ALTER

By nopitapll_

3.4K 328 202

𝐋𝐞𝐞 𝐓𝐚𝐞 𝐨𝐡, 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐚𝐲𝐚𝐡 𝐀𝐢𝐥𝐲 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐡𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐌... More

I. Foederis
II. Coactio
IV. Affare
V. Red Room

III. Prisonnier

471 55 48
By nopitapll_

.
.
.

.

.
.

| 🍷A L T E R 🍷|

Setelah beberapa menit kepergian Vee dibalik pintu. Aily menatap kembali pintu tersebut, takut jika ada seseorang yang menguping, lalu Aily mengedarkan pandangan nya keseluruh kamarnya tepatnya adalah kamar milik Pria yang semalam berhasil menyiksa dirinya dengan perilaku yang tidak pantas-seperti memperlakukan hewan.

Aily yang teringat akan kejadian semalam itu teriang kembali didalam pikiran nya, Aily berusaha menolak perbuatan Pria itu karena semakin menjadi-jadi hingga Aily tak sanggup menyeimbangi hormon Pria yang berhasil membuat nyali Aily menciut. Aily yakin disini tidak ada kamera pengawas atau kamera tersembunyi, jika ada maka Aily harus berhati-hati saat menelpon seseorang nanti.

Aily mencoba untuk menenangkan detak jantungnya, dirinya menghela napas kasar lalu meremat erat ponsel yang sekarang berada pada genggaman nya. menatap sejenak ke benda canggih tersebut, Aily menekan tombol agar layar tersebut menyala setelah itu mencari nomor yang dituju saat ini.

Sebenarnya Aily ragu akan hal ini. Jika dirinya berniat menelpon seseorang maka apa yang harus dia bicarakan nanti di telepon, mengatakan sejujurnya jika dirinya diculik atau dirinya dijual oleh Ayahnya sendiri karena hutang. saat melihat nomor teman dekatnya, banyak chat pesan dan nomor panggilan tak terjawab dari Jaemin yang masuk lewat pesan nya, Aily sudah menduga ini akan terjadi.

Setelah Aily berpikir dan berakhir dengan pilihan mengubungi Jaemin dan menanyakan kabar Pria itu. "Jaemin, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Aily dengan nada senormal mungkin, menghilangkan kegugupan nya takut jika gerak-gerik pembicaraan dirinya dengan Jaemin terpantau oleh kamera tersembunyi.

"Buruk." jawab Jaemin, membuat Aily mengernyit karena tidak paham maksud tadi Jaemin. "Aku menelpon mu berkali-kali tapi tidak kau angkat. dan sekarang kau tidak masuk sekolah. apa terjadi sesuatu denganmu, Aily? tidak biasanya kau mengabaikanku walau hanya semenit." Aily mendengar nada Jaemin yang begitu pelan namun Aily tahu Pria diseberang telpon ini sedang menahan amarah.

"Jae ... kau tidak perlu khawatir, aku sedang bersama Ayahku. dan aku baru saja mengisi pulsa." Aily bingung harus menjawab apa kepada Jaemin. "Bukan nya Ayahmu sudah tidak mempedulikan mu lagi. bahkan saat Ayahmu tengah mabuk, kau hampir diperkosa Aily!" Itu memang benar, Aily hampir hancur jika saja Jaemin tidak menolong nya waktu itu.

"Kau benar ... tapi beliau tetaplah Ayahku." jawab Aily, "aku tahu, Ayahku sekarang sudah berubah Jae. tapi tidak dengan hatinya, aku masih bisa melihat-"

"Keras kepala. aku sudah mendengar kalimat itu berulang kali. kau tetap bersikukuh untuk tinggal bersama Ayahmu, tidak bisakah kau meninggalkan dia untuk keselamatan mu sendiri?" Aily terdiam, menatap jam dinding. tidak terasa dirinya meluangkan waktu 15 menit bersama Jaemin, Aily harus mengatakan yang sebenarnya kepada Jaemin.

"Jaemin, aku ingin mengatakan sesuatu." bisik Aily melalu telpon yang masih ada di genggaman nya dengan sedikit menutup speakernya agar tidak ada yang bisa mendengar percakapan nya dengan Jaemin.

"Hmm ... katakan, Aily." Aily menatap was-was kearah setiap sudut dinding. Aily semakin meremat ponselnya dan menelan air ludahnya yang kering, Aily mencoba untuk membuka mulutnya dan mengucapkan yang sebenarnya apa yang terjadi dengan nya.

"A-aku sekarang berada jauh dari kota." Aily meremat pakaian nya sendiri, menggigit bibir bawahnya dan mengatakan. "Ayahku-" tiba-tiba saja panggilan terputus, Aily yang terkejut itu menatap ponselnya dengan bingung. Ternyata sinyal disini sangat tidak mendukung, Aily berdecak kesal karena ponsel yang dimilikinya juga kehabisan baterai.

Aily berjalan dan duduk di pinggir ranjang, menghela napas kasar dan menatap pintu yang dibuka lalu seorang perempuan masuk dengan pakaian maid sedang berjalan kearahnya dengan membawa nampan berisikan makanan dan cemilan ditambah minuman air putih. Aily menatap jam dinding kembali, hari sudah menunjukkan pukul jam siang.

"Nona ... Saya membawa makan siang, silahkan dimakan. jika Nona membutuhkan sesuatu, panggil Saya." Aily hanya mengangguk pelan dan sebelum pelayan hendak pergi, Aily menghentikan langkah pelayan tersebut. "Aku ingin bertanya, dimana Bibi Rin?" Aily beranjak dari duduk dan mendekati pelayan tersebut.

Pelayan dengan rambut panjang yang di kepang satu itu menunduk dengan sopan dan berkata. "Saya tidak tahu, Nona. permisi." setelah pelayan itu menjawab pertanyaan Aily, Pelayan itu keluar dan menguncinya di kamar ini.

Aily menatap pintu itu yang tertutup kembali, ia jadi tidak mood makan karena dirinya dikurung seperti hewan yang terjebak dalam sangkar. lalu berjalan kearah jendela tepatnya arah balkon, Aily dengan berani membuka pintu balkon tersebut. Angin semilir menerpa wajah Aily, hembusan angin sejuk membuat pikiran Aily menjadi lebih segar meski hari telah menunjukkan pukul siang dan Aily mendapati sosok yang dirinya benci, Pria yang angkuh dan tidak berperasaan itu sekarang sedang berbincang dengan orang asing-menurut Aily.

Aily menatap mata tajam itu hingga tidak sadar dirinya di perhatikan oleh salah satu anak tangan kanan Vee. Aily terus menatap mata tajam itu tanpa peduli sekitar, menatap dengan serius sehingga mata tajam itu beralih menatap dirinya yang berada di atas balkon. Aily kesigap, dirinya menjadi gugup karena mata itu seolah-olah mengulitinya dari ujung kaki hingga atas kepala.

Aily menggigit bibir bawahnya dan meremas pembatas balkon lalu berlari dan masuk kedalam kamar, menutup pintu balkon dan duduk di pinggir ranjang. menormalkan detak jantung nya yang kencang seperti habis lari maraton di siang bolong, Aily mengambil gelas berisikan air putih lalu meneguk nya hingga kandas. tatapan penuh iminidasi, seringai tipis yang jelas ditunjukkan kepadanya, dengan kedua bola mata yang menggelap itu tidak bisa dimengerti oleh Aily.

Apakah, Pria itu marah? Batin Aily.


Aily membuka kedua kelopak matanya, mengerjap sejenak demi menetralkan pandangan nya. Aily melihat langit dari balik jendela balkon yang sudah gelap tanda dirinya ketiduran ketika dirinya melamun dan berakhir berbaring di ranjang yang empuk tersebut. Aily tidak ingin bangkit dari ranjang tersebut, dirinya tadi juga tidak makan siang karena mungkin efek kecapekan dan Aily sedang tidak ingin makan.

Tapi Aily harus menunda waktu rebahan itu, karena suara berat tersebut mengalun di pendengaran nya. Aily berjengit kaget, tubuhnya gemetar, menelan ludahnya kasar dan menggigit bibir bawahnya. Aily tahu cepat atau lambat pasti Pria itu kembali karena ini adalah kamar milik sang Tuan, pemilik mansion ini.

"Aku tahu, kau sudah bangun."

"Apa tidurmu nyenyak, Nona?" kalimat dan nada mengejek itu di tunjukkan oleh Aily. Aily hanya menghembus napasnya kasar lalu dirinya bangkit dan duduk di tepi ranjang tanpa menoleh ke belakang, Aily hanya bisa melihat balkon dan langit gelap. Aily ingin lari dari sini, namun bagaimana caranya? dirinya sudah terjebak tapi Aily harus berusaha untuk kabur dan menyelamatkan Ayahnya, agar Aily bisa bekerja kembali dan melunasi hutang itu semampunya.

"Kau mulai membangkang." suara berat itu mengalun lagi dipendengaran nya, menggema di seluruh ruangan. Aily meremat sisi pakaian nya, untuk menghilangkan rasa takut serta gugupnya yang tidak hilang sejak Pria itu ada disini.

"Maaf ... apa maksudmu, Tuan?" tanya Aily sebisa mungkin untuk menghilangkan aura gelap yang mengelilingi ruangan tersebut.

"Kau tidak menjawab pertanyaan awalku, tawanan." jawab Vee, "dan sepertinya kau tidak di ajari tata krama dan sopan santun." sambungnya lagi. kesabaran Aily mulai habis, dirinya beranjak dan berjalan menuju Vee yang ternyata duduk di sofa sebelah nakas. "Apa mau mu, Tuan?" ujar Aily dengan penuh penekanan.

Vee hanya tersenyum tipis, melihat ekspresi Aily saat ini. "Aku tahu, kau tidak lupa dengan apa yang kau ucapkan tadi." Aily mengernyit, dirinya ingin menyumpah serapahi Pria yang ada dihadapan nya ini. "Aku menagihnya, tawanan." sambung Vee lagi. Aily baru ingat, dirinya menerima persyaratan Pria ini, Aily tidak mau melayani nya sekarang dirinya butuh istirahat penuh.

"Aku tidak bisa-"

"Tidak ada bantahan, kau hanya tawanan bagiku. Jadi, kau harus menurut apa yang akan dikatakan oleh Tuanmu. bukan begitu?" Vee menyeringai lagi lalu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Aily, sedangkan Aily berjalan mundur dengan langkah was-was.

Ketika Aily bersiap lari untuk menghindar namun sebuah tangan kekar merangkul pinggang nya dan mendorongnya di atas ranjang dengan kasar, Aily memekik keras karena sangking terkejut dirinya di banting ke ranjang. Vee menindih tubuh kecil Aily, wajah mereka saling bertabrakan, hembusan napas kasar Vee menyentuh wajah Aily sedangkan Aily hanya bisa menahan napasnya.

Saat Vee menundukkan lebih dalam wajahnya kearah Aily, dengan cepat Aily memalingkan wajahnya ke samping. Vee hanya terkekeh lalu wajah Pria ini mengendus ceruk leher Aily dengan menjilati lalu mengecup ringan membuat Aily menahan suara agar tidak mengeluarkan suara laknat. "H-hentikan kumohon ..." suara Aily bergetar, Vee mengusap paha Aily dengan sensual.

Tok!

Tok!

Tok!

"Tuan, makan malam sudah siap." Vee menggeram, saat tahu kegiatan nya di ganggu tapi bagaimanapun juga dirinya harus ikut untuk makan malam ini. Vee bangkit dan merapikan jas yang masih menempel pada tubuhnya, lalu berjalan dan membuka pintu, "Aku akan kesana." setelah pelayan pergi, Aily bernapas lega karena kegiatan itu bisa terhenti, Aily sangat bersyukur.

Vee menatap Aily tajam lalu menutup pintu dengan sedikit bantingan, Aily bernapas lega lagi karena sekarang tidak ada aura gelap disekitarnya. dirinya lalu berjalan menuju jendela yang tertutup, Aily hanya bisa melihat pemandangan hutan dan bulan. tiba-tiba pintu terbuka kembali dan menampilkan sosok pelayan yang sama seperti di waktu siang saat pelayan itu mengantar makan siang untuknya.

"Nona, Saya disuruh Tuan untuk membantu Anda." ucap pelayan tersebut sambil menundukkan kepalanya, "Saya akan membantu Anda untuk persiapan makan malam." Aily hanya bisa mengangguk pelan, dirinya juga lapar karena sedari tadi dirinya belum mengisi perutnya.

Setelah Aily membersihkan diri dan memakai pakaian dress selutut membuat Aily terpukau menatap pantulan dicermin, disana Aily terlihat berbeda dari biasanya. terlihat sederhana namun tetap mewah, dengan sedikit polesan diwajah Aily menambah kesan cantiknya. Aily tersenyum hangat, dirinya selalu memimpikan memakai pakaian mewah dan tinggal ditempat istana.

Aily sudah masuk kedalam mansion mewah dan mempunyai pelayan terbaik. Tapi, tetap saja dirinya hanya seorang tawanan dan tidak lebih dari itu, dirinya hanya bisa memuaskan nafsu Pria dingin dan hanya bisa menuruti kemauan Vee. Aily tidak bebas, meskipun dirinya kini berada di sebuah mansion bak istana, rasanya seperti burung yang dikurung dalam sangkar.


Aily melewati beberapa lorong yang panjang, Aily memang mengagumi setiap desain pada mansion tersebut. beberapa foto dipajang di dinding berlapis emas, dengan gorden berwarna merah maroon yang menjuntai panjang, vas bunga yang tidak bisa Aily tebak berapa harga benda tersebut, Aily memijak karpet lembut berwarna senada dengan gorden, karpet tersebut sangat panjang bahkan ini seperti bukan lagi mansion melainkan dalam istana.

Aily menuruni anak tangga dengan perlahan takut terjatuh, dan jika dirinya terjatuh dari anak tangga-itu tidak akan lucu. Aily mengikuti pelayan tersebut dan ketika dirinya berhadapan dengan pintu tinggi, seorang dua pengawal membuka pintu tersebut. Aily sedikit terkejut, karena didalam ruangan terdapat meja makan panjang, beberapa kursi saling berderet rapi, ditambah banyaknya sajian makanan yang berada di atas meja.

Aily meneguk air ludahnya, menatap mata tajam itu yang terus memandangnya. dan Pria yang berdiri disebelah Vee, anak tangan kanan nya-Jungkook.

Aily berdiri kaku ditengah-tengah pintu, Aily menunduk tidak ingin menatap lebih lama mata dengan warna hitam gelap itu, Aily sangat takut. "Apa aku harus membuka mulut, agar tawananku bisa duduk." suara serak itu mengejutkan Aily, dengan jantung yang berdetak kencang Aily memegang sisi dadanya sambil mengelus dengan tenang.

Aily melangkah perlahan dan mendapati kursi, segera dirinya duduk dan langsung melihat Vee yang sedang meminum anggur. dirinya bisa melihat beberapa makanan yang tersaji dipiringnya, membuat perutnya semakin lapar. suasana di meja makan terasa hening bagaikan rumah kosong, Aily ragu apakah dirinya harus memakan makanan yang disajikan.

"Aku tidak akan menaruh racun di makananmu. Pria tua itu masih memiliki hutang, jika aku melakukan seperti ... membunuhmu, aku akan menyesal tidak bisa menyiksamu lagi." Vee menyeringai, lalu mulai memakan makanan yang ada dipiringnya.

Aily hanya bisa menahan amarahnya menatap sengit kearah Vee yang masih mengunyah makanan tanpa minat. Aily menghembus napasnya kasar lalu mulai menatap makanan yang menggoda selera,tapi itu semua hilang karena perkataan Vee secara langsung membuat dirinya lesuh.

"Terima kasih, Tuan. meski aku adalah tawananmu, aku masih punya harga diri." ujar Aily sambil menatap tajam kearah Vee. "Aku bukan hewan yang bisa di siksa kapanpun yang Anda inginkan." sambungnya lagi dengan nada penuh penekanan.

Vee menatap intens Aily, hingga Aily menundukkan kepalanya guna mengalihkan tatapan tajam milik Pria tersebut. "Kau berani berbicara, Jalang." geram Vee, lalu membanting piring dan menjatuhkan semua makanan yang ada diatas meja, "kau tidak berhak mengaturku, kau hanyalah tawanan sampah!" Vee berlari kearah Aily dan menarik kasar tangan Aily.

"Aku pantas memperlakukanmu seperti budak, karena kau adalah tawananku. dan itu artinya kau adalah mainan baruku. Ingat ... kau hanya tawanan ku." Aily menahan air matanya agar tidak luntur, menghela napas kasar lalu menelan ludahnya yang selalu kering di kerongkongan nya.

"Aku hanya ingin bebas, Tuan."

"T-tolong, bebaskan Ayahku ... dan aku akan melunasi semua hutang yang dimiliki Ayahku, a-aku akan bekerja keras." Aily terisak karena cekalan erat tangan Vee, membuat tangan nya sakit hingga memerah. Vee tertawa ngeri membuat Aily bergidik. "Aku tidak akan melepas semudah itu, aku masih berurusan dengamu. aku masih menagih, tawanan." Aily terisak kembali, dan mencoba untuk melepas dari cekalan Vee.

"Kau tidak bisa keluar dari sini, sebelum hutang Ayahmu lunas. Mengerti?"

.
.
.

.
.
.

Note :

Aku mau tanya nih, kalian nyaman dengan nama panggilan yang mana, panggilan Vee atau Taehyung? silahkan komen yah, dicerita ini nanti aku akan ubah namanya sesuai dengan komentar kalian 😉

Terima kasih bagi kalian yang sudah vote ceritaku, itu sangat membantu sekali!😭 Bagi yang belum, silahkan tekan tombol bintang yah! ♥

nopi🍷

Continue Reading

You'll Also Like

8.6M 107K 43
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
3.9M 119K 87
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
298K 29.5K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...
377K 9K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...