Pras, sedangkan Pram tidak menjawab pertanyaan Rere, Rangga hanya menyimak obrolan ketiga nya.

"Ayah?" Tanya Rere lagi.

"Hm" Pras hanya berdahem menjawab pertanyaan Rere.

"Rere gak jadi kuliah deh hari ini, mau main sama adek mumpung Bara gak ada. Boleh ya Mom?"

Pras tertawa mendengar perkataan Rere, putra nya benar-benar ingin merebut Raffa dari Rangga, Rasya dan juga Rere.

"Boleh, nanti Daddy kamu yang urus." Jawab Raina.

Pram hanya mengangguk menanggapi perkataan istrinya.

Cup

"Rangga berangkat Mom" ujar nya setelah mencium pipi kiri Raina.

"Hati-hati sayang" balas Raina.

"Oh ya Dad, baju di mall epicentrum bagus-bagus deh." Ujar Rere.

"Lalu?"

"Rere mau mall nya dong"

Pram mengangguk mengiyakan permintaan putri nya, keadaan menjadi hening, Semua sibuk menghabiskan sarapan masing-masing.

* * *

"Adek, sini." Panggil Rere yang melihat Raffa berjalan ke ruang keluarga dengan Raina.

Raffa sudah terbangun dua jam yang lalu, namun ia baru selesai disiapkan oleh Raina.

Pras dan Pram juga ada di ruang keluarga sibuk dengan iPad di tangan masing-masing, kedua nya tidak terusik dengan keributan yang di buat Rere. Namun ketika Rere menyebut nama 'Raffa' fokus kedua nya langsung buyar, menoleh ke arah Raina yang menggandeng tangan mungil Raffa berjalan ke arah ruang keluarga.

Wangi bayi langsung menguar ketika Raffa sampai di ruang keluarga, tubuh mungil nya di pakaian t-shirt hitam dengan celana jeans panjang warna senada, t-shirt hitam dibaluti jaket putih dengan kancing terbuka, sedangkan kaki nya telanjang tanpa kaos kaki karena Raffa menolak di pakaian.

"Pagi Papa, pagi Daddy"

"Pagi baby" balas Pram dan Pras bersamaan.

"Yang di sapa Papa sama Daddy doang, kakak enggak" Rajuk Rere, wajah nya di buat cemberut.

"Pagi Kak Lele"

"Pagi adik ku sayang, sini duduk sama kakak."

Raffa mendekat ke arah Rere, mendudukkan diri nya di samping Rere yang asik memasukkan stik Pocky ke dalam mulut nya.

"Mommy" panggil Raffa pada Raina yang duduk di samping Pram.

"Kenapa sayang?"

"Laffa mau"

"Putra Mom mau apa hm?" Raina bangkit, mendudukkan dirinya di samping Raffa.

"Laffa mau donat buatan Mommy"

"Kalo mau apa-apa gak usah sungkan hm, bilang aja. Mom bikinin sekarang, baby tunggu disini. Okey"

Raina meninggalkan ruang keluarga setelah mencium kedua pipi putra nya, Raffa bangkit mendudukkan diri nya di antara Pras dan juga Pram.

"Daddy sama Papa kok gak kelja?"

"Daddy/Papa kerja di rumah" sahut kedua nya.

"Kok bisa?" Bingung Raffa.

"Ya bisa dong" sahut Rere.

Raffa langsung melihat ke arah Rere yang sudah berganti posisi menjadi tiduran, Raffa bangkit mengalihkan atensi ketiga nya.

"Mau kemana dek?" Tanya Rere.

"Mau liat Mommy"

"Mommy kan di dapur, main sama kakak aja yuk"

"Gak mau, Laffa mau sama Mommy ya Dad"

"Di sini aja baby" sahut Pram.

Raffa menggeleng kaki mungilnya mulai melangkah meninggalkan ruang keluarga.

"Daddy, Papa, kak Lele"

Ketiga nya langsung menoleh mendengar panggilan Raffa.

Raffa cengengesan "Dadahh" ujar nya, tangan nya melambai-lambai ke arah ketiga nya. Ketiga nya tersenyum melihat tingkah Raffa, perhatian ketiga nya tidak lepas dari Raffa yang berjalan ke arah dapur.

Dua puluh lima menit kemudian....

Raina berjalan ke ruang keluarga dengan nampan yang sudah terisi dengan donat coklat sesuai permintaan putra nya, begitu sampai di sana kedua alis nya bertaut bingung melihat putra nya yang tidak ada di sana.

"Adek mana Re?" Tanya Raina.

Rere langsung bangkit dari posisi tiduran, begitu juga dengan Pram dan Pras yang langsung melihat ke arah Raina.

"Loh bukan nya adek ke dapur nyusul Mommy?"

"Adek gak ada di dapur, dari tadi Mom di sana gak ada adek tuh."

"Dad, Pa, adek tadi izin ke dapur kan?"

Pram maupun Pras langsung mengangguk menjawab pertanyaan Rere.

"Mom serius adek gak ad-

"Woylahhh lagi pada ngumpul nih" ujar pemuda yang baru tiba di sana.

Pram, Pras, Raina dan juga Rere langsung menoleh, Arnold beserta istri dan kelima anak nya berjalan ke arah ruang keluarga.

"Tegang amat, rileks dong rileks." Ujar Rio, putra bungsu Arnold.

"Kenapa?" Tanya Arnold keheranan, pasalnya Pram, Pras, Raina dan juga Rere terlihat sangat khawatir.

"Adek hilang Ayah" jawab Rere.

"Jan becanda deh, kita kesini mau liat adek." Sahut Rico, putra keempat Arnold.

Rere menghembuskan nafas pelan sebelum menceritakan semua kejadian hingga Raffa izin ke dapur, namun tidak ada di sana.

"Mungkin lagi di kamar" Ujar Raven, putra ketiga Arnold.

"Tunggu apalagi, kita cek ke kamar sekarang!" Titah Arnold.

Pram, Pras, Raina serta Arnold dan istri nya berjalan menuju lift untuk sampai di lantai dua. Sedangkan yang lain melewati tangga.

"STOP!" Teriak Rio tiba-tiba ketika melewati meja makan.

"Ada apa Rio?" Tanya Arnold pada putra nya.

"Ayah, ada bayi."

"Bayi?" Ujar si kembar, Revan dan juga Raven.

"Sini" panggil Rio.

Semua orang kini mendekat ke arah Rio, Rio menunduk melihat 'Bayi' yang ia maksud.

"Itu" tunjuk Rio pada sosok mungil yang tengah meringkuk persis seperti janin, tangan nya masih memegang Nuttela berukuran sedang.

Regan, anak sulung Arnold menggeser kursi yang ada di sana kemudian menunduk mengeluarkan sosok yang tertidur di bawah sana.

"Adek" ujar Rere.

"Baby" lirih Raina

"Astagaaa" kaget Raels, istri dari Arnold.

Semua yang ada di sana kaget begitu Regan mengeluarkan nya dari bawah meja, kedua pipi nya sudah belepotan dengan coklat.

Regan menggendong nya ala bridal, Raffa bahkan tidak terusik sedikit pun. Pipi nya mendusel-dusel pada dada bidang milik Regan hingga membuat jas putih yang di kenakan Regan terkena coklat yang berasal dari pipi Raffa, Rico dan Rio yang melihat nya tertawa.

"Di bawa ke kamar aja bang" ujar Rere, tanpa menjawab Regan langsung berjalan menuju lift menuju lantai dua.

Arnold menoleh pada istrinya yang terdiam sejak tadi, bahu nya sudah sangat sakit karena istrinya meremas nya dengan kuat.

"Honey?" Panggil Arnold.

Raels menoleh, mengigit bibir bawah nya menatap ke arah Arnold.

"Manis sekali" ujar nya, Raels kemudian menggeleng "tidak-tidak, dia sangat menggemaskan. Putra ku! Putra ku sangat menggemaskan." Ujar nya, berlalu menyusul yang lain meninggalkan Arnold yang masih berdiri tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah istrinya.

* * *

"Ayo kenalan dek" ujar Rere pada Raffa, semua nya kini sudah berada di kamar Pram dan Raina. Raffa terbangun ketika Regan sampai di kamar, ia sangat terkejut menyadari seseorang yang tidak ia kenal tengah menggendong nya.

Semua nya sekarang tengah duduk di sofa yang ada di kamar tersebut, Raffa duduk di samping Rere dan juga Raina. Pram duduk di samping istrinya, sedangkan Pras duduk di sofa single.

Arnold duduk berdekatan dengan istrinya, Regan, Raven dan juga Revan duduk di sofa panjang. Berbeda dengan Rico dan Rio yang memilih duduk di karpet berbulu, padahal masih ada sofa kosong.

"Laffa halus bilang apa kak?" Tanya Raffa dengan berbisik di telinga Rere.

"Adek langsung sebut nama terus minta uang, pasti di kasih. Ayah banyak uang nya" jawab Rere dengan berbisik, semua yang melihat keduanya bertanya-tanya apa yang kedua nya bicarakan.

"Ngapain Re?" Tanya Rio.

"Gak ngapa-ngapain kok, adek cuma tanya kalo kenalan harus bilang apa."

"Kakak ih" ujar Raffa, tangan mungil nya menutupi wajah nya karena malu.

Semua yang ada di sana tertawa melihat tingkah Raffa.

"Sini" panggil Regan.

Raffa tangan yang menutupi wajah nya, bangkit mendekat ke arah Regan. Raffa mendudukkan diri nya samping Regan namun tangan Regan lebih dulu menarik pelan tubuh Raffa agar duduk di atas pangkuan nya.

"Nama nya siapa?" Tanya Raven yang ada di samping Regan.

"Laffa" cicit Raffa pelan "kalo Abang nama nya siapa?"

Regan mendekap tubuh mungil Raffa yang berada di pangkuan nya dari belakang "Regan, anak sulung ayah. Panggil Abang"

"Tinggal sebut nama masing-masing lama banget, Rere aja yang kenalin deh." Ujar Rere yang merasa jengah dengan 5R.

"Dek, yang dua di samping adek nama nya Raven sama Revan mereka kembar, kalo yang di bawah nama nya Rico sama Rio." Ujar Rere memperkenalkan, tidak mempedulikan tatapan protes keempat nya.

"Nah yang di sana" tunjuk Rere pada Arnold dan juga Raels.

"Tidak perlu" sahut Arnold, ia bangkit mendekat ke arah putra sulungnya nya sedang memangku Raffa.

Menggendong Raffa kemudian kembali duduk ketempat semula, Raels langsung memeluk Raffa yang berada di pangkuan suami nya.

"Menggemaskan sekali" ujar Raels, mencium kedua pipi Raffa yang terlihat menggoda untuk di kecup.

"Baby" panggil Raels pada Raffa, "kenalin nama bunda Raels, panggil Bunda hm"

Raffa mengangguk "Bunda, kok bunda  cantik kayak Mommy."

"Mommy cantik hm?" Tanya Raina.

"Iya Mom, Mommy cantik kayak bidadali. Bunda juga kayak bidalali"

Raels dan Raina tersenyum mendengarnya, Raels yang berada di dekat Raffa kembali mencium kedua pipi Raffa.

"Baby, ini suami Bunda." Ujar Raels menatap ke arah Arnold, Raffa mendongak menatap Arnold yang sedang memangku nya.

"Ayah..." Lirih Raffa pelan, tanpa aba-aba tubuh mungil nya memeluk tubuh tegap milik Arnold.

Punggung nya bergetar dalam pelukan Arnold, Arnold yang merasakan nya mengelus punggung Raffa mencoba membuatnya tenang.

Semua yang ada di sana bangkit mendekat ke arah Arnold, sedikit heran dengan tingkah Raffa yang seperti itu.

"Hiks..hiks..hiks..hiks... La-Laffa jadi lindu ayah sama bunda Laffa..hiks...hiks..Laffa ju-juga panggil nya ayah sama bunda hiks..hiks..hiks.."

"Udah sayang, tenang ya." Lirih Raels dengan suara bergetar. Dada nya terasa sesak melihat Raffa uang seperti itu, Raina juga sama dengan Raels ia memeluk Rere melampiaskan perasaan sesak nya melihat Raffa yang seperti itu.

Arnold meregangkan pelukannya, tangan nya menghapus bulir-bulir air mata dari netra Raffa.

"Udah ya, putra ayah kok cengeng banget."

"La-Laffa gak cengeng ayah"

"Kalo gak cengeng terus yang nangis tadi siapa?" Goda Rico.

"Laffa gak tau tuh" elak nya, bibir nya mengerucut ke depan dengan pipi menggembung lucu.

Semua yang ada di ruangan tertawa melihatnya, Rico, Rio, Raven dan juga Rere semakin gencar menggoda Raffa membuat Raffa mengadu pada Arnold, Pras dan juga Pram.

Beruntung Raffa tidak kembali memikirkan masa lalu yang membuat nya menangis seperti tadi.

* * *

"Kak Lasya ayo gendong Laffa, Laffa mau tulun."

Raffa kini sedang berada di kamar dengan Rasya, Rasya sengaja membawa Raffa kedalam kamar agar tidak di ganggu Bara dan juga 5R.

"Adek mau turun ngapain hm?"

"Laffa mau main"

"Main nya disini sama kakak"

"Laffa mau main sama bang Legan, bang Laven, bang levan, bang lico, bang Lio, bang Bala sama kak Lele. Laffa mau main petak umpet, kalo beldua sama kakak gak selu. Ayo dong kak, Tulun!! Tulun!!"

"Ayo" sahut Rasya, ia tidak tega melihat raut memelas adik nya.

"Yeeyyyy, ayo kak cepetan!"

Rasya langsung menggendong Raffa untuk turun ke lantai satu, Raffa yang berada di gendongan Rasya bersorak kegirangan.

Ting

Rasya melangkah menuju ruang keluarga dimana semua orang tengah berkumpul.

"Baby" panggil Raina dan Raels berbarengan.

"Mommy, Bunda." Balas Raffa.

"Abang, ayo main"

"Main apa?" Tanya Rio.

"Main nya di taman belakang, ayo kak lele juga ikut."

Bara, Rere dan juga 5R mengikuti langkah Rasya menuju halaman belakang atas perintah Raffa.

"Laffa mau main petak umpet" ujar Raffa begitu sampai di taman belakang "Laffa yang hitung Abang sama kakak yang sembunyi, nanti Laffa cali."

"Kakak aja yang ngitung adek sembunyi" sahut Rere.

"Laffa gak mau, pokok nya Abang sama kakak yang sembunyi! Kalo gak mau Laffa malah ni"

"Eh-eh gak boleh gitu dong, kita sembunyi sekarang deh." Ucapan Raven di angguki semua nya, termasuk Rere.

"Udah sana, sembunyi yang jauh. Laffa hitung sekalang ni"

Semua nya mulai berpencar untuk sembunyi sesuai perkataan Raffa, sedangkan Raffa mulai menghitung sampai sepuluh.

Begitu selesai menghitung, Raffa melihat ke sekelilingnya kemudian berlari menuju ruang keluarga.

"Mampus, emang enak Laffa keljain"

Raffa tertawa sendiri, Abang dan kakak nya pasti bersembunyi menunggu Raffa menemukan nya.

* * *

Malam Minggu pen nulis yang uwu-uwu, cuma susah bangettttt. Jadi segini aja deh💔

Ayo spam komen buat next chapter!!

VOTE!!

Continue Reading

You'll Also Like

5.8M 280K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...
356K 2.1K 4
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..
47.4K 2.9K 18
Akankah lian kembali membuka hati untuk salma? ikuti cerita aku terus yaa
714K 6.2K 19
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...