ARRAFFA | Selesai |

By Purplelight_V

1M 91K 12K

[ Belum revisi! ] Arraffa Pratama, remaja yang berusia 13 tahun ini hidup dalam ruang lingkup yang cukup meny... More

S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
G A B U T!
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
P R A N K!
S E M B I L A N
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M
D U A P U L U H T U J U H
DELETED SCANE
DELETED SCANE [ 2 ]
EXTRA PART
Invitation 1

S E P U L U H

39.8K 3.3K 758
By Purplelight_V

Permainan belum usai namun Raffa sudah tertidur dalam gendongan Pram. Aby merenggut kesal karenanya. ingin membalas pun dia tidak berani karena Pram sudah mengingatkan agar tidak menggangu Raffa yang tertidur.

Akhirnya Aby, Sultan, dan juga pandu pulang dari sana. hari juga sudah sore membuat yang ketiganya harus segera pulang.

Pram membawa Raffa ke lantai dua, tempat kamarnya berada. pipi Raffa juga sudah dibersihkan dengan tisu basah oleh Raina.

Raffa sangat kelelahan bermain dari pagi hingga sore. hingga waktu tidur siangnya terlewatkan karena bermain.

Sudah empat jam lamanya Raffa tertidur, jam makan malam hampir tiba hingga membuat Rasya sekarang berada di kamar Pram dan Raina.

"Dek, bangun dulu yuk. makan dulu, nanti tidurnya disambung."

Hening, tidak ada sahutan. bahkan Raffa tidak merasa terusik sedikit pun.

"Dek!" Rasya mengguncang tubuh Raffa dengan pelan. namun tetap saja, tidak ada pergerakan dari Raffa.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka dari luar, Pram masuk ke dalam karena sudah cukup lama menunggu kedatangan Rasya di meja makan.

"Belum bangun?" tanya Pram.

Rasya hanya menggeser sedikit tubuhnya memperlihatkan Raffa yang masih terlelap.

"Baby," Panggil Pram lembut.

Rasya yang berada di sebelah Pram hampir saja tertawa. dia bahkan sudah mengguncang pelan tubuh Raffa namun tidak ada pergerakan sama sekali dan Pram membangunkannya dengan lembut seperti itu, bagaimana mungkin pikirnya.

"Eunghh.. Daddy?"

Rasya tersentak kaget mendengar lenguhan Raffa, bagaimana mungkin? padahal dia sudah memanggil, bahkan mengguncang tubuh Raffa. namun Raffa tidak melenguh, bahkan bergerak sedikitpun tidak.

Raffa yang melihat raut kaget Rasya tersenyum mengejek ke arahnya. anak itu sebenarnya sudah bangun tadi, hanya saja dia ingin sedikit mengerjai Rasya. Rasya yang melihat Raffa tersenyum mengejek ke arahnya membalas dengan tersenyum miring. dia akan memberi sedikit pelajaran pada adik manisnya.

"Daddy, Laffa masih ngantuk."

"Makan dulu, baby!"

Raffa menggeleng. "Laffa tidul aja!"

Rasya menarik hidung Raffa. "Makan dulu, dek. tidurnya dilanjut nanti."

"Daddy, hiks! hidung Laffa jadi kempes."

"Makanya makan dulu, dek, nanti kakak pompa hidungnya."

Rasya berlari keluar setelah mengatakan itu, dia tidak ingin mendengar aduan Raffa.

Pram menggeleng melihat tingkah Rasya. sebelum ada Raffa, Rasya tidak pernah bersikap kekanakan seperti itu.

"Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Daddy! kakak jahat! Laffa mau balas dendam!"

"Putra Daddy mau balas dendam, hm, bagaimana?"

"Laffa mau potong hidung kakak!"

Pram tergelak mendengarnya, tidak ingin lebih lama lagi, pria itu segera menggendong Raffa menuju kamar mandi.

______

"Abang belum pulang, Mom?" tanya Raffa, karena sedari tadi dia belum melihat Rangga.

"Belum pulang, dek, bentar lagi keknya." sahut Rere.

Makan malam kali ini tidak se-sunyi sebelumnya, celotehan Raffa yang tidak henti-hentinya membuat suasana makan malam menjadi lebih hidup. Raffa duduk di pangkuan Pram, kepalanya menyender pada dada bidang Pram, sedangkan Raina yang menyuapinya makan.

Setelah makan malam selesai, semua berkumpul di ruang keluarga. Rasya dan Rere duduk di sofa sibuk dengan ponsel masing-masing. sedangkan Pram kini sedang menimang putranya yang ingin tertidur kembali, Raina berada di samping suaminya yang sedang menimang putra bungsu mereka. wanita itu menyanyikan lagu tidur agar putranya segera terlelap, begitu juga dengan tangannya yang tidak henti-hentinya mengelus rambut hitam milik Raffa.

"Adek udah tidur, Mom?" tanya Rangga yang tiba-tiba ada di sana.

"Keknya udah," jawab Raina. Raffa memang sudah tertidur, namun kelopak matanya kembali terbuka ketika Raina menghentikan elusannya pada rambut Raffa.

"Nanti adek dibawa ke kamar Rangga, Mom!"

"Enggak, Mom. Laffa nggak mau, nanti abang sama kakak siksa Laffa. Laffa tidul sama Daddy sama Mommy aja!"

Padahal tadinya anak itu sudah tertidur. namun begitu mendengar ucapan Rangga kelopak matanya langsung terbuka. Raffa tidak ingin kembali ditindih kaki Rangga, tidak ingin perutnya dililit tangan Rasya. miris.

"Daddy, Laffa nggak mau tidul sama abang."

"Tidurnya sama kakak aja!" sahut Rasya.

"Enggak mau, kakak juga suka peluk Laffa. belat tahu!"

"Tidurnya sama kakak aja, deh!" ujar Rere.

"Laffa nggak mau tidul sama kak Lele!"

"Kenapa, hm?" tanya Rangga. dia berdiri di samping Raina yang masih mengelus rambut Raffa.

"Laffa cuma mau tidul baleng Daddy sama Mommy!"

"Iya sayang, tidurnya sama Mommy, hm?"

Raffa mengangguk, kelopak matanya kembali tertutup.

"Mom, mau susu."

Rere langsung jungkir balik begitu mendengar suara Raffa. dia bahkan sudah melihat kedua kelopak mata Raffa tertutup rapat. apakah adiknya mengigau?

"Adek udah tidur apa belum, Dad?" tanya Rere, dia mendekat ke arah Pram. Rasya dan Rangga yang yang duduk di sofa juga bangkit mendekat ke arah Pram yang masih menimang Raffa, bayi besar mereka.

"Kak Lele, Laffa dengel, ya!"

"Belum tidur, dek?" tanya Rasya.

"Udah kok, cuma telinga Laffa masih dengel suala."

Kelopak mata Raffa memang tertutup rapat, namun telinganya masih bisa mendengar suara dari luar.

Raina kembali dengan segelas susu di tangannya. wanita itu sekarang bingung, bingung bagaimana Raffa bisa minum susu dengan posisi seperti itu.

"Sayang, ini susunya gimana?" tanya Raina pada Raffa yang masih terpejam.

"Pakai dot, Mom!" seru Rere. kini Pram dikelilingi oleh Rere, Rangga, dan juga Rasya. Raina juga tetap berada di samping Pram dengan segelas susu.

"Dot!" ujar Raina kaget.

"Iya, Mom. Rere ambil dulu, Mom. bentar-bentar," Rere berlalu dari sana. kakinya melangkah menuju dapur. lebih tepatnya pada lemari pajang yang ada di dapur, kemarin dia tidak sengaja melihat botol dot di sana.

Rere kembali dengan botol dot di tangannya, dia sudah membersihkannya terlebih dahulu sebelum membawanya keluar.

"Nah ini, Mom!"

Raina mengambil botol dot yang diberikan Rere, dengan hati-hati memindahkan susu yang ada di gelas ke dalam botol dot.

"Mom, kalau adek nggak mau jangan dipaksa." ujar Rasya. dia takut Raffa merasa tidak nyaman dengan itu.

Raina mengangguk mendengar perkataan Rasya. sedangkan Pram hanya diam melihat apa yang terjadi. pria itu terus menimang Raffa agar semakin terlelap. begitu juga dengan Rangga, dia sedari tadi terdiam.

"Sayang, ini sus nya." Raina membawa botol dot tersebut ke bibir mungil Raffa.

"Mommy, ini apa?"

"Botol dek, susunya ditaro di botol aja biar adek bisa tidur lagi." jawab Rere.

Bibir mungil Raffa mulai menghisap susu yang disodorkan Raina. bahkan hisapannya semakin kuat. Rere yang melihatnya terkikik geli. sedangkan Pram, Raina, Rangga dan juga Rasya terpelongo. mereka kira Raffa akan tidak nyaman dengan botol dot yang diberikan Raina, namun apa yang mereka lihat malah sebaliknya.

Tangan Raffa aktif memainkan telinga milik Pram, memutar hingga menjewer. Pram merasa geli sendiri merasakan tangan mungil Raffa memainkan telinganya, biasanya jika seperti ini anak-anak akan lebih cepat tertidur. (Ponakan cewek gue juga gini:V)

Raffa sudah terlelap, bibir mungilnya berhenti menghisap susu, namun tangannya masih aktif bermain di telinga Pram.

"Dibawa ke kamar aja, Dad. biar nyaman." ucap Rangga."Atau mau dibawa ke kamar Rangga aja?"

"Nggak, kalau putra Daddy bangun bisa nangis!" balas Pram, pria itu berjalan ke arah lift diikuti Raina.

"Kesian ck ck ck, padahal Raffa adek kita." ujar Rere.

Rangga dan Rasya yang mendengarnya menjauh dari Rere, keduanya berjalan menuju lift.

"Bangsat, punya abang gitu amat. punya adek juga kek tembok!" Gerutu Rere yang masih berdiri di tempat semula.

Rangga menghentikan langkahnya mendengar gerutuan Rere.
"Mau Abang robek mulut mu!" Rangga berbicara tanpa berbalik badan.

Rere mematung di tempatnya, Rangga paling tidak suka jika ada yang berbicara kasar.

_______

Rasanya baru sebentar Raffa tertidur, kelopak matanya masih enggan terbuka. tangan mungilnya meraba samping kiri dan kanan.

"Daddy, Mommy?" Panggil Raffa dengan suara seraknya. kelopak matanya langsung terbuka, melirik samping kiri dan kanan. Pram dan  Raina tidak ada di sampingnya.

Tangan mungil Raffa mengambil jam yang ada di atas nakas. "Belum pagi," ucapnya.

Raffa bangkit begitu mendengar suara ribut dari bawah, masih membawa selimutnya yang bermotif Frozen.

"Kok libut banget?"

Dorr!

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"

Raffa refleks berteriak ketika mendengar suara tembakan, jantungnya berdetak dua kali lipat. kakinya berlari ke arah arah tangga, tidak peduli dengan selimutnya yang sudah terjatuh.

Raffa berlari tanpa mengenakan alas kaki, berlarian pada tangga yang melingkar dari lantai dua. tepat pada anak tangga terakhir, kakinya tersandung oleh kakinya sendiri. Raffa tersungkur ke lantai dengan posisi tengkurap.

"Wah wah wah, ternyata di sini ada anak kecil."

Raffa yang mendengarnya segera bangkit. "Paman siapa?" tanyanya.

"Manis sekali anak ini, ikutlah denganku."

"Nggak mau, Laffa mau Daddy!"

Pria paruh baya di depannya tidak memperdulikan penolakan Raffa. pria itu menyeret Raffa hingga sampai ruang keluarga.

"Mommy, Daddy, hiks..”

"DIAM!"

Raffa langsung menghentikan tangisnya mendengar bentakan Jordan, pria paruh yang sudah menyeretnya ke sini.

Raffa terisak tanpa mengeluarkan suara. Pram dan Raina terikat menjadi satu. keduanya dipenuhi oleh darah. Raffa ingin berlari memeluk keduanya. namun tubuh mungilnya masih ditahan oleh Jordan, netranya bergerak gelisah. Raffa mengigit kuat bibir bawahnya begitu melihat Rangga, Rere dan Rasya terbaring lemah.

"Lepaskan putraku, brengsek!"

"Daddy, hiks!"

"Kau ingin putramu bukan? hahahaha baiklah-baiklah, aku akan melepaskannya."

Jordan mendorong tubuh mungil Raffa hingga terjatuh tepat dihadapan Pram dan juga Raina. Raina masih belum sadarkan diri, Pram yang melihat Raffa diperlakukan seperti itu mengerang emosi, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa saat ini.

"Daddy," lirih Raffa. anak itu memeluk tubuh Pram dan Raina yang masih terikat. dia menangis tersedu-sedu melihat keadaan Pram yang sangat mengenaskan, apalagi kelopak mata Raina yang masih tertutup rapat.

"Daddy, Mommy, hiks. ba-bangun Mommy, hiks.."

"Kalian terlalu drama!" ujar Jordan.

Raina mengerjap pelan, hingga telinganya bisa mendengar tangisan Raffa.

"Sayang," lirih Raina.

"Mommy, hiks.."

Raffa kembali menangis melihat Raina yang meneteskan air mata, tubuh mungilnya masih memeluk Pram dan juga Raina.

"Sayang, Mommy mohon lari dari sini. lari sejauh mungkin!"

Raffa menggeleng. "Laffa mau di sini, hiks.."

"Daddy mohon, lari sejauh mungkin dari sini!"

"Jangan paksa Laffa. Laffa mau di sini!"

"Sayang, tolong dengerin Mommy."

"Mommy, hiks.." Raffa kembali menangis histeris. bagaimana bisa dia meninggalkan keluarganya disaat seperti ini.

"Lari sayang lari, Mommy mohon." Pinta Raina dengan suara bergetar.

"Wah wah wah, kalian ternyata pandai berakting!" ucap Jordan.

"Sudah cukup, sekarang aku akan melenyapkan kalian semua!"

"Ah ya, anak manis. kau juga akan ikut dengan orang tua mu."

Raffa melepas pelukannya. anak itu mundur ke belakang hingga kakinya berhenti tepat dihadapan tubuh Rangga, Rere dan Rasya yang tergeletak tidak berdaya.

"Abang bangun, hiks.. kakak, hiks.. kak Lele bangun, hiks. Laffa janji nggak bakal malah lagi sama kak Lele, bangun kak, bangun hiks!"

Tetap tidak ada sahutan dari ketiganya, Raffa melihat sekeliling mencari celah untuk kabur. namun nihil, pengawal bahkan sangat banyak hingga memenuhi ruang keluarga.

"Paman hiks, Laffa mohon ja-jangan saki-

"DIAM!!"

Raffa langsung menghentikan ucapannya mendengar bentakan Jordan. anak itu sangat takut saat ini, dia bahkan tidak bisa meminta tolong pada siapapun.

"Rendra, pegang anak itu!"

"LEPASKAN PUTRAKU, BRENGSEK!!" Teriak Pram, namun hanya dianggap angin lalu oleh Jordan

Rendra, tangan kanan Jordan segera mengunci tubuh mungil Raffa. tangis Raffa semakin kencang, menangisi dirinya yang tidak bisa melakukan apa-apa.

Dorr!

Dorr!

Dorr!

Dorr!

Dorr!

Tubuh mungil Raffa meluruh ke lantai melihat seluruh keluarganya sudah tidak bernyawa. Raffa menangis histeris dengan menjambak rambutnya sendiri.

Melihat sekelilingnya sedikit lengah. Raffa merangkak mendekati pintu keluar, bangkit kemudian berlari secepat mungkin.

"Daddy, Mommy, abang, kakak, kak Lele hiks.. Laffa halus ke mana?"

Raffa terus berlari, dari kejauhan Raffa melihat gerbang yang menjulang tinggi. kaki mungilnya semakin cepat, dia bahkan tidak tahu jalan di daerah sini. sejak pertama kali dibawa ke sini, Raffa belum pernah ke luar, bahkan keluar dari gerbang mansion pun belum pernah.

"Laffa halus kemana, hiks.."

Raffa sudah melewati gerbang mansion, anak itu sesekali menoleh ke belakang. para pengawal sangat banyak di belakang yang mengejarnya, rasa sakit pada telapak kakinya dia hiraukan. dia harus lari sejauh mungkin.

Brukk!

Tubuh mungil Raffa terpental jauh, mobil Van hitam menabraknya dengan sangat keras. Raffa meringis kesakitan, seluruh tulangnya terasa hancur. pandangannya mulai kabur karena darah yang mengalir dari kepalanya.

"Daddy, Mommy, abang, kakak, kak Lele, Laffa kesaki-

Uhuk! uhuk!

Darah segar keluar dari mulutnya, matanya mulai tertutup rapat. namun, samar-samar Raffa merasakan tubuhnya diangkat oleh seseorang. hingga darahnya mengenai pakaian orang yang telah menolongnya.

_______

Continue Reading

You'll Also Like

Balance Shee(i)t By Raa

General Fiction

63.1K 5.3K 42
Padahal kan ingin Mosha itu agar mereka dijauhkan bukan malah didekatkan. -·-·-· Mosha, mahasiswi jurusan akuntansi ingin kehidupan kuliahnya seperti...
Gus Fahry By yaa_rhm

General Fiction

3.5M 269K 60
"Diantara semua nikmat yang ada, Una adalah nikmat termanis yang pernah Aa' terima," -ungkap Fahry tulus pada una *** "Una harus nikah sama Gus Fahry...
302K 40 6
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
Istri Kedua By safara

General Fiction

112K 3.5K 38
nadilla di paksa menikah oleh suami orang untuk merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan di seluruh badannya dan stroke selama 5 tahun ia di paksa...