Undercover ╏ SooGyu ✓

By hanwistereia

163K 17.2K 5.3K

[lokal-AU] pura-pura pacaran sampai lupa kalau cuman pura-pura More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
12.2
13
14
15
16
17
17.2
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
29.2
30
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
51.2
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71 - last
childish flower (1/3)
childish flower (2/3)

31

2.3K 253 157
By hanwistereia

⚠ ️warning gak ya(?) pokoknya: ciuman enak and explicit content

yha, gue tahu ini yg ditunggu sebagian besar oleh klean hm




ღ。◦◝。



Tera baru bangun—ah, enggak. Dia bahkan gak niat bangun sepagi itu hari itu, tapi gara-gara ponselnya nyala sehabis terakhir kali alarmnya dimatiin setelah 3 kali bunyi tapi selalu dimatiin, Tera jadi hapal kalau dering kali ini beda sama bunyi alarmnya.

Masih setengah merem, Tera melirik layar ponselnya sedetik sebelum menyahuti panggilan telepon. "Halo?"

"Tera sayang, baru bangun ya?"

"Hhm..." Tera menggumam sebagai jawaban tanya Kai.

"Kalau gitu biar bangun, mau ikut panik bareng gue gak?"

Tera gak panik, tapi matanya langsung melek sepenuhnya karena bingung. "Hah?"

"Sekarang udah jam 10—mau jam 11 sih tepatnya—tapi Sandi gak ada di kamarnya. Sepatunya juga gak ada di rak. Gue tanya bang Raffi katanya emang gak lihat dari semalam di kosan. Tanya Felix katanya gak ngehubungi dia sama sekali. Di-chat gak diwaro, ditelepon gak dijawab, wa-nya juga ceklis satu. Dia ada di kamar bareng Bayu gak?"

"Nggak tahu gue, emang kenapa sih?"

"Soalnya sekarang mau alokasi materi. Kan bentar lagi mau ospek, sayang."

"Oh, ya..." Tera merem sejenak terus merenggangkan badannya, terus guling-guling di tempat baru bangun dan beranjak dari kasur. "Tar deh gue cek ke kamarnya."

"Oke sayang, agak dipercepat ya!"

Sampai depan kamar Bayu, Tera langsung menggedor pintu kamar sang empu. "Bayuuuu, Bayuuuu, samlekoooomm! Bayuuuuuu!"

"...." hening. Gak ada jawaban.

Tera coba gedor-gedor lagi. "Misiii, pakeettt!"

"...." masih gak ada jawaban.

"Gimana, Ra?" tanya Kai lagi.

"Gak tahu, gak ada jawaban." Tera melongok ke lantai bawah. Ada yang nangkring di ruang tengah. "Maass, sempet lihat Bayu gak?!"

"Bayu? Enggak lihat deh kayaknya." sahutnya.

"Jendela kamar dia kebuka gak? Biasanya kalau ada orangnya jendelanya suka dibuka." yang lain balik nanya.

"Gak dibuka bang!"

"Berarti gak ada. Gak pulang kali atau dah pergi."

Tera malah jadi bengong sambil megangin ponsel di telinganya. Gak fokus sama suara Kai yang manggil-manggil.

"Tera!" Abang panggil lagi, "Coba wa aja, aktif kagak?"

"Oh, iya bang!" sahut Tera kemudian beralih lagi ke Kai sambil jalan balik ke kamarnya. "Kata gue mereka gak pulang soalnya ngewe di hotel."

Kai menghela napas penuh beban di sana. "Gue gak peduli mereka mau ngewe atau ngapain, TAPI KENAPA HARUS HARI INI SIH NGILANGNYA?!"


ღ。◦◝。


Iya ya, kenapa Sandi—dan Bayu—harus hilang hari ini sih?

Nggak tahu. Sama seperti Sandi gak tahu kapan Bayu bakal bangun. Tidurnya pulas banget padahal semalam juga gak tidur malam-malam amat, jam 11 sudah berhenti ketawa-tawa di tengah ngobrol sambil tukar peluk di kasur kamar penginapan.

Belum dibilang, jadi—ekhem—setelah saling confess satu sama lain dan closing pakai ciuman di bibir, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pas hujan berhenti. Dan malamnya, pergi ke penginapan karena, yah... kalau balik ke kosan, jelas mereka gak bisa kelonan sampai siang.

Jam dinding di atas televisi menunjukkan pukul 9 pagi—kurang beberapa menit tepatnya. Masih cukup waktu kalau mereka mau keluar mencari sarapan karena penginapan di sini gak nyiapin sarapan, lagian mereka juga cuman check in buat sehari.

Jadinya Sandi putuskan buat muas-muasin diri pandangi wajah tidur pacarnya. Semalam Bayu sempat mengigau bilang, "maaf deh, mekdi lagi...", Sandi gak tahan buat senyum kalau ingat. Lucu banget. Gak tahan buat enggak usap-usap lembut sisi wajah Bayu. Telunjuknya juga sempat mainkan anak rambut Bayu yang tersampir di wajahnya sebelum kemudian diselipkan ke belakang telinga.

Manis. Manis banget. Sandi gak tahan buat gak mengimbuhi kecupan-kecupan lembut. Satu di dahi, dua kali di bibir, dan yang lama di pipi tembam Bayu.

"Hngh..." namun agaknya Bayu cukup terusik oleh ciuman penghantar bangun tidur—yang gak dimaksudkan—Sandi. Cowok yang lebih kecil bergerak di tempat yang kemudian malah ditarik dalam rangkul supaya gak kemana-mana, tapi malah bikin Bayu jadi sadar.

"Hhn—Sandi?"

"Hm?"

Masih setengah sadar dan terpejam, Bayu balik memeluk tubuh besar Sandi. Menggumam pendek di sana sebelum berceletuk, "Laper..."

"Baru bangun padahal."

Nyengir Bayu meski gak bisa dilihat. Lantas dia bergerak naik, memposisikan dirinya jadi sehadap dengan Sandi. "Mau kiss."

"Gue belum sikat gigi."

"Gue juga, tapi mau kiss." tanpa menunggu, Bayu langsung saja mendekatkan wajahnya menjumpai bibir Sandi dengan miliknya.

Cium yang Bayu maksud bukan sekedar little peck seperti yang dilakukan Sandi sebelumnya. Kiss yang Bayu minta sedikit lebih dalam. Pastinya pun jauh lebih mujarab menarik kesadarannya.

Sandi yang lebih dulu menarik wajahnya. "Udah?"

"Udah." Bayu mengangguk. "Mau makan, laper."

"Ya udah, ayo makan keluar. Cuci muka sama sikat gigi dulu."

"Sekalian checkout?"

"Enggak, entar aja," lagian males di kosan pasti dicariin.

Sandi beranjak duluan setelah mengimbuhkan kecup di hidung.

Bayu turut bangun, tapi masih duduk di kasur. Dia merentangkan tangannya.

"Gendong!"

Bayu sudah senang ketika Sandi mendekat lagi menghampirinya, tapi malah menjerit karena Sandi malah menarik kakinya.

"GAK JADIIIII! IYA IYA, GUE JALAN SENDIRI! AAAAA SANDI LU BANGSAAATT!!"

Beneran Bayu diseret sampai turun dari kasur dan malah langsung ditinggal ngeloyor pas kepala Bayu terantuk pinggir kasur membuatnya mengaduh.

Ciuman doang enak, bangsatnya masih gak hilang.


ღ。◦◝。


Habis sarapan sama bubur ayam, mereka gak langsung balik ke penginapan.

Bayu minta mampir dulu ke mini market, tapi cuman buat beli fruit tea sama vitacimin. Gak ngerti juga kenapa dia beli, padahal tadi Bayu juga sudah minum banyak. Apalagi vitacimin, buat apa coba? Masa' iya bibirnya tiba-tiba sariawan? Perasaan semalam Sandi gigitnya pelan deh, yang rada gragas malah Bayu tapi untung Sandi cukup mampu buat mengambilalih.

Yah, TMI.

"Mau, San?" Bayu nawarin vitacimin yang masih utuh yang langsung ditolak, soalnya dia gak terlalu suka asam.

Bayu cuman mengangguk terus ngantungin vitaciminnya, gak dimakan. Malah minumin fruit tea-nya sendirian.

Balik ke penginapan dan masuk kamar, baru Bayu nawarin fuit tea-nya ke Sandi yang langsung diterima karena kebetulan dia haus lagi. Langsung habis juga karena memang tinggal seperempatnya.

Lantas tiba-tiba saja, Bayu menabrak Sandi.

Lengan digantung di tengkuk yang lebih tinggi buatnya menunduk seketika yang langsung diserobot Bayu dalam ciuman. Ciuman yang sama kayak tadi pagi. Mulut dibuka lebar buat lidah langsung saling belit satu sama lain. Terus ikat sampai dalam, sampai badan terus bungkuk yang langsung ditahan lengan panjang Sandi di pinggang sang cowok Maret. Menarik balik tubuh keduanya ke arah sebaliknya. Bayu diangkat jadi bergantung ke tubuh yang lebih tinggi, tungkai panjangnya dilipat membelit pinggang Sandi.

Ciuman dilepas tanpa betul-betul terputus dengan adanya benang saliva mengikat. Iris saling tatap sejenak sebelum tubuhnya dibawa mendekati kasur. Sambil dibaringkan ke atas ranjang, bibir kembali dijumpa dengan lidah yang pertama kali bertemu di luar sebelum kembali menyatu ketika Sandi merangkak di atas Bayu yang berbaring.

Tangan besar Sandi usap naik dari paha luar celana Bayu yang tungkainya menjepit tumpuan lutut Sandi. Beri pijat pelan kala mencapai pinggang sambil meraba-raba sekitar perut bawah dan memutari pinggul belakangnya.

"San—" Bayu terengah lepas deru napas tatap Sandi di atasnya. Padahal Sandi gak betul-betul menyentuhnya, tapi sekelebat beri efek kejut buat merinding.

Rambut di samping mata disisir ke atas lantas tangannya bertahan membelai di pipi tembam Bayu. Kemudian ibu jarinya turun mengusap bibir tipis yang basah, separuh terbuka yang setengah-setengah dimasukkan sebatas ujung jempolan.

Sandi menggeram pelan.

"Sengaja ya... fruit tea?"

Bayu tersenyum, nyaris jilat ujung jari Sandi. "Iya."

Bibir diusap sekali lagi sebelum jatuhi lumatan singkat di sana.

"Vitacimin juga?"

"Iya—tapi lo gak suka asam."

"Kalau gitu kenapa gak pakai permen?"

"Mainstream."

Lantas Sandi menurunkan wajahnya buat saling menumpukan dahi.

"Buat gue, sama elo... semuanya yang pertama."

Bayu bergumam pelan.

"Tapi buat lo—" Sandi membelai pipi Bayu dengan jemari panjangnya yang turun sampai ke rahang. "—gue bukan yang pertama."

"Hhn—" Bayu berjengit tertahan kala Sandi setengah mencekiknya main-main.

Kerah kaus Bayu ditarik lantas menunjukkan tulang selangka yang lebih lebar dan pundaknya. Bayu bisa menebak kalau Sandi akan mengarah ke sana, tapi dia tidak menebak kalau Sandi akan menggigitnya di sana. Cukup kuat buat Bayu langsung menjerit.

"Akh—San!"

Bekasnya langsung terbentuk berimbuh jejak merah dan basah yang kemudian dikecupi sayang. Satu kali. Dua kali. Tiga kali—kemudian bergeser naik mencapai tengkuk dan cuping telinga Bayu.

"Lo punya gue." Sandi bisa merasakan ketegangan sang sub yang cekalan di lengannya mengencang.

Cuping telinganya dikecup sebelum disusul bisikan lainnya. "Punya gue. Lo punya gue, Bayu."

Kemudian Sandi turun lagi, gigit adam apple yang menonjol punya Bayu membuatnya langsung mendesis.

"Punya gue." cup. "Bayu Crissana, lo punya gue."

[18-06-2021]

fag ini sandi siapa yg ngajarin anying dah lah aku muk khayang heup

jangan ditunggu tahap(?) lebih lanjutnya 🙏

Continue Reading

You'll Also Like

72.1K 11K 17
-',✎ Hanya kisah seorang Han Jisung si pembaca kematian. -', ✄ Collaboration with : @leehalq
108K 18.2K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
1M 84.9K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
53K 7.7K 38
Ketika dunia tidak lagi sestabil dahulu kala, ketika para elit negara memainkan monopolinya, kegelapan seolah menyelimuti bumi. Cahaya seredup apapun...