ARRAFFA | Selesai |

By Purplelight_V

1M 91K 12K

[ Belum revisi! ] Arraffa Pratama, remaja yang berusia 13 tahun ini hidup dalam ruang lingkup yang cukup meny... More

S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
G A B U T!
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
P R A N K!
S E M B I L A N
S E P U L U H
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M
D U A P U L U H T U J U H
DELETED SCANE
DELETED SCANE [ 2 ]
EXTRA PART
Invitation 1

S E B E L A S

35.4K 3.1K 356
By Purplelight_V

Maaf bangettttt, alur nya emang gak jelas kek yang nulis:V

Maaf bangettttt yang kecewa sama alur nya, alur nya emang gini, iya gini! Baca aja sendiri:^)

Tandai typo!

_________

Dalam keadaaan tidak sadar Raffa masih merasakan tetesan darah mengalir dari kepala nya, tangan nya mencekram kuat pakaian yang di kenakan pria paruh baya yang menggendong nya.

Sekuat tenaga raffa mencoba membuka kelopak matanya, Namun tetap saja terasa berat.

Tetesan darah masih mengalir membuat pandangan nya mengabur,
Raffa merasakan usapan tangan pada kedua kelopak mata nya, hingga ia bisa membuka kelopak matanya dengan sempurna.

Dengan lemas Raffa mendongak melihat sosok yang menggendong nya, begitu melihat siapa yang menggendong nya Raffa langsung memeluk nya erat. Masih dalam gendongan pria paruh baya tersebut.

"Da-daddy"

"Baby, ada apa?"

Pram memang berada di kamar ketika mendengar putra nya berteriak, bahkan menangis histeris. Pram bahkan mendengar putra nya menyebut nya dalam tidur, menyebut istrinya, juga menyebut Abang dan kedua kakak nya. Ia sudah mencoba membangunkan putra nya dengan memanggil nya dengan nada lembut, hingga Pram mengguncang tubuh nya. Namun tetap saja tidak ada tanda-tanda putra nya akan bangun, alhasil Pram langsung menggendong putra nya yang masih menangis sesenggukan. Bahkan putra nya sampai berkeringat dingin, entah apa yang membuat putra nya bisa seperti itu.

"Da-daddy Laffa takut hiks..hiks..hiks..hiks..hiks..hiks.."

"Putra Daddy kenapa hm?"

"Laffa takut Daddy tinggalin Laffa sendili"

"Daddy gak akan tinggalin Baby sendiri, sekarang mandi dulu gih."

"Laffa gak mau mandi, nanti Daddy tinggalin Laffa."

Pram terkekeh mendengar nya, ada apa dengan putra nya yang tiba-tiba manja seperti ini.

"Daddy tunggu di sini, jadi baby mandi dulu gih. Atau mau Daddy yang mandiin?"

"Ihh Daddy! Laffa udah besal" Raffa meronta dari gendongan Pram, setelah turun ia berlari ke dalam kamar mandi.

"Anak itu" Pram terkekeh sendiri melihat kelakuan putra nya yang semakin berani, awal nya memang Raffa begitu pendiam. Bahkan jika di tanya ia hanya mengangguk atau menggeleng saja, Pram dan Raina  bahkan harus memberikan sedikit nasihat untuk putra nya agar tidak canggung dengan mereka. Bahkan ketiga anak nya ikut andil dalam menasihati Raffa agar bersikap seperti diri nya sendiri, untuk menjadi diri nya sendiri.

Ceklek

"Suami ku?" Pram menoleh mendapati Raina yang berjalan ke arah nya.

"Dimana putra ku?"

"Cih, Raffa juga putra ku"

"Ya, memang benar. Lalu dimana putra ku?"

Pram menunjuk ke arah kamar mandi dengan dagu nya, tidak habis pikir dengan istrinya. Mengapa tidak bertanya dimana putra kita? Bukan kah kedengarannya lebih baik?

"Aku akan menyiapkan kan nya, tunggu saja di bawah."

"Aku akan menunggu putra ku selesai"

"Terserah, aku akan menyelesaikan nya dengan lama."

Pram tidak mendengarkan perkataan istrinya, ia malah duduk santai di sofa. Di temani iPad untuk menyelesaikan tugas nya, sesekali melirik ke arah Raina yang sedang menyiapkan pakaian untuk putra mereka.

Ceklek

"Mommy~"

Masih dengan menggunakan handuk bermotif Frozen Raffa mendekat ke arah Raina, memeluk nya dengan erat.

Seketika bau sabun serta sampo bayi tercium di indra pembau kedua nya, Raina memang menyiapkan perlengkapan bayi untuk putra nya. Dari sabun, sampo, bahkan pasta gigi kodomo.

"Bayi Mommy harum bangettttt" ujar Raina, ia mencium seluruh wajah putra nya yang masih basah.

"Laffa udah besal Mom, Laffa bukan bayi lagi."

Pram mendekat ke arah Raina dan juga Raffa yang masih berpelukan, ia juga ingin di peluk putra nya.

"Putra Daddy udah besar?"

"Iya Dad, Laffa udah besal." Ujar Raffa, ia memeluk Pram setelah melepas pelukannya dari Raina.

"Ayo sayang pake baju dulu"

"Daddy, Laffa mau pake baju dulu"

Pram melepas pelukannya, Raffa berbaring seperti biasa. Pertama-tama Raina akan memakaikan nya minyak telon, bedak bayi hingga minyak rambut bayi.

Raffa di pakaian t-shirt putih di baluti Hoodie pink kebesaran serta bawahan berwarna putih, terlihat lucu. Tubuh mungil nya seperti tenggelam dalam Hoodie, rambut hitam Raffa di bawa kedepan menutupi jidat nya. Lucu parah!!

* * *

Ting

Pram, Raina dan juga Raffa keluar dari lift dengan Raffa berada di gendongan Pram. Berjalan langsung ke arah meja makan, Pram mendudukkan diri dengan Raffa di pangkuannya.

"Daddy, Laffa mau duduk sendili"

Raffa langsung bangun dari pangkuan Pram, Raffa mendudukkan diri nya di samping Rere yang sibuk dengan laptop di depannya.

"Kak Lele, Laffa mau celita."

"Hm? Mau cerita apa dek?" Rere langsung menutup laptopnya begitu mendengar perkataan adik nya.

"Laffa semalam lupa baca do'a tidul"

Kedua alis Rere bertaut bingung.

"Terus?"

"Laffa mimpi buluk, masa kak Lele jadi ikan."

"Heh" Rere melotot ke arah Raffa yang sedang tertawa, Rangga dan Rasya yang baru sampai di meja makan kebingungan melihat Adiknya tertawa seperti itu.

Pram tersenyum miring, ia tahu putra nya sedang berbohong, Sedangkan Raina tersenyum melihat putra nya tertawa seperti itu.

"Kenapa dek?" Tanya Rasya.

Raffa tidak menjawab, ia masih saja tertawa, bahkan kaki nya menendang-nendang di bawah meja.

"Tadi yang nangis sambil teriak-teriak siapa?"

Hening. Semua yang ada di meja makan terdiam, kepala Raffa refleks melihat ke arah Pram yang berbicara.

"Kenapa Dad?" Tanya Rere.

Pram mengedik kan bahu nya acuh "Tanya sendiri"

Rere mendelik melihat ke arah Pram, ia sudah sangat penasaran dengan apa yang terjadi.

"Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Abang!! Daddy jahat!"

Raffa mendekat ke arah Rangga, mendudukkan dirinya ke atas pangkuan Rangga.

"Kenapa hm? Mau cerita?" Ujar Rangga, Raffa menyembunyikan wajah nya di ceruk leher Rangga.

"Hiks..hiks..hiks..hiks.. Laffa ta-takut sendili, La-Laffa gak mau sendili lagi hiks..hiks..hiks.."

Rangga menangkup pipi Raffa yang kini berada di hadapannya, menghapus air mata Raffa yang membuat dada nya sesak. "adek gak akan sendiri lagi, ada Daddy, Mommy sama kakak. Abang gak suka liat adek nangis"

Raffa langsung menghentikan tangisan nya begitu mendengar perkataan Rangga "Laffa udah gak nangis tuh tapi nanti jalan-jalan ya bang"

"Sayang, sini" panggil Raina pada Raffa.

"Bental Mom"

"Jalan-jalan ya bang" Raffa mengulang permintaan nya yang tidak di dengar oleh Rangga, semua yang ada di meja makan melihat ke arah Rangga menunggu jawaban.

"Besok gimana? Abang gak bisa sekarang"

"Emang mau jalan-jalan kemana dek? Tanya Rere.

"Kemana aja kak yang penting jalan-jalan"

"Mau ikut kakak ke kampus gak?"

"Gak mau, nanti Laffa sendili di sana."

"Ikut kakak sekolah." Sahut Rasya.

Raffa bangkit dari pangkuan Rangga, mendekat ke arah Pram yang masih melihat ke arah nya, begitu juga dengan Raina.

"Ihhh Laffa pengen sekolah Daddy" ujar Raffa, bergantian melihat ke arah Pram dan juga Raina dengan puppy eyes milik nya.

Pram mengangkat Raffa untuk duduk kepangkuan nya "Putra Daddy mau sekolah?" Tanya Pram.

Raffa mengangguk antusias "mau Dad"

"Baby sekolah bareng Abang, mau?"

"Abang kan SMA Dad, Laffa masih SMP"

"Gapapa dek, sekolah punya Daddy." Sahut Rere.

"Kalo gulu nya malahin Laffa gimana?"

"Kakak yang urus"

"Iya deh, Laffa sekolah nya kapan Dad?"

"Bulan depan sayang" jawab Raina.

"Kok bulan depan Mom?"

"Minggu depan udh libur dek, jadi masuk nya semester 2 aja" jawab Rere.

"Oke deh, sekalang Laffa mau salapan pake loti sana Nuttela ya Mom"

Raina menuruti permintaan putra nya, mengambil roti lalu mengoleskan nya dengan Nutella. Sarapan kali ini di selingi dengan candaan Raffa, terdengar sangat ramai hingga maid dan bodyguard yang mendengar nya ikut tersenyum.

* * *


"Baby mau ikut Mommy apa Daddy?" Tanya Raina, Ia akan pergi ke rumah sakit menjenguk teman nya. Sedangkan Raffa tidak ingin ke rumah sakit, jadi sudah di pastikan putra nya akan memilih suami nya.

"Laffa mau ikut Daddy aja Mom, gapapa kan?"

"Gapapa sayang, disana jangan nakal hm"

"Siap Mom, Ayo Dad"

Raffa sudah tidak sabar menghirup udara segar, sejak di bawa ke sini ia bahkan belum pernah keluar dari gerbang. Jadi sekarang ia sangat antusias meskipun hanya ke kantor, lain kali ia akan jalan-jalan bersama Rangga.

"Dadah Mom" Raffa melambai-lambai ke arah Raina yang masih berdiri di teras.

"Daddy, nanti di sana Laffa ngapain?" Tanya Raffa, saat ini ia sedang duduk di dalam mobil berdampingan dengan Pram. Kemudi di ambil alih oleh Gio, sekretaris sekaligus tangan kanan Pram. Di ikuti tiga mobil bodyguard di belakang untuk berjaga-jaga, apalagi sekarang ia bersama putra bungsu nya, keselamatan nya paling penting.

"Putra Daddy mau ngapain hm?"

"Laffa mau gantiin Daddy kelja, nanti Daddy yang duduk Laffa yang kelja."

Pram terkekeh mendengar nya, hari ini ia ada meeting penting dengan para petinggi.

Pram mengangguk mengiyakan permintaan putra nya, tangan nya mengelus rambut hitam putra nya sudah tertata rapi hingga berantakan.

Pram membawa Raffa ke pangkuan nya, putra nya terlihat mengantuk di elus seperti itu, Akhirnya Raffa tertidur dengan bersandar di dada bidang milik Pram.

Kini mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di parkiran khusus, Gio membukakan pintu mobil untuk Pram. Pram keluar dengan menggendong putra nya yang masih tertidur, Bodyguard sudah berjejer menunduk hormat kala Pram melewati mereka.

"Eungh Daddy?"

"Tidur lagi son" ujar Pram yang melihat putra nya sudah membuka kelopak matanya.

"Daddy tulun"

Pram tidak menggubris permintaan putra nya, ia tetap menggendong putra nya masuk ke dalam kantor.

Ketika melewati lobi utama, seluruh pegawai yang melihat Pram segera menunduk hormat. Seluruh pasang mata menatap bocah yang di gendong oleh Pram, setahu mereka Pram tidak memiliki anak kecil.

Pram melangkah dengan angkuh, tatapan nya tajam serta atmosfer dingin menyelimuti setiap langkah nya, sangat berbeda ketika di rumah, apalagi ketika bersama putra bungsu nya.

Pram berjalan masuk ke dalam lift khusus untuk nya, tujuan nya kali ini lantai 63 ruang khusus meeting, sementara Gio tetap mengekor di belakang.

"Paman" panggil Raffa pada Gio yang berada di belakang.

"Iya, tuan muda?"

Raffa menggeleng, ia menjulurkan lidahnya ke arah Gio, Bermaksud mengejek. Gio memandang Raffa tetap dengan tatapan datar nya, Kepala nya menggeleng melihat tingkah Raffa.

Ting

Pintu lift terbuka tepat di lantai 63, Pram berjalan masuk ke ruangan satu-satunya yang ada di sana.

Ceklek

Begitu pintu terbuka, para petinggi yang hadir di sana segera bangkit kala melihat Pram melangkah masuk.

Pram mendudukkan putra nya pada kursi yang sudah di siapkan Gio, sementara ia duduk di kursi kebesaran di samping putra nya.

Raffa menunduk kala tatapan semua yang ada di ruangan mengarah pada nya, ia menjadi gugup sendiri.

"Jangan menatap putra ku seperti itu!" Peringat Pram dingin, semua yang mendengar nya segera mengalihkan perhatian dari Raffa.

Meeting di mulai dengan tenang tanpa ada kendala, Raffa jadi bosen sendiri karena merasa tidak mengerti apa-apa.

Raffa merasa sangat kehausan, kerongkongannya terasa kering. Ia berdiri dari kursi nya, mencolek-colek  punggung tegap milik Pram.

Pram menoleh, menatap putra nya yang ingin mengatakan sesuatu.

"Laffa mau susu Daddy" ujar Raffa berbisik.

Pram segera memerintahkan Gio untuk membuatkan susu untuk putra nya, Gio mengangguk patuh kemudian keluar dari sana.

Raffa kembali duduk setelah memberitahu Pram, ia menyimak setiap penjelasan yang ia dengar.

"Terimakasih paman" ujar Raffa setelah menerima segelas susu dari Gio.

"Sama-sama tuan muda" Gio menunduk hormat, berjalan ke belakang kursi yang di duduki Raffa.

Prang!

Semua yang ada di ruangan refleks melihat ke arah Raffa yang menjadi tersangka, tangan nya tidak sengaja menyenggol gelas yang ada di meja hingga membuat nya terjatuh berserakan di lantai.

Raffa menunduk, tangan nya bertaut ketakutan.

"Meeting di lanjutkan minggu selanjutnya" ujar Pram tanpa berbasa-basi.

Para petinggi keluar tanpa membuat keributan, Pram menatap putra nya yang menunduk ketakutan.

"Daddy maaf" lirih Raffa, ia masih menunduk ketakutan.

"It's okey baby, gapapa. Mau jalan-jalan?"

Raffa mengangkat kepalanya mendongak menatap Pram "mau Daddy mau" jawab Raffa antusias.

Pram melangkah keluar dengan menggandeng tangan mungil putra nya, Pram tadi nya ingin menggendong putra nya. Namun Raffa menolak, malu kata nya.

Ting

Pintu lift terbuka, Raffa menarik tangan Pram agar berjalan lebih cepat. Ia sudah tidak sabar untuk jalan-jalan.

"Ayo Daddy cepetan, Laffa tinggal nih"

Raffa melepas gandengan tangan Pram, sedikit berlari untuk sampai ke pintu keluar, sesekali melihat Pram yang masih berjalan di belakangnya.

Bruk

"Aduhhh"

Raffa terjatuh, kepalanya mendongak menatap siapa yang ia tabrak.

Pram yang melihat putra nya terjatuh tergesa-gesa menghampiri nya, Pram berdecih melihat siapa yang putra nya tabrak.

"Pras brengsek!!"

* * *








Continue Reading

You'll Also Like

Istri Kedua By safara

General Fiction

89.5K 2.8K 36
nadilla di paksa menikah oleh suami orang untuk merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan di seluruh badannya dan stroke selama 5 tahun ia di paksa...
137K 8.5K 24
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
623K 58.8K 46
Demi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza...
17M 816K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...