Undercover ╏ SooGyu ✓

By hanwistereia

163K 17.2K 5.3K

[lokal-AU] pura-pura pacaran sampai lupa kalau cuman pura-pura More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
12.2
13
14
15
16
17
17.2
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
29.2
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
51.2
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71 - last
childish flower (1/3)
childish flower (2/3)

30

2.2K 250 78
By hanwistereia

Diharapkan buat menyiapkan bantal atau guling atau sarung atau pentol dalam jangkauan ketika membaca ini. Thank you, neomu arigatou gracias pew 🙏









ღ。◦◝。




Sandi baru mau nyuap potongan bakso tapi batal pas sadar-daritadi sih sebenarnya-kalau Bayu terus menatapnya sejak mereka pergi menjauhi tengah kota, kemudian sampai di daerah pegunungan dan mampir ke warung bakso untuk makan siang. Bahkan sampai dua porsi bakso mereka datang, Bayu masih setia menatapnya kendati dua tangannya sudah siap memegang sendok dan garpu.

Sandi menghela napas, "Dimakan baksonya, bukan ngelihatin gue."

"Mau lihat lo makan."

Sandi langsung menyuap baksonya yang tertahan sebelumnya. "Gue udah makan. Nah, sekarang lo makan."

"Mau lihat lo makan, ngunyah terus nelen."

"Lo gue suapin juga lama-lama."

Terkesiap Bayu terus buru-buru merunduk mengarah ke mangkok baksonya yang mulai diaduk-aduk sebelum memakannya.

"Pe-pedes ya ternyata sambelnya, tapi enak." kata Bayu bohong sepenuhnya meski pipinya merah.

Yah, keduanya tahu alasan rona itu muncul.

Tapi Sandi membiarkan, bikin keduanya jadi terjebak hening tanpa ucap selain denting alat makan.

Tapi Bayu gak tahan.

"San," panggilnya.

"Apa?"

"Ngomong dong."

"Ngomong apa?"

"Apa aja." Bayu melirik Sandi di depannya. "Ngomongin... apa kek. Kita mau ngapain-eh, ya jalan-jalan sih, nanti makan jagung bakar. Terus nanti pulangnya mau ngapain? Makan lagi? Ya iya sih, pasti makan lagi. Lo kan sering bilang bakal bikin gue banyak makan. Makan apa ya? Kalau masih di daerah sini nasgor kayaknya enak. Kita kayaknya lebih sering makan di emperan ya dibanding di resto. Jalan-jalan juga jarang ke mall, paling mentok ke gramed atau Superindo. Etapi itu mah gak ke mall juga bisa—kenapa jadi gue bacot sendiri? Ah! Lo ngomong apa gitu, kek!"

Sandi malah menggelengkan kepalanya. "Gak mau."

"Resek lu,"

Di luar dugaan, Sandi malah tertawa pelan. Lantas ditatap Bayu tepat di matanya. Gak lama tapi lekat dan terasa intimnya sampai bikin Bayu berjengit gugup seketika.

"Gue suka dengerin lo ngomong. Gue suka elo."

Bukannya malah bikin Bayu ngomong, Sandi malah bikin Bayu lupa caranya ngomong.

Lihat Bayu yang malah diam, bukan cuman suaranya yang mendadak bisu tapi juga geraknya mendadak tidak geming, Sandi yang malah berujar.

"Dimakan Bay, perjalanan kita masih lumayan jauh."


ღ。◦◝


Benar, perjalanan mereka masih lumayan jauh.

Mereka baru seperempat jam di perjalanan, tapi langit mendadak mendung pekat. Disusul gemuruh yang sempat mengagetkan karena efek pantul suaranya yang terlalu kencang. Coba cari tempat warung atau pangkalan buat menepi, tapi yang mereka lewati cuman sawah dan kebun di kanan-kiri. Pengendara motor lain di belakang dan di depan juga cuman bisa terobos terus.

Gak perlu menunggu lima menit, hujan turun begitu saja. Tumpah butirnya meruah menghantam seluruh yang di muka bumi. Bayu spontan merapat memeluk pinggang Sandi yang otomatis menarik gas stir semakin dalam. Agak susah sih, sebab selain jalanan jadi licin karena air, tapi juga menanjak yang kalau cuman asal ngebut malah bikin motor terjungkal berbalik kan gak lucu.

Tapi mereka masih beruntung. Gak sampai membiarkan hujan membasahi seluruh tubuh, ada bekas warung semi permanen yang posisinya di pinggir jalan—agak menjorok ke dalam bagian sawah. Tapi lumayan kalau cuman buat meneduh. Ada juga bangku panjang di sana yang pasti penuh debu.

Sebelum duduk, Sandi memastikan kalau bangkunya masih kuat. Kalau kotor sih gak begitu masalah, mereka juga sudah setengah basah terguyur air.

"Pelan-pelan duduknya, di ujung bangkunya disanggah batu, berarti tingginya gak sama." kata Sandi yang diangguki Bayu sebelum perlahan menyusul duduk di sebelah Sandi. Helm masing-masing di letakkan di sisi tubuh yang kosong.

"Semoga gak ada yang aneh-aneh muncul."

"M-maksudnya?"

"Ular misal..." Bayu menatap serius.

Oh, dikirain. Sandi batal parno.

Bayu menyisihkan poni rambut yang basah, namun di tengah itu, tangan Sandi terulur buat menyisir pelan rambut panjang pacarnya. Sebagian diselipkan ke belakang telinga.

Mendadak Bayu termangu di tempat. Membiarkan jemari panjang Sandi mengurusi rambutnya padahal rambutnya sendiri dibiarkan setengah lepek di atas dahinya yang polos.

Dari wajah, tangannya turun perlahan mengusap rahang menyeka tetes air kemudian turun lagi mencapai tengkuk.

"Mending lo buka denim lo deh, airnya kayaknya merembes. Entar malah masuk angin."

"O-oh, y-ya, bener juga..."

Gagap yang cuman bisa dirutuki dalam hati dialihkan dengan menuruti saran Sandi. Jaket denim dibuka, dilebarka sesaat sebelum dilipat asal dan diletakkan di atas pangkuan.

Lengan polos dari batas ujung lengan kaus pendek diusap oleh Bayu supaya jadi lebih hangat, menyesuaikan suhu sekitar ditambah hujan. Meski Bayu gak terlalu keberatan dengan udara dingin, tapi tentu Sandi gak bisa membiarkannya begitu saja. Cowok kelahiran Desember itu mendekat, melebarkan lengan panjangnya merangkul Bayu mencapai pundak satunya.

"S-San-"

"Jaket lo... itu yang lo lukis sendiri gak sih?" tatapan Sandi mengarah ke motif denim di pangkuan Bayu.

"I-iya, lo... tahu?"

"Gue inget."

"Inget gambar gue?"

"Inget lo pernah bilang."

"Kapan gue pernah bilang?"

"Pas ditelepon, masih awal-awal dulu. Gue tanya, lo lagi ngapain? Lo bilang lagi ngegambar aja. Gue tanya, ngegambar apa? Gue malah dikatain kepo, bawel, tapi lo jawab juga akhirnya. Lagi ngelukis di denim."

Bayu terdiam dulu sejenak. "Itu... kayaknya udah lama banget ya? Kok lo masih inget?"

"Kenapa juga gue harus lupa?"

Bayu gak tahu harus menyahut apa. Bukan gak tahu, tapi gak bisa. Bukan karena tanya balik Sandi yang membuatnya kehilangan pita suaranya seketika, melainkan tatap lekat dari sepasang kelam kala wajahnya terangkat menatap Bayu sejarak dua jengkal tangan.

Bayu jadi bisa menatap memar yang tentunya gak akan tiba-tiba hilang begitu saja. Pasti sakit. Sandi harus repot-repot memiliki bekas dan merasakan sakitnya gara-gara itu. Gara-gara dia.

Gara-gara Bayu.

"Sandi,"

"Hm?"

"Makasih..."

"'makasih' buat apa?"

"Buat... semuanya." Bayu menarik napas dalam-dalam buat mengalihkan gemuruh kencang di dadanya. "Buat lo peduli sama gue, buat elo ada buat gue. Buat elo yang cemburu sama Karam, buat elo yang repot-repot anter-jemput gue. Buat elo—"

Jadi beneran suka sama gue.

"—jadi suka beneran sama gue." pundaknya serasa luruh lepas beban, tapi dadanya masih dipenuhi gemuruh sesak. "Makasih."

Kepala Bayu turun perlahan seiring wajah Sandi yang turut semakin merendah mendekati wajah Bayu, tapi tatap keduanya gak dilepas sama sekali.

Justru sebaliknya. Semakin dekat, semakin kuat.

"Makasih," ucap Bayu berubah bisik. "Makasih banyak, Sandi. Gue sayang elo."

"Gue juga sayang sama elo, Bayu." sahut Sandi langsung.

Bayu pikir mereka masih bertaha di posisi yang sama. Jarak yang sama. Tatap netra yang sama. Ketika semua itu terjadi sebaliknya.

Tangan Sandi telah merangkul turun menarik pinggang Bayu kian mendekat bersama jarak antar wajah yang kian memendek sampai hilang-nyaris hilang sesaat Sandi berbisik di atas bibir Bayu yang terbuka.

"Can I?"

Bayu melirik Sandi, "How you can't?"

Tatap keduanya terputus karena terpejam, tapi raga mereka tidak ketika Sandi akhirnya menjemput bibir Bayu untuk kedua kalinya. Kali ini, bersama seluruh kesadaran akan perasaannya.

[14-06-2021]

yg lewat warung be like:

Wkwkwkwkkw aku kan dah bikin draft ini dari lama, terus liat itu langsung keinget chap ini 😭😭😭

Continue Reading

You'll Also Like

22.7K 1.9K 13
[Hogwarts] Semua ini karena ulah teman-teman Hanbin yang membuatnya minum ramuan abal-abal. Tapi, Hanbin terlihat menyukainya. dom! Sung Hanbin sub...
53K 7.7K 38
Ketika dunia tidak lagi sestabil dahulu kala, ketika para elit negara memainkan monopolinya, kegelapan seolah menyelimuti bumi. Cahaya seredup apapun...
238K 11.7K 12
Sebelum baca follow dulu. Setelah baca vote & komen ya. Blurb: dulu Razan tidak akan sedih atau terluka jika ada yang membencinya. Kenyataannya se...
58.6K 6.5K 45
Zhang Hao, seorang pemuda yang selama ini tinggal di Panti Asuhan yang hidupnya biasa saja. Dia mendapatkan beasiswa yang sangat berarti bagi dirinya...