A Promise : Sebuah janji deng...

By lidiyatania

2.1K 1.5K 1.2K

Rio, Anes, Gab dan Ara sudah bersahabat sejak lama. Hubungan mereka baik-baik saja sampai seorang gadis berna... More

Bab II - Rio berubah
Bab III - Debaran rasa
Bab IV - Mendadak jadi artis
Bab V - Nic's Cozy
Bab VI - Oh jadi ini yang namanya Lyssa
Bab VII - Menenangkan Ara
Bab VIII - Kilas Masa Lalu
Bab IX - Anes dan kenangannya
Bab X - Pergerakan rasa
Bab XI - Hari Bersamamu

Bab I - Pertemuan pertama

329 183 179
By lidiyatania

Pertemuan adalah sebuah misteri dalam kehidupan setiap manusia. Selalu ada alasan di balik sebuah pertemuan.



- SEMARANG - 10 tahun yang lalu -

"Ka Jojo janji, nanti Ka Jojo akan balik lagi kesini temuin Icha," tutur seorang bocah kecil.

"Benar Janji?" tanya gadis kecil berponi dora yang bernama Icha, sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji." Jawab bocah itu mantap kemudian menyambut tautan kelingking gadis kecil itu.

"Icha sayang Ka Jojo. Ka Jojo jangan lama-lama ya perginya. Nanti Icha kangen."Matanya sendu menatap bocah bernama Jojo.

Keduanya lalu berpelukan.

Rinai hujan perlahan menjajah bumi, menjadi saksi atas janji yang terucap dari kedua anak kecil yang masih sangat polos. Janji yang tanpa disadari akan membuat salah satu dari mereka atau mungkin keduanya terus terpaku dalam penantian yang entah sampai kapan akan berakhir.


========== A Promise - Bab I - Pertemuan Pertama ==========


- JAKARTA - 10 tahun kemudian -

Lyssa berlari secepat yang ia bisa, menyusuri jalan yang lengah dari kendaraan. Sesekali ia melirik ke arah jam yang melingkar di tangan kirinya.

Jam tujuh kurang sepuluh menit. "Gawat! Pasti telat nih," rutuknya dalam hati.

Lyssa mempercepat langkahnya menyebrangi jalan.

Tiba-tiba...

Wuzzz

Tiinnn!!!

Sebuah mobil sport melintas cepat ke arahnya. Nyaris saja kuda besi itu mengantarkan Lyssa ke dalam maut. Untunglah si pengemudi berhasil menginjak pedal remnya tepat waktu.

Lyssa shock. Tubuhnya serasa kaku dan pucat. Jantungnya berdetak kencang senada dengan darahnya yang mengalir cepat.

Seorang pemuda lalu keluar dari mobil. "Heh, cewek, ngapain sih disitu? Mau bunuh diri jangan pake mobil gue. Pergi sana." Pemuda itu membentak.

Pluukk!! Kedua mata Pemuda itu membelalak seketika saat kedua matanya menatap tepat di kedua manik Lyssa. Pemuda itu terdiam sejenak. Kemudian kembali masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.

Lyssa terpaku sampai akhirnya mobil sport itu benar-benar lenyap dari penglihatannya.

"Issh rese banget sih tuh cowok. Wong, dia yang hampir nabrak aku, eeh malah dia yang marah-marah. Bukannya minta maaf dulu, malah langsung pergi gitu." omel Lyssa dalam hati. Diliriknya kembali jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gawat. Telat!"

Sesampainya di sekolah, gerbang telah terkunci rapat. Pa Joko, satpam sekolah berdiri di dekat gerbang. Walaupun Lyssa tahu kemungkinan yang dimilikinya kecil, bahkan bisa terbilang tidak ada, namun Lyssa tetap mencoba membujuk Pa Joko membukakan gerbang sekolah untuknya.

"Pak.., pak.., tolong bukain dong, pak. Tolong." Lyssa merengek memelas.

"Balik aja, neng. Nggak akan bapa bukain."

"Yaah... pak, hari ini saya ada ujian matematika, pak. Gurunya galak banget."

"Ikut ujian susulan saja."

Apa? Ujian matematika susulan? Sendiri. Nggak bisa nyontek. Nggak bisa nanya juga. Harus belajar, yang benar-benar belajar dong. Matematika, pelajaran dengan sederet angka disertai segudang rumus yang memusingkan itu, jelas bukan tandingan Lyssa. Ujian susulan sama saja bunuh diri namanya. Apalagi gurunya super duper killer. Ujian bersama saja belum tentu bisa sukses.

"Tolong dong, pak, tolong, ijinkan saya masuk. Saya nggak mau ikut ujian susulan, pak. Aduuuh gurunya galak banget pak."

"Sudah tau gurunya galak. Kenapa datang telat?"

"Pak, please, bukain ya." Lyssa memohon, ingin menangis.

Pak Joko kasihan sebenarnya. Tapi ia lebih kasihan dengan nasibnya jika ketahuan melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh Bu Monalisa, sang Kepala Sekolah SMA Persada.

"Ada apa sih, pak?" tanya seorang siswa yang tak sengaja lewat.

"Eh, Den Rio. Ngapain disini? Kan sudah bel." Selidik Pa Joko.

"Olahraga, pak. Nggak liat apa nih saya lagi pake baju olahraga." Rio berbohong. Jelas-jelas pemuda itu tengah membolos dari pelajaran Bu Rini, guru Pkn. Dia sengaja menggunakan seragam olahraga, agar guru-guru lainnya tidak langsung curiga jika melihatnya berkeliaran diluar kelas saat jam mengajar seperti ini. Strategi baru.

"Pa Joko, ada apa sih?" Rio mengalihkan pembicaraan. Enggan ditatap terlalu lama oleh Pak Joko. Bahaya nanti kalau curiga, Rio membatin.

"Ini, nih, ada siswi yang telat." Terang Pa Joko sambil menunjuk Lyssa.

Rio membulatkan bibirnya membentuk huruf O. "Ya udah, suruh masuk dong, pa."

"Ya nggak bisa lah. Enak saja minta masuk. Siapa suruh telat." Sergah Pa Joko.

Rio melirik sekilas gadis yang tengah menatap balik kepadanya dengan tatapan memohon. Rio merasa iba. Tapi ia sadar, percuma saja memohon dengan Pa Joko, karena sampai kapan pun beliau akan tunduk terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh Kepsek tercinta.

"Yasudah kalau begitu, saya mau ke lapangan dulu ya pak." Pamit Rio.

Pupus sudah harapan Lyssa. Sepertinya ia memang harus menerima kenyataan bahwa ia akan mengikuti ulangan matematika susulan.


***


Lyssa baru saja akan menaiki bis saat mendengar seseorang berteriak "Eh, elo, cewek yang pake tas bergambar stich."

Karena hanya ada Lyssa sendiri yang disitu, juga karena tas yang ia pakai bergambar stich, ia pun menoleh. Pemuda yang tadi ia temui di gerbang sekolah tengah berdiri tepat dihadapan Lyssa.

Lyssa membelalak tak percaya. Bagaimana bisa pemuda itu ada dihadapannya sekarang. Padahalkan tadi ia lihat pemuda itu masih didalam bersama Pa Joko.

"Mau kemana?" tanya pemuda itu.

"Pulang." Lyssa menjawab singkat. Masih kesal karena tidak diijinkan masuk ke dalam sekolah.

"Lah, bukannya tadi lo bilang lo mau ujian?"

"Iya sih ka, tapi kan nggak bisa masuk. Trus, kok kaka bisa ada disini sih? Bukannya gerbangnya dikunci ya." Lyssa sengaja menggunakan kata "kak" agar terdengar lebih sopan. Tebakannya, pemuda dihadapannya ini pasti seniornya. Walau Lyssa juga belum yakin karena dia masih terbilang siswi baru. Baru dua bulan dan sekarang dia sudah berani telat. Hebat sekali Lyssa.

Rio terkekeh. "Sini gue kasih tau rahasianya." Rio lalu menarik Lyssa ikut bersamanya.

Ternyata Rio membawa Lyssa ke gerbang belakang sekolah yang sudah lama tak terpakai. Rio menunjukkan kunci gerbang belakang sekolah sambil terseyum bangga. Dengan cekatan ia membuka gembok gerbang belakang.

"Yuk, masuk. Mumpung masih lewat sepuluh menit. Masih aman lo dikit." Rio lalu mengantar Lyssa menuju ruang kelasnya.


***


Bel pulang sekolah telah menjerit sejak tiga puluh menit yang lalu. Namun Rio baru bisa pulang karena harus menerima ceramah dari Bu Mona, Kepala Sekolah SMA Persada, akibat ulah membolosnya yang tertangkap basah.

"Sorry Ra, gue telat. Tadi itu Bu Mona ngomel-ngomel mulu di dalam, gue nggak boleh pulang sebelum dengerin semua omelannya" ujar Rio pada seorang gadis yang sedang duduk di kursi taman sambil menghentak-hentakan kakinya dengan kesal.

Ara berdecak. "Lagian sih lo, Yo, kebiasaan banget nyari masalah. Kapan sih mau tobatnya, Yo."

Rio hanya nyengir nggak jelas. "By the way, jadi nggak nih perginya?" ucapnya mengalihkan pembicaraan.

"Ya jadilah. Gue udah nunggu lama begini, masa iya nggak jadi."

"Yaudah, ayo, keburu kesorean." Rio mengulurkan tangannya. "Jangan marah-marah lagi ya princess."

"Makanya, jangan bikin gue kesal terus." Gerutu Ara, lalu menyambut uluran tangan Rio.

Sejurus kemudian, mobil Rio telah melaju dengan lembut dan ikut meramaikan jalan ibu kota.


"I remember what you wore on the first day

You came into my life and i thought

Hey, you know, this could be something

'Cause everything you do and words you say,

you know that it all takes my breath away and now i'm left with nothing..."


Ara bersenandung merdu memecahkan keheningan. Diliriknya Rio yang tengah fokus dengan jalan.


"So may be it's true that i can't live without you

And may be two is better than one

There's so much time to figure out the rest of my life

And you've already got me coming undone."


Kembali ditatapnya Rio yang masih terus fokus dengan jalan. Ara lalu menghentikan senandung lagunya. Ia mendengus kesal.

Rio menyadari kini Ara sudah berhenti bernyanyi. Ditatapnya gadis itu sekilas lalu kembali menatap jalan.


"And i'm thinking two is better than one

Two is better than one."


Rio melanjutkan bait-bait lagu yang Ara nyanyikan.

Ara tersenyum. Keduanya lalu bersama-sama menyanyikan lagu favorit mereka berdua.

Two is better than one


***


Lyssa pulang kesorean karena harus mampir terlebih dahulu ke rumah Prissy untuk menjenguknya, teman sebangku sekaligus satu-satunya sahabat yang ia miliki. Sudah dua hari ini Prissy tidak masuk sekolah karena sakit. Selama Prissy sakit, Lyssa jadi kesepian. Tidak ada lagi teman untuk berbagi cerita dan canda tawa. Juga tidak ada lagi teman berbagi contekan, terlebih disaat ujian seperti ini.

Keadaan rumah masih kosong. Tante Dina masih belum pulang kerja.

Padahal sekarang sudah hampir jam enam. Apa mungkin Tante Dina lembur ya? Lyssa membatin.

Tante Dina adalah adik kandung mamanya, sekaligus satu-satunya keluarga yang Lyssa miliki saat ini. Semenjak kecelakaan yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu, Lyssa pun tinggal dengan Tante Dina. Dulu mereka tinggal di Semarang. Namun semenjak dua bulan yang lalu ia pindah ke Jakarta, karena Tante Dina dipindah tugaskan ke Jakarta.

Lyssa sedang mandi saat terdengar suara telepon rumahnya yang berdering. Buru-buru Lyssa membasuh tubuhnya dan memakai bathrobe.

Baru saja ia hendak meraih telepon. Tiba-tiba saja...

Brukkk.

Lyssa terpleset. Kepalanya tanpa sengaja terbentur meja. Dan semua mendadak gelap.

Lyssa pingsan.


***


Seorang pria paruh baya melumuri telunjuknya dengan minyak kayu putih, lalu mendekatkan telunjuknya ke indra penciuman gadis yang tengah berbaring di sofa. Gadis itu meresponnya dengan mata mengerjap-ngerjap. Namun setelah gadis itu benar-benar sadar, ia justru menjerit histeris.

"Aaaaa... siapa kamu?" teriak Lyssa histeris.


========== Bersambung ==========


Juli, 2021

Diya

Continue Reading

You'll Also Like

372K 20.6K 70
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
433K 5.2K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
4.5M 265K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
320K 584 28
Putri harus melanjutkan kuliahnya di kota, dia memutuskan untuk pergi ke rumah sepupunya. awalnya berjalan baik hingga saat setelah Putri menitipkan...