The Twins' Obsession | MARKHY...

By notfound_404

787K 103K 8.1K

{DILARANG SEBAR DI TIKTOK} (INI CERITA HOMO! JANGAN SALAH LAPAK! NGEYEL? SAYA BLOK KAMU!) ~•~•~•~• Lee Donghy... More

1. Seseorang Yang Mirip Dengannya
2. Ketakutan Kembali Menghampiri
3. Kembarannya
4. I Like Your Sexy Voice
5. Ayah Kembali
6. Jadilah Ayahku
7. Aku Akan Kembali
9. Kejiwaan
10. Nyaman
11. Suka
12. Dia Yang Tak Kau Ketahui
13. Keinginan Untuk Memiliki
14. Alasan Mencintai
15. Orang Yang Dipercaya Adalah Yang Paling Berbahaya
16. Awal Bertemu Dirinya
17. Suara Yang Menggetarkan Hati
18. Menyukai dan Mengakui
19. Menunjukkan Pada Semua Orang Bahwa Kau Adalah Milikku
20. Akhir Dari Masa Lalu
21. Kebenaran Yang Membuat Hati Merasakan Kesakitan Yang Nyata
22. Ibu
23. Obsesi Keduanya
24. Study Tour 🔞
25. Menjadi Milikku 🔞
26. Dia kembali
27. Berbagi Kehangatan 🔞
28. Ayah dan Anak
29. Dulu Yang Mana?
30. Lee Min Hyung
31. Mark Lee
32. Tiga Kepribadian
33. Godaan
34. Lucas (1)
35. Lucas (2)
36. Lucas (3)
37. Mengingat Kenangan Masa Lalu
38. Egois
39. Psikiater dan Pasien
40. Kebohongan (1)
41. Maukah Kau Menerimanya?
42. Demam
43. Lemah
44. Heart Attack
45. Kebohongan (2)
46. Kebohongan (3)
47. Kebohongan (4)
48. Kebohongan (5)
49. Cinta yang Berlebihan
50. Meninggalkan Cinta
51. Sakit Yang Terlalu Dalam
52. Kembalinya Masa Lalu
53. Mencoba Untuk Mencintai Diri
54. Memori Lama
55. Teman Lama
56. Bertemu
57. Menerima dan Memeluknya
58. Tidak Peduli Siapa
59. Selamat Tinggal
60. Kehidupan dan Kematian
61. Pertemuan Terakhir [End]
Extra [1] : Cinta Remaja
Extra [2] : Family Time
Extra [3] : Happy Ever After
Seribu Patah Kata Penulis
Special Chapter : Merawat Orang Sakit

8. Sebuah Permainan

15.2K 2K 287
By notfound_404

Tumpukan kertas di atas meja membuat Mark Lee pusing. Dia tahu ini adalah kesalahannya. Sejak dia mengenal Haechan, dirinya sering membolos kerja hanya untuk menemui Haechan yang masih ketakutan jika bertemu dengan dirinya.

"Ah ... kapan kertas-kertas ini akan menipis?" keluh Mark.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Mark dari sebuah dokumen yang tengah dia baca. Mark menyuruh orang yang mengetuk pintu untuk langsung masuk.

Itu adalah sekretarisnya, Winter. Wanita itu berjalan memasuki ruangan Mark dengan sebuah dokumen didekapannya. Menunduk sedikit pada Mark sebagai penghormatan.

"Permisi Tuan Mark. Ini adalah data dari artis yang akan menjadi model untuk merk pakaian perusahaan kita."

Winter menyerahkan dokumen yang dia bawa tadi pada Mark. Setelah Mark menerimanya, Winter meminta izin untuk kembali. Mark mengiyakannya dan membuka dokumen yang baru dia terima.

Keluarga Mark adalah keluarga terpandang. Ayah Mark merupakan anggota dewan di Kanada setelah beberapa tahun sebelumnya menjabat sebagai Walikota. Selain itu, Kakek Mark membangun sebuah perusahaan pakaian dan juga aksesoris mewah yang namanya sudah terkenal di berbagai negara. Perusahaan yang ada di Korea adalah salah satunya. Dulu, ketika Min Hyung berusia 17 tahun, dialah yang mengelola perusahaan ini. Namun, sekarang Mark yang menggantikan dirinya.

Ketika Mark pertama kali datang, seluruh pegawai memandangnya dengan kagum dan juga terkejut karena mereka baru mengetahui bahwa CEO mereka memiliki kembaran yang memiliki sifat jauh berbeda. Jika Min Hyung adalah orang yang dingin dan tidak peduli pada siapapun maka Mark adalah orang yang hangat dan ramah.

Tangan Mark bergerak ke arah telepon. Dia menekan beberapa tombol di sana untuk menghubungi Winter, sekretarisnya yang beberapa saat lalu keluar.

"Halo, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong hubungi model kita. Aku akan membahas jadwal pemotretan dengannya."

Winter mengiyakan permintaan Mark. Winter meletakkan kembali telepon setelah Mark memutuskan panggilan. Tangannya bergerak gemas karena CEO mereka turun tangan untuk membahas kerja sama. Jika itu adalah Min Hyung maka dirinyalah yang harus berbicara pada model yang akan mereka ajak kerjasama dan itu sangatlah sulit mengingat para artis itu kebanyakan memiliki sifat yang sombong.

Mark memijit pelan keningnya. Rasa pusing tiba-tiba kembali menyerangnya.

'Tidurlah! Sudah waktunya!'

Mark membuka matanya yang tanpa sadar terpejam. Dia melihat sekeliling.

Tidak ada siapapun di ruangan ini selain dirinya.

Telunjuk Mark kembali memijit pelipisnya, "Mungkin efek samping dari operasi dulu," gumam Mark.

Ponsel Mark berbunyi, menampilkan nama Jaemin di layar. Mark dengan malas mengangkat panggilan Jaemin. Kepalanya masih terasa sakit.

"Ada apa?"

"Apa kau akan ke restoran hari ini?"

Mark melihat jam tangannya, sudah pukul setengah empat sore. Kerjaannya tinggal sedikit lagi, tapi dia harus ke rumah sakit malam ini untuk memeriksakan dirinya. Untuk hari ini, Mark tidak bisa menemui Haechan.

"Tidak. Kenapa?"

"Ha? Tumben. Sialan kau! Aku masih belum tahu mengapa Jisung-ku memanggilmu Ayah! ." teriak Jaemin di seberang sana. Mark tertawa lalu mengejek Jaemin.

"Dasar pedofil. Sejak kapan Jisung menjadi milikmu? Datang saja nanti ke apartemenku setelah restoranmu tutup."

Mark langsung mematikan panggilan membuat Jaemin berteriak kesal.

"Sialan si tua bangka satu ini. Bisa-bisanya mematikan sambungan padahal aku yang menghubunginya. Ck! Awas kau."

Haechan yang tengah memotong daging melihat Jaemin yang mengoceh sendiri di dekat kompor. Dia sedikit mendengar pembicaraan Jaemin di telepon karena jarak mereka yang tidak jauh dan juga suara Jaemin yang keras.

Haechan bersyukur dalam hatinya karena Mark tidak datang ke restoran, yang berarti dirinya tidak akan bertemu dengan lelaki itu.

Karena mimpi yang Haechan alami kemarin membuatnya semakin ketakutan jika bertemu Mark. Haechan tahu dia tidak boleh bersikap seperti ini, tapi dia masih tidak bisa percaya pada Mark.

"Haechan. Aku titip restoran ya. Aku mau menjemput pujaan hatiku. Bye~"

Setelah Jaemin mencuci tangannya, dia pergi keluar dari dapur dan mengambil kunci mobil dari saku celananya, kemudian bersiul sambil berjalan menuju mobilnya yang terparkir di depan restoran.

Haechan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jaemin. Haechan sebenarnya tidak setuju jika Jaemin benar-benar akan menikahi Jisung. Jaemin adalah orang yang baik, tapi dia terlalu tua untuk Jisung. Haechan tidak ingin Jisung menjadi beban bagi Jaemin. Jisung belum dewasa, pemikirannya masih labil dan emosinya sering tidak stabil.

Haechan tidak bisa menahan Jaemin yang tetap mengejar Jisung karena Jaemin terlihat bermain-main. Asalkan tidak menyakiti keduanya, Haechan akan membiarkannya saja.

Jaemin telah tiba di sekolah Jisung sejak 5 menit yang lalu. Bel pulang bergema hingga terdengar keluar pagar sekolah.

Pagar yang tadi tertutup kini didorong oleh penjaga sekolah, membiarkan para muridnya keluar pulang.

Jaemin melambaikan tangannya ketika melihat Jisung keluar dari pagar sekolah, berjalan sendirian, tapi kemudian seseorang yang lebih pendek dari Jisung mengejar dirinya dari belakang.

Jisung melihat Jaemin dengan malas. Kemudian dia berbalik ketika mendengar ada orang yang memanggil dirinya.

"Jisung! Ayo, pulang bersamaku."

Jisung melirik ke arah Jaemin sekilas, lalu kembali melihat Chenle.

"Maaf. Aku sudah dijemput. Lain kali saja ya."

Jisung berbalik dan berjalan ke arah Jaemin.

"Apa dia temanmu?" tanya Jaemin, menunjuk Chenle dengan arah matanya. Jisung mengangguk sebagai jawaban.

Jaemin tersenyum ke arah Jisung, lalu tangannya bergerak untuk mengacak-acak rambut Jisung.

"Aahh... semakin lama dirimu semakin imut saja."

Jisung menyingkirkan tangan Jaemin yang berada di kepalanya. Merasa risih karena orang-orang menatap mereka.

Chenle melihat interaksi keduanya. Matanya terlihat datar. Wajahnya tak menunjukkan emosi apapun.

Tapi, di dalam hatinya, Chenle mengutuk lelaki yang berani menyentuh Jisung-nya.

Hari mulai gelap, sementara Mark baru saja menyelesaikan tugasnya. Mark melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan malam.

Mark merapikan mejanya, kemudian mengambil jas dan tas kerjanya, lalu keluar dari ruangan.

Semua pegawai berdiri dan memberi salam pada Mark, dibalas oleh senyuman oleh lelaki itu membuat para pegawai wanita di sana merasakan debaran didadanya.

Mark berjalan menuju parkiran. Dia membuka pintu mobil, kemudian masuk dan memasang sabuk pengaman, lalu menyalakan mesin dan mulai menekan pedal gas untuk melajukan mobil keluar dari wilayah perusahaannya.

Sekitar 10 menit, Mark tiba di sebuah rumah sakit yang cukup besar. Mark berjalan masuk melalui pintu depan, kemudian berjalan menuju resepsionis. Setelah mengatakan tujuannya, Mark dipersilakan untuk memasuki sebuah ruangan.

Mark berjalan ke ruangan yang dikatakan oleh resepsionis tadi. Dia mengetuk pelan pintu lalu membukanya.

Tampak seorang dokter paruh baya tengah duduk di kursi dengan tangan yang sibuk membaca sehelai kertas dengan kacamata berada di wajahnya.

Lelaki paruh baya itu melihat kedatangan Mark, lalu dia tersenyum dan meletakkan kertas yang dia baca tadi di meja.

"Mark Lee? Lama tidak berjumpa," kata lelaki itu.

Mark berjalan dan duduk di hadapan dokter, lalu berkata, "Ya, sudah lama sejak aku sembuh pasca operasi tumor otak dulu. Untung saja kau ada di Korea. Jadi, aku tidak harus kembali ke Kanada untuk menemuimu."

Dokter yang ber-name tag Huang Xi Che mengangguk. Kemudian dia bertanya, "Yah, aku baru saja ditugaskan ke sini dua tahun yang lalu. Apa ada keluhan sehingga kau datang menemuiku?"

Mark mengangguk, "Kepalaku terasa pusing dan juga aku terus mendengar suara-suara di kepalaku."

Huang Xi Che sedikit terkejut, tapi dia mengendalikan ekspresinya. "Yah, itu wajar karena kau pernah melakukan operasi di bagian kepala."

Mark mengangguk. Kemudian setelah berbicara cukup lama dengan Huang Xi Che, Mark mendapatkan resep obat yang diberikan oleh Huang Xi Che.

Setelah Mark keluar, kain yang berada di sebelah meja Huang Xi Che terbuka karena digeser.

"Kau mengagetkanku ... Chenle."

Chenle duduk di pinggir ranjang dengan wajah datar menatap ke arah pintu yang tertutup.

"Kakek, apa dia itu adalah orang yang sama dengan pasien Kakek saat di Canada?" tanya Chenle datar.

Huang Xi Che mengangguk kaku, "Ya. Kenapa memangnya?"

Chenle menggeleng. Dulu dia memang tidak memahaminya, tapi sekarang Chenle sangat paham akan situasi yang terjadi.

'Permainan orang dewasa sangat menarik.' pikir Chenle dengan mengangkat satu sudut bibirnya ke atas.



Tbc

Alur saaaangat lambat jadi kesal, tapi harus begini ☹️.

Note: Huang Xi Che= Heechul Super Junior

Continue Reading

You'll Also Like

418K 33.8K 40
Setengah Waras a.k.a Stewars, merupakan perkumpulan persahabatan tujuh lelaki yang terkenal begitu famous di Neo Senior High School. Tujuh pria denga...
2K 229 26
Gini lho rasanya pacaran sama Jungkook. Pacaran aja bentar siapa tau beneran sayang :v *menurut gw antara lucu sama nggak lucu sih, soalnya nulis wak...
2.4K 257 5
Kelas 3-2 sedang mengikuti latihan militer, saat mereka dalam perjalanan pulang setelah latihan menembak tiba tiba mereka mendapat serangan dari mak...
118K 8.2K 24
Book #2 Kehidupan baru Nat di mulai. "Te Voy A Amar." - Arlent Arnold "Ha?" - Nat Christina Leonhart "I'm going to love you." - Arlent Arnold Mahasi...