My Love Is My Universe

By the_writtenheart

2.6K 452 861

[Selesai] Azura hanya menanamkan hal-hal standar dalam dirinya karena gadis itu memang kurang minat untuk men... More

Prolog
1. Dia Bernafas Pakai Oksigen
2. Langit Jingga
3. Satu Atap
4. Roti Bobo
5. Kaleng Sprite
6. Tragedi Kasir
7. Go-Food
8. Luka
9. Jambak
10. Permen Kapas
11. Foto
12. Hurt
13. Penolakan
14. Cek DM!
15. Hitam-putih
16. Rival
17. Midnight Cafe
18. Feeling
19. Blue
20. Tweet
21. Bingung
22. Rahendra (1)
23. Issues
24. Bingung
25. Broken Wings
26. Kangen Mama
27. Tak Berujung
29. Poker Face
30. Siblings
31. Obrolan Emak-Emak
32. Not Now
33. Deep Talk
34. Only Me
Coloring With You

28. Gue Juga Capek!

45 8 6
By the_writtenheart

Gorden putih gading yang tersingkap sesekali oleh angin sepoi-sepoi yang masuk tanpa permisi ke ruangan rawat inap itu tetap menjadi pemandangan favoritnya. Pemandangan yang membawa dua kisah. Luka kehilangan dan luka pertemuan.

Kehilangan yang membuat nyaris sepanjang hidup gadis itu berbeda, bahkan tak bisa dikatakan apa-apa. Ending tersedih drama korea pun rasanya kalah dibanding pekatnya pahit tentang apa yang menimpa Sayang. Hari dimana, titik poros alasan ia ingin tertawa pergi tanpa salam perpisahan. Bahkan sepucuk surat pun tak ada yang tertinggal.

Padahal Sayang tahu bahwa mama nya suka sekali menulis.

Luka pertemuan antara dirinya dengan sosok yang paling ia takuti dan satu sosok baru yang sekali lagi terucap oleh papa nya, "Calon mama kamu, lagi"

'Lagi' bukan lah sesuatu yang asing. Entah sampai kapan rantai penderitaan ini berakhir? Apa ia harus menjadi jahat agar semua orang memperhatikan nya?

Pertanyaan asal-asalan yang melintas itu membuat Sayang kembali pada keputusan yang sudah terlanjur ia pilih. Ketika nasi menjadi bubur, tak ada lagi yang mampu mengembalikannya.

"Lo ga cocok ngelamun Yang. Cocok nya ngebabu"

"Ck! Enyah lo dari sini" usir Sayang yang membuat laki-laki itu tergelak.

"Calm down baby, gue kesini cuman mau jengukin lo doang. Ga lebih" ucap lelaki yang memang kehadirannya paling tidak pernah Sayang prediksi sama sekali.

Setelan hitam. Selalu saja setelan seperti itu yang lelaki itu pakai.

"Am I handsome?"

"You such a jerk!"

"Owh, You're so scary" dramatis lelaki itu sampai pura-pura ketakutan. Tetapi wajahnya penuh seringaian senang karena berhasil membuat Sayang mengeluarkan kata-kata umpatan yang sering gadis itu tahan.

Sebab laki-laki itu tak betah jika tak ada obrolan, akhirnya ia kembali pada Sayang. "Mau sampai kapan?" Entah kenapa, pertanyaan seperti itu selalu membuat Sayang tak punya jawaban untuk menjawabnya.

Soalnya Sayang pun tak tahu jawabannya.

Melihat tak ada respon sama sekali. Laki-laki itu hanya menghela nafas dan memilih duduk di dekat kasur Sayang sembari meletakkan bingkisan satu set bento khas restoran Jepang kesukaan Sayang.

"Gue ga bakakan tergoda" ketus Sayang.

Laki-laki itu tergelak, "Ga usah sok tsundere Honey"

"GA USAH PANGGIL GUE HONEY!!!!"

"Honey kan artinya Sayang ga sih? Rasa gue bahasa inggris gue ga sebodoh itu deh. Apalagi gue kan tinggal di Canada tapi mendengar lo masuk rumah sakit setelah sekian lama cukup buat bikin gue stay di Indonesia kali ya?"

Sayang mual sekali mendengar hal itu, "SINTING!!!"

"Setidaknya gue bisa mencintai lo dengan baik dan benar dari pada lo ngejar udah kayak lomba pacu lari tapi ga finis-finis. Dari pada capek sendiri mending udahan aja"

Sayang miris dengan kata-kata barusan, lelaki itu begitu baik tetapi Sayang begitu jahat hingga ia tak bisa membalas sama sekali. Tapi, memang siapa yang bisa membalas ketika hati memilih untuk berpegang teguh dengan pilihan awal??

Sayang, masih berharap semuanya akan baik-baik saja.

Disaat pikiran gadis itu mulai terdistraksi banyak hal, Kevin pun akhirnya mengelus puncak kepala Sayang dan membawa gadis itu kedalam dekapannya.

"It's time for you to be healed, Honey"

Entah bagai mantra ajain peri-peri penyihir mana, kata-kata Kevin mampu membuat hati gadis itu bergetar hebat dan meneteskan air mata.

Kevin? Lelaki itu tau semuanya, sangaaaattttt tau sampai-sampai ia tak rela membiarkan gadis kecil ini menahan sakit sendirian.

Ia ingin menjadi sandaran gadis itu walau ia tak tahu apakah itu mungkin. Sebab, rasa sayang nya sangat besar untuk laki-laki bernama Fulan dan kakak tirinya. Kevin tahu bahwa Sayang memilih menjadi karakter yang paling dibenci cuman untuk terlihat dia baik-baik saja dan tak ada satu pun yang mengasihani nya. 

Sebab, Sayang sangat benci dikasihani apalagi dari spesies berjenis kelamin laki-laki.

Masih segar diingatan Kevin bagaimana pertemuan mereka beberapa tahun lalu, saat musim dingin menyapa hingga jalanan memutih dan hanya dihiasi lampu-lampu untuk menerangi perjalanan setiap orang. Lampu natal di bulan Desember di kota Tokyo. Sebuah tempat melegenda bagi Kevin sekaligus hari dimana ia merasakan bahwa ada orang yang hidupnya lebih parah dari dirinya.

Kita sering merasa kita yang paling tersakiti tetapi kita lupa bahwa luka setiap orang beda-beda. Luka fisik memang bisa dilihat seberapa besar dan dalamnya tetapi jika hati dan mental yang terluka, tak ada satu pun alat canggih yang mampu mendeskripsikannya. 

Maka dari itu, Kevin sadar bahwa ia tak harus menilai hidupnya paling hancur, rapuh dan paling tragis di dunia ini. Semua nya ia rasakan ketika melihat seorang gadis yang awalnya berdiri di pagar jembatan ke arah perumahan warga tepat tengah malam. Kevin pikir gadis itu sama dengan nya memandangi salju yang mulai menebal dan menatap lampu-lampu yang bersinar itu.

Ternyata, pemikiran positif Kevin salah saat melihat gadis itu naik ke atas pagar pembatas dan seolah-olah dengan mantap ia akan melompat, padahal suhu air sungai waktu itu sangat rendah dan mungkin sebagian airnya sudah membeku. Cukup untuk membunuh perlahan dengan hipotermia dadakan.

Kevin berdecak, padahal baru saja ia berniat untuk merokok malah berakhir membuang rokok dan korek itu entah kemana dan bergegas ke arah gadis itu serta langsung menariknya ke belakang. Namun, kalah cepat dengan Sayang yang sudah tergelincir duluan dan terjatuh ke arah sungai. 

"Shit!" (Sial!)

Bahkan sekarang Kevin juga heran dengan dirinya, ia yang tak pernah peduli dengan orang lain, tiba-tiba saja ingin menyelamatkan seorang gadis yang hendak bunuh diri. Ingat, bunuh diri di Jepang rasanya tidak akan terlalu diurusi oleh orang-orang kecuali sudah menjadi berita. Anggap saja Kevin tidak ingin disalahkan oleh orang-orang karena dirinya yang hanya berada di sini. Bisa bahaya kalau begitu, pikirnya.

Berenang disaat suhu sedang cukup rendah dan itu tengah malam memang membuat badan menggigil hingga dada Kevin sesak. Sangat sesak hingga ia harus berusaha kuat.

Sayang masih cukup sadar hingga ia masih bisa melihat sosok yang entah kenapa berenang ke arahnya dengan berani.

"Bodoh" umpat Sayang tapi antara ucapan dan badannya tak singkron. Tangan gadis itu berusaha meraih tangan lelaki yang mulai terasa dingin itu. Setelahnya, Sayang tak tahu apa-apa kecuali ia telah sadar di sebuah rumah sakit dengan selang infus di tangannya.

"Ohayou, Sayang-chan" sapa dokter yang membuat Sayang terkejut. Dokter pribadinya selama di sini.

"O...ohayou, Honoka-san"

"Hontoni, yokatta desu ne Sayang-chan. Ano hito wa anata o tasukeru o" (Sungguh, syukurlah Sayang. Orang itu sudah menolong kamu) sambil membuka tirai pembatas kamar di rumah sakit ini menampakkan sosok Kevin yang tengah sarapan.

"Asa-gohan o tabemasuka?" (Mau sarapan?) dan percayalah bahwa Kevin juga aneh tiba-tiba menawari gadis yang tak sudi hidup itu untuk makan. Tentu saja tidak mau bukan?

Tapi, reaksi gadis itu diluar dugaan nya. "Baka"

Hei, orang tak tahu diri mana yang sudah ditolong malah mengumpati nya? Jawabannya adalah Sayang. Tak habis pikir Kevin dengan gadis Asia ini. 

Sedangkan dokter tadi hanya menggeleng kepala serta memilih untuk keluar dari kamar itu. Pikirnya sepasang kekasih sedang bertengkar.

"Oh c'mon girl. Is this how you say thank you? Akhlaskless!" (Oh ayo lah. Apakah begini cara lo berterima kasih? Akhlakless!)

Sayang kaget saat Kevin memakai bahasa Indonesia diakhir kalimatnya. "Lo orang Indonesia?"

"Hah? Lo ngerti bahasa Indo?"

Sayang berdecak dan memilih duduk di tempat tidurnya sembari menghadap Kevin. "Gue setengah-setengah"

"Telur separo masak dong"

"Bangke!"

Kevin tersedak, tidak menyangka akan diumpati seperti ini oleh gadis sinting asing yang kemarin malam ingin mati sekarang malam memaki.

"Satai dong ngomong nya!"

"Lo nya yang nge-gas!"

"Dih! Lo yang mancing-mancing ya"

"Lo pikir gue nelayan?"

"Lah iya juga ya, nelayan mah ke air mancing ikan. Bukan buat bunuh diri"

Tiba-tiba saja suasan hening membuat Kevin merasa bersalah, "Gue ga bermaksud begitu tapi itu fakta juga sih"

Sayang berdecak, "Ck! Lo mau menghibur apa ngehina sih sebenarnya?"

"Dua-dua nya"

Melihat raut wajah kesal Sayang rasanya menyenangkan bagi Kevin. Bahkan ia bisa tertawa lepas tanpa beban diikuti oleh tawa Sayang yang entah sadar atau tidak bahwa yang Kevin tertawakan adalah dirinya.

Bener-bener aneh, mungkin tertawa salah satu cara agar terlihat bahwa semuanya baik-baik saja dan tetap waras?

"Yaudah, kenalin gue Sayang"

"Lo baru kenal gue udah manggil sayang-sayang aja, baper nih"

"Dih barudak! Nama gue itu Sayang"

"Ini lo ngomongnya Nama gue itu koma Sayang atau nama gue itu Sayang sih? Ribet banget nama lo"

"Otak lo yang bengkok kali perlu diservis"

"Heh, bengkok-bengkok gini gue siswa pertukaran Indonesia-Jepang yeuu"

"Ga usah ngaku-ngaku lo wahai durjana"

"Durjana siapa lagi tuh?"

"Kembaran Durjani"

Mereka pun kembali tertawa terpingkal-pingkal, hingga dokter yang menyimak percakapan keduanya dari balik pintu malah tersenyum walau dokter itu tak paham apa yang dibicarakan oleh keduanya tetapi ia tahu kalau Sayang terlihat senang.




Bayangan flashback barusan membuat Kevin selalu heran, kenapa ia selalu bertemu dengan gadis ini ketika hendak mengakhiri hidupnya? Membuat ia semakin tidak tega saja untuk membiarkan Sayang berjalan sendirian. 

Bahkan, saat merasakan badan Sayang bergetar, Kevin pun mengelus-elus punggung gadis itu tanpa berkata apa-apa. Sebab, sekarang adalah saat bagi Sayang untuk didengarkan.

"Gue juga capek Vin. Gue capek pura-pura kayak gini. Gue pengen jadi diri gue sendiri. Tapi gue ga tau harus apa?" Isak gadis itu yang membuat Kevin sangat iba. Bahkan, ingin rasanya Kevin mengatakan pada semua orang kebenarannya.

"Berhenti dengan semua akting ini Yang"





















"SIAPA LO MELUK-MELUK KEKASIH GUE HAH?" hardik Hendery saat melihat kedua manusia itu berpelukan ketika baru saja membuka pintu. Diikuti wajah syock Ravena, Elio dan Diandra.

***

Sekarang Fulan bingung harus berbuat apa terhadap tindakan Azura. Ia ingin menjelaskan tetapi ia sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa nya Azura. Tetapi hatinya memaksa untuk melakukan sesuatu tetapi ia gengsi.

Sampai-sampai, Karina yang melihat kakak nya itu sudah seperti setrika di depan pintu apartemen seseorang yang tinggal tepat di seberang kamar kakaknya cukup membuat heran Karina.

"Lo ngapain kak?"

Tapi nihil. Tak ada sama sekali respon yang diharapkan muncul. 

"WOI!" teriak Karina hingga Fulan akhirnya sadar.

"Lo kenapa sih kak?"

"Ga ada" kemudian Fulan kembali ke arah pintunya dan masuk hingga hampir saja kening Karina kejedot pintu jika ga ditahan pakai tangan.

Karina tidak tahu apa-apa saat sekarang ini, tetapi gadis itu mendapat pesan dari Caca agar menjaga Fulan. Walaupun tidak tahu apa-apa, Karina bisa menebak bahwa kakak nya sedang dibawah tekanan yang amat besar. Tekanan yang tak bisa siapa pun mengetahuinya, kecuali Fulan itu sendiri.

Sebenarnya Karina selalu kesal jika kakak nya sudah tertekan seperti ini dan memilih diam tanpa berbagi sama sekali dengan dirinya. Padahal, kakak nya punya dirinya. Karina bisa menjadi seribu kuping untuk siap mendengar keluhan kakak nya. Tetapi, kakaknya enggan untuk berbagi.

"Kamu ngapain ke sini?" Karina berdecak ditanya seperti itu. Sudah jelas bukan bahwa itu tandanya mengusir secara halus?

"Aku disuruh antarin ini sama kak Caca. Kalian berantem?"

"Taruh aja di atas meja"

Lagi-lagi Karina hanya bisa pasrah. Kakak nya tidak mau bercerita sama sekali. Bahkan sedikit pun. Cuman tinggal cerita aja apa susah nya? Sama adik sendiri padahal. Karina sering sekali membatin seperti itu sampai kotak makanan yang dibawa Karina saat diletakkan di atas meja jadi berbunyi seperti dihempas.

"Kamu kenapa Rin?"

Tuh kan! Lelaki itu memang ga peka sama sekali.

"Kepleset" ketus Karina.

"Owh"

Nah kan, gimana engga sebal coba Karina. Jelas-jelas dia butuh mengetahui sesuatu. Karina itu tahu banget kakak sepupu nya walau berantem bahkan baku hantam pun sama kakak nya tidak akan sampai absen buat mastiin saudaranya itu udah makan. Melihat situasi sekarang aja jelas ada yang engga beres.

"Kakak kenapa sih? Tumben-tumbenan heboh sama kakak caca sampai segini amat? Apa masalah kuliah? Rasanya ga mungkin deh. Tapi kalau masalah kuliah, masa sih mereka ribut karena..... Karena apaan ya? Tugas? Masa sih, mereka bukan remaja labil lagi deh. Ujian? Tapi kan uas tiga minggu lagi. Apaan sih? Astaga gue kepo dan juga pengen bantuin"

Saat Karina sibuk berperang dengan pemikirannya, Fulan tiba-tiba saja berbicara.

"Sayang ga sejahat itu" hanya itu yang keluar dari mulut Fulan hingga Karina mengernyit heran.

"Kak, please. Dia udah ninggalin kakak demi cowok ga jelas itu"

"Bukan. Bukan itu poinnya"

"Terus apa?!"

"Kamu ga akan ngerti Rin"

"GIMANA GUE BISA NGERTI KALAU LO AJA GA CERITA BANGSAT!"

Kemudian Karina pergi dari apartemen Fulan dengan wajah yang penuh emosi hingga ekspresi nya tidak terkontrol sama sekali.

"Kayaknya siap ngelabrak pacarnya selingkuh deh"

"Ga tau, mungkin aja lagi berantem hebat kali"

"Ish kasian ya"

"HEH! KALAU GA TAU APA-APA GA USAH SOK TAHU! KELIATAN BANGET BODOHNYA"

"Yeeuuu situ ngapain sewot. Orang nyeritain orang lain. Yuk pergi" ucap salah seorang perempuan itu mengajak temannya untuk pergi dari sana.

Sedangkan Karina, kepalanya benar-benar mendidih saat ini.

Hingga akhirnya gadis itu memilih menelfon seseorang.

"Jemput gue sekarang!"

"...."

"Neo Amaris"

"...."

"Cepat!"

Tuuut!


Bukannya mengejar adik nya yang lagi emosi akibat datang tamu. Fulan malah menatap foto Azura yang ia ambil diam-diam saat mereka ke Sea World dulu. 

***

Fulan

Gue tau Azura bareng sama lo, mana dia?

Buat?

Ngejelasin semuanya

Lo lupa? Kalau lo bukan siapa-siapa nya Azura?

Lo juga bukan siapa-siapa nya Azura

Hahahahaha hebat banget lo sekarang ya

Lo yang bikin semuanya jadi runyam

Hah? Ngaco lo? Udah bangun?
Fulan blocks you

Mendengar Adriansyah mengumpat membuat Azura agak kaget dan memilih memberanikan diri untuk bertanya, "Siapa kak?"

"Orang gila salah kirim pesan malah main fitnah"

Azura hanya ber-o ria dan memilih mengikuti Adriansyah berjalan hingga sampai ke sebuah ruang inap untuk VIP. Azura kaget, apalagi melihat dua orang yang ia kenali, Diandra dan Sayang yang terbaring.

*****

Author's notes:

Halo semuanya? Aku kembali lagi setelah sekian lama? Eh? Engga lama-lama banget sih.  Makasi banyak yaaaa udah mauu baca karyaku sampai detik ini. Terus sayangi mereka yaaaaa....

Oh iya, buat kalian. Semoga selalu dalam lindungan Allah dan sehat selalu, aamiin.

Buat yang nanya visualisasi manusia-manusia dichapter ini, akan muncul nanti di ig atau ga twitter ku ya....

Cuman buat spill sedikit aja kalau Elio-Ravena-Hendery bakalan debut di work ke-2 dari buku ini.

Serta, jangan lupa kalau hari ini Haechan ulang tahun (●’3)♡(ε'●)

After all, see you next update.

Full of love,

Nisa

Continue Reading

You'll Also Like

65.9K 4.8K 23
Sakura Haruno terjebak di dalam sebuah pernikahan yang terasa begitu dingin dan menyakitkan bersama Sasuke Uchiha. Entah apa yang dipikirkannya samp...
11.9K 1.4K 19
Menikah dengan duda gamon yang ditinggal mati istrinya? Ariana tidak pernah menyangka ia harus menikah dengan seorang pria yang benar-benar membuatny...
110K 3K 10
Up pertama kali September 2018. Selesai 3 Januari 2019. • "Apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah meninggalkanmu." Sebuah kalimat yang mengandung...