ARRAFFA | Selesai |

By Purplelight_V

1M 91K 12K

[ Belum revisi! ] Arraffa Pratama, remaja yang berusia 13 tahun ini hidup dalam ruang lingkup yang cukup meny... More

D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
G A B U T!
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
P R A N K!
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M
D U A P U L U H T U J U H
DELETED SCANE
DELETED SCANE [ 2 ]
EXTRA PART
Invitation 1

S A T U

76.6K 4.8K 535
By Purplelight_V

Buah nangka buah kedondong
Buat pembaca di vote dong😜

_____________

Dia yang malang.

Dia yang tersiksa.

Dia yang hidup seperti di neraka.

Dia yang hidup tanpa kasih sayang.

Arrafa Pratama, Namanya begitu indah, seindah paras nya, setampan wajah nya, semenggemaskan tingkah nya. Namun itu hanya penutup, Ya! Penutup hidup nya yang begitu menyedihkan.

Raffa panggilan nya, remaja berumur 13 tahun. Memiliki kepintaran akademik non akademik, namun sayang pendidikan nya harus putus ketika ia akan menginjak bangku SMP.

"SINI KAMU RAFFA!" teriak Lilis, bibi Raffa.

Raffa segera berlari ke ruang tamu, tempat bibi nya berada.

"Ada apa bibi" Tangan nya terpaut, ia selalu takut jika bibi nya memanggil sudah memanggil nama nya.

"Dasar kamu, anak gak tau di untung, saya suruh kamu buat ngamen! Budek kamu!"

Raffa menggeleng, "Laffa gak mau bibi." balas nya, kepala nya menunduk takut.

Plak

Raffa memegang pipi kiri nya yang terasa nyeri akibat tamparan bibi nya.

"Seharusnya kamu ikut orang tua kamu, biar kamu mati! Hidup nyusahin orang aja."

Air mata Raffa meluruh, ia bahkan belum puas merasakan kasih sayang kedua orang tuanya.

"Kalo kamu gak mau ngamen, jangan harap saya kasih kamu makan sampe besok!" Peringat Lilis pada Raffa.

Dengan berderai air mata, Raffa keluar dari rumah. Mau tidak mau ia harus menuruti perintah bibi nya, jika ia masih ingin bertahan hidup.

"Laffa halus kemana?" Monolog nya sendiri.

"Laffa gak mau ngamen, Laffa malu"

"Tapi kalo Laffa gak ngamen, Laffa gak bisa makan"

Raffa berjalan menelusuri trotoar, hari sudah semakin siang, panas matahari begitu menyengat.

Raffa terduduk di atas trotoar tanpa alas, ia kelelahan, ia juga kehausan.

Raffa menenggelamkan wajahnya di atas lutut yang ia lipat, orang-orang yang berlaku lalang melempari nya dengan uang recehan.

Malu, itulah yang di rasakan Raffa sekarang. Ia bangkit, tangan mungil nya mengambil satu persatu uang recehan yang ia dapat.

Kaki nya kembali menelusuri trotoar, saat ini ia sangat kelaparan, ia harus bagaimana?

"Laffa lapel, kalo Laffa pulang bibi pasti malah. Laffa gak belani"

Raffa terus berjalan, tangan kanan nya memegang perut nya yang terasa sakit, sedangkan tangan kiri nya memegang uang recehan yang ia dapat tadi.

"Aduh pelut Laffa sakit"

Raffa berhenti di depan supermarket, mendudukkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Belum lagi perut nya yang terasa semakin sakit, Raffa melipat tangan nya di atas meja kemudian menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangan nya.

Raffa menangis dalam diam, tanpa mengeluarkan isakan.

Jika bisa, ia ingin ikut dengan kedua orang tua nya yang saat ini sedang berada di surga.

* * *

Rasya Oleander Miller, putra bungsu keluarga Miller. Memiliki ketampanan di atas rata-rata, berbanding terbalik dengan sifat nya yang kejam, menyiksa tanpa ampun, tak punya belas kasihan serta terkenal dingin. Namun, jika mengganggu milik nya, sama saja mengantarkan nyawa ke sang pencipta.

Saat ini, ia sedang berada di parkiran sekolah dengan ketiga teman nya.

"Sya, Lo langsung pulang?" Tanya Abi, sahabat Rasya.

Rasya hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kita mau ke cafe dulu, gak mau ikut lo?" Tanya sultan.

"Lain kali" jawab Rasya cuek, ia menepuk salah satu pemuda yang sedari tadi terdiam di sana. "Gue duluan" ujar nya sebelum masuk kedalam mobilnya.

"Tan, kita berdua gak dianggap? Demi Alex gue sakit hati" ujar Abi dramatis.

Sultan berdecak "Du, Lo anggap kita sahabat gak?" tanya sultan pada pemuda yang sedari tadi terdiam.

Pandu hanya mengangkat bahu nya acuh, berjalan memasuki mobil kemudian meleset meninggalkan kedua sahabat nya.

"Punya sahabat kek setan semua" ujar sultan, ia menepuk bahu Aby "by, bunuh sahabat sendiri dosa gak?"

* * *

Rasya kini sedang berada di jalan menuju apartemen tempat nya tinggal, jarak mansion dengan sekolah nya menempuh hampir 3 jam lama nya. Sedangkan jarak dari apartemen hanya setengah jam, jadi ia lebih memilih tinggal di apartemen nya sendiri, lebih menghemat waktu.

Jari nya mengetuk-ngetuk stir mobil, ia berbelok arah menuju supermarket. Persediaan roti di apartemen nya habis, ia jarang memakan nasi jika tinggal di apartemen. Berbeda ketika ia berada di mansion.

Ia sudah sampai di pelataran parkir supermarket, Tangan kirinya beralih membuka dashboard mobil, mengambil kacamata hitam yang wajib ia bawa ketika sedang berada di luar, memakai nya kemudian keluar.

Kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam supermarket, mencari apa saja yang ia perlukan dan membawa nya ke kasir setelah selesai.

Kaki nya melangkah keluar setelah menyelesaikan belanjaan nya, baru beberapa langkah ia berjalan ia kembali menghentikan langkah nya.

Mata tajam nya memperhatikan seseorang yang terlihat sedang kesakitan, tangan nya terus memegang perut nya.

Namun apa peduli nya, bahkan ketika ia membunuh pun ia tidak pernah merasa kasihan, bahkan teriakan kesakitan korban nya menjadi penghibur tersendiri bagi nya.

Kaki nya kembali melangkah menuju mobil nya, belanjaan nya ia letakkan pada kursi belakang. Tepat ketika tangan nya membuka pintu mobil, ia kembali melihat ke belakang. Entah kenapa ia merasa sesak di dada nya, netra tajam nya kembali memperhatikan seseorang yang masih terlihat kesakitan sedari tadi.

Langkah lebar nya kembali berjalan, bukan kearah supermarket. Melainkan ke arah tempat duduk yang berada di supermarket.

"Kalo sakit dirumah, jangan keluyuran" ujar nya datar.

Raffa yang masih menenggelamkan kepalanya dengan tangan yang ia lipat tidak bergerak sedikit pun, ia bukannya tidak mendengarkan. Hanya saja ia ia sedang menangis, perut nya terasa di aduk bahkan dada nya terasa sesak.

Tangan besar nya mengguncang tubuh Raffa yang sedari tadi tidak bergerak, menepuk nya berkali-kali. Namun tetap saja tidak ada respon.

"Laffa gapapa, Laffa cuma duduk disini" ujar nya.

"Bangun" titah Rasya datar.

Raffa masih tidak bergerak.

"Gue bilang bangun, budek lo!" Ia sangat tidak suka jika ucapan nya tidak di dengarkan.

Raffa mengangkat wajah nya, ia mendongak menatap siapa yang sedari tadi berbicara dengan nya.

Rasya terkejut dengan apa yang ia lihat, sosok di depan nya benar-benar terlihat sangat menggemaskan. Hidung mungilnya memerah, netra nya masih terus mengeluarkan air mata, bibir mungilnya terlihat sangat pucat, namun tidak mengurangi kadar keimutan nya.

"Maaf, Laffa cuma duduk sebental disini. Ini Laffa udah mau pulang" ujar nya pada pemuda yang ada di depan nya.

Kaki mungil Raffa bangkit, melangkah dengan pelan. Baru beberapa langkah ia berjalan, tangan nya di tarik seseorang dari belakang.

"Gue anterin lo pulang, Lo kalo sakit jangan keluyuran" ucap Rasya, ia sangat tidak tega melihat bocah yang ada di hadapannya saat ini. Ia juga bingung mengapa ia harus peduli pada nya, padahal ia tidak memiliki rasa peduli pada siapapun.

Raffa hanya pasrah, ia tidak bisa menolak. Bahkan ia sangat yakin, jika ia berjalan sedikit lagi ia pasti akan tumbang, ia benar-benar sudah merasa lemas.

Rasya membukakan pintu mobil untuk bocah yang sedang ia gandeng, ia bahkan belum tahu siapa nama bocah yang sedang ia gandeng sekarang. Ia bahkan tidak ingin tahu.

Rasya sudah duduk di bangku samping kemudi, netra nya memperhatikan seluruh isi mobil. Benar-benar mewah, pemandangan luar biasa mewah nya pertama yang ia lihat dari dalam mobil tempat nya duduk sekarang.

Tangan nya masih terus memegang perut nya, mobil bahkan belum berjalan. Rasya masih berada di luar dengan ponsel berada di samping telinganya.

Pintu mobil samping kemudi terbuka, Rasya masuk dengan tampang datar nya. Ia memperhatikan bocah di samping nya yang kini sedang menunduk, entah karena takut atau karena apa.

"Lo laper?" Tanya Rasya, sedari tadi ia memperhatikan bocah di samping nya ini terus memang perut nya, bahkan keringat dingin keluar dari dahi nya.

Raffa mengangguk, masih dengan menunduk.

Rasya menjalankan mobil nya setelah melihat respon bocah tersebut, mobilnya berjalan dengan normal, sesekali netra nya melihat ke arah bocah di samping nya.

"Turun" ujar Rasya, bocah di samping nya mengangkat kepalanya. Memperhatikan ke samping, benar-benar terlihat sangat asing.

"Ini bukan lumah Laffa" balas nya.

Rasya menggaruk tengkuknya yang bisa di bilang tidak gatal sama sekali, memang benar ia tidak membawa bocah itu pulang ke rumah, melainkan ke tempat makan.

Rasya keluar dari mobil, tangan nya membuka pintu mobil yang ada di samping nya. Membuka seatbelt yang di kenakan bocah tersebut, tangan nya menggeret bocah yang sedari tadi masih terlihat linglung.

Rasya kini berada di ruang private dengan bocah yang di geret tadi.

"Makan! Gue tau lo laper" ujar Rasya, tangan nya mendorong nasi dengan banyaknya sayur serta ayam goreng di sana.

Kepala Raffa menggeleng "Laffa gak bisa bayal" ucap nya, kepala nya terus menunduk.

Rasya mengerjap, bayar katanya? Tidak mungkin ia membawa bocah itu kesini jika bukan ia yang akan membayar nya.

"Gue yang bayar" ujar Rasya "sekarang lo makan atau gue tinggal lo disini" ancam Rasya.

Raffa mengangkat kepalanya, ia menggeleng dengan brutal. Dengan segera ia mengambil sepiring nasi yang sudah di siapkan Rasya untuk nya.

Rasya hanya memperhatikan, Rasya mengigit kuat bibir bawah nya dengan kuat. Jika boleh ia ingin mengunci bocah di depan nya ini dalam kamar berdua dengan nya, sungguh bocah di depan nya ini sangat menggemaskan.

Pipi nya mengembung lucu karena makanan, bocah di depan nya ini makan dengan sangat rakus nya. Seperti tidak makan setahun saja.

Apa gue culik aja ni bocah? ujar Rasya dalam hati.

Ia menggeleng, tidak mungkin.

Ia tidak sadar jika Raffa sudah menghabiskan makanan nya, bahkan Raffa sedari tadi memperhatikan ia yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Tangan mungil Raffa melambai-lambai di depan wajah Rasya, Rasya masih tidak bergeming.

Tangan mungil Raffa menepuk bahu Rasya dengan pelan, Rasya yang merasakan tepukan di bahu nya langsung menatap si pelaku dengan tajam.

Raffa yang di tatap seperti itu kembali menunduk, tatapan tajam Rasya membuat nya ketakutan.

Rasya yang melihat itu menghembuskan nafas kasar, ia sadar ia telah menakuti bocah di hadapannya ini.

"Maaf" ujar Rasya, dan Wow! Ini benar-benar sebuah keajaiban, Ia bahkan tidak pernah mengatakan maaf sebelumnya.

"Nama lo siapa?" Tanya Rasya.

Raffa mengangkat kepalanya, ia mengerjap beberapa kali sebelum menjawab.

Rasya benar-benar tidak tahan, bocah di depan nya ini benar-benar menguji diri nya. Sedari tadi ia menahan untuk tidak menerkam bocah di depan nya ini, lalu sekarang bocah ini terlihat berkali-kali lipat menggemaskan dengan ekspresi yang seperti itu.

Tangan nya mengambang di udara, ia ingin mencubit pipi milik Raffa. Namun ia menghentikan nya.

Raffa bingung dengan tingkah pemuda yang ada di depan nya ini, ia seperti sedang menahan sesuatu. Iya! Menahan agar tidak menerkam bocah di depan nya ini.

"Nama lo?" Ujar Rasya kembali bertanya.

"Laffa platama" ujar Raffa, ia sudah merasa tidak canggung lagi dengan pemuda di depan nya ini.

"Laffa?" Ujar Rasya ragu.

Raffa menggeleng "Laffa" ujar nya lagi.

"Iya, Laffa kan" ucap Rasya.

"Ihh bukan" Raffa bangkit dari duduk nya.

Ia berjalan ke arah belakang, namun tangan nya sudah di tarik oleh Rasya karena melihat sesuatu pada tubuh Raffa.

* * *

Jangan lupa Vote!

Spam Koment (aku maksa loh😜)

Follow!

Minggu, 06 Juni 2021

Continue Reading

You'll Also Like

Gus Fahry By yaa_rhm

General Fiction

3.5M 269K 60
"Diantara semua nikmat yang ada, Una adalah nikmat termanis yang pernah Aa' terima," -ungkap Fahry tulus pada una *** "Una harus nikah sama Gus Fahry...
140K 8.6K 24
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
931K 18.5K 42
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
Balance Shee(i)t By Raa

General Fiction

63.2K 5.3K 42
Padahal kan ingin Mosha itu agar mereka dijauhkan bukan malah didekatkan. -·-·-· Mosha, mahasiswi jurusan akuntansi ingin kehidupan kuliahnya seperti...