Brianata Ceo [On Going]

Por Febymercylia

4.5K 2.8K 3.7K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] 1 Vote dan Komen dari kamu sangat berarti 💗. Kisah ini menceritakan tentang ba... Más

CAST DevLory
1. Awal Pertemuan?
2. Keberuntungan
3. Siapa Dia
4. Mencuri Perhatian
5. Ternyata bukan pertemuan pertama
6. Breaking Hot
7. Event
8. Devon atau Nathan
9. Dimana dia
10. Pergilah Kasih, Kejarlah Selingkuhanmu
11. Seperti apa masa lalumu?
12. Kutemukan!, Kamu Orangnya
13. Pengganggu Hubungan
14. Obsesi
15. Senjata Makan Tuan
16. Sial
17. Kecemasan
18. Bertanding Denganmu Part 1
19. Bertanding Denganmu Part 2
20. Hukuman Bertaruh

21. The Power of Ibu-ibu

69 20 36
Por Febymercylia

APA KABARR Kaum Jomblo💞?

Semoga baik selalu yaa🌝
Jaga kesehatan😍
Minggu depan aku izin gak publis ya🥺
Mau ulangan dulu hiks😥 aku do'a in moga kalian lancar juga ulangannya 😗

Luv you all💖

Jangan Lupa Beri Bintang, Komen, Share Ketemen Kalian dan Follow Author untuk dapat notif episode selanjutnya😍

1 vote dan komen dari kalian sangat berarti 💗.

HAPPY READING❣️

-----------------------------------------------------------
21. The Power of Ibu-ibu
-----------------------------------------------------------

Glory mengendus sebal, "Kok gitu sih? Siapa kamu! berani ngatur-ngatur?" bentak Glory tidak mau kalah.

Dilo yang tidak pernah melihat Glory sedingin ini, hanya bisa bungkam melihat perdebatan antara Devon dan Glory.

Devon menujuk Glory dengan jari telunjuknya.
"Eits, jangan lupa taruhannya. Kamu bukan orang bodoh, yang mudah ngelupain sesuatu."

Glory memundurkan langkahnya, "Iya-iya aku masih inget."

Devon mengangguk-angguk, "Bagus deh, nanti pulang sekolah aku tunggu di depan kelas."

Glory pergi meninggalkan Devon, "Duluan Dilo," pamit Glory.

"Hmm," gumam Dilo.

Dilo yang terperangah langsung berbisik ke arah Devon, "Wah gila, Lo bisa naklukin Glory."

Devon memunculkan smirknya, "Yaiyalah. Lo harus tau tipe cewek yang mau lo deketin itu, tipe cewek yang kayak gimana."

Dilo menepuk pundak Devon, "Combalangin gue dong kalo gitu."

"Idih, cowok-cowok minta dicomblangin. Usaha sendiri lah," ejek Devon dan meninggalkan Dilo.

"Lo kemarin gue bantuin buat deketin Glory woii!!!" pekik Dilo kesal.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Sepulang sekolah, Devon dan Glory menuju parkiran.

Drtt... Drtt...
Devon mengambil hpnya dari saku.

Bunda Ratu is calling...

"Halo? Iya bunda?"

'Kamu udah pulang sekolah belum?'

"Udah, ini Devon lagi di parkiran."

'Nanti pas lewat pertigaan mampir bentar ke toko Sinar Terang ya, beliin bunda stok dapur yang udah habis. Nanti bunda kirim deh apa aja yang harus dibeli.'

Devon melirik Glory, "Emm, oke deh bunda."

'Bunda tutup dulu yaa, Assalamualaikum.'

"Hmm, waalaikumsalam bunda." Devon menaruh hpnya kembali ke dalam saku.

Devon menatap Glory dari atas sampai bawah dan yang ditatap pun merasa ada yang aneh.

"Habis ini, ikut ke Sinarterang," ajak Devon.

Glory berpikir sejenak.
"Eum, tapi aku mau ganti baju dulu di rumah."

Devon mengangguk persetujuan dan menyerahkan tasnya untuk dipegang oleh Glory.

Glory memakai helmnya dan menaiki sepeda motor Devon.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
"Bundaa!!!!" Teriak Glory memasuki rumahnya.

"Assalamualaikum," salam Devon ikut menyusul masuk.

Glory kembali menghampiri Devon, "Kayaknya bunda lagi ngantar pesanan kue lagi deh, kamu tunggu disini aku mau mandi bentar."

Devon mengangguk. Glory beranjak menaiki tangga menuju kamar. Devon memainkan hpnya sambil menunggu Glory selesai dengan ritual mandinya.

Namun, karena terlalu jengah Glory belum juga turun. Akhirnya, Devon beranjak dari duduknya dan melihat foto-foto yang terpampang di rak TV.

Banyak foto Glory dengan keluarganya. Devon tersenyum melihat foto masa kecil Glory.

"Cantik kan?" ucap Glory tiba-tiba menghampiri Devon.

Devon yang tersentak, langsung meletakkan kembali vigura itu.

"Hmm," Devon hanya bergumam.

"Lihat foto yang ini," Glory mendekat dan menunjuk salah satu foto.

Devon menatap foto itu.

"Ini hari pertama aku meraih prestasi. Semangatku yang mulai menggelora dari hari itu sampai hari ini," jelas Glory.

"Kata Dilo, kamu anak yang pantang menyerah. Jadi, apa yang membuatmu jadi ambis?"

"Meraih sesuatu harus dilakukan secara totalitas bukan? kalau setengah-setengah hasilnya percuma saja."

Devon tersenyum dengan pemikiran Glory dan mengangguk mengerti.

"Ini waktu acara apa?" Devon menunjuk foto Glory yang sudah tumbuh dewasa.

Glory mengengecek foto yang Devon tunjuk, "Ahh itu, waktu aku jadi murid terbaik diacara perpisahan," jelas Glory.

Devon beralih melihat foto disamping nya dan mulai tertawa.

"Ini kamu?"

Glory berpikir, "Hmm, kelas 8 SMP."

"Pftt, belum Glow up hm?!" Devon menutup mulutnya, mencoba menahan tertawanya.

"Iyalah! Glow up tuh butuh modal sama proses! Kamu kira gampang ha!"

"Kantong tipis mah gak bisa beli skincare."

Devon meraup wajah Glory dengan tangannya karena gemas, "Hmm, biasa dong mukanya."

Devon beranjak mengambil tas dan kunci sepeda motornya, "Ayo berangkat."

Glory mengangguk dan menyusul Devon.

"Rumah udah dikunci kan?" tanya Devon menyerahkan helm dan mengecek sadel sepedanya.

"Eh tunggu jangan naik!" Cegat Devon yang melihat Glory, ingin menaiki sepeda motornya.

Glory yang kebingungan hanya melongo, "Kenapa?"

"Bentar sadel sepeda motornya masih panas." Devon menaiki sepeda motornya dan menduduki sadel belakang tempat Glory duduk.

"AWW!!" ringgis Devon, rasa panasnya menjalar ke paha Devon.

Glory terkekeh, "Shit jantung gue," batin Glory. Pipinya bersemu oleh perlakuan manis Devon.

"Sial, panas banget!" batin Devon berusaha menahan.

Devon kembali turun dari sadel sepeda belakang dan menduduki sadel depan menahan rasa panasnya lagi.

Devon meraba sadel belakang untuk memastikan, apakah sadel belakang masih tetap panas atau sudah dingin.

"Udah, sekarang boleh naik," perintah Devon dan Glory menaiki nya.

Devon memegang kedua tangan Glory dan melingkarkan pada pinggangnya, "Pegangan yang erat, ntar terbang lagi," goda Devon.

"Enak aja, kamu kira aku balon apa?!"
Glory melepaskan genggaman tangannya pada pinggang Devon.

Brum! Devon sengaja menarik gas sepeda motornya mendadak.

Alhasil, Glory yang belum siap langsung memeluk Devon karena takut terjatuh.

Devon tersenyum licik, dirinya menang lagi hari ini.

Glory memukul bahu Devon kesal.
"Pelan-pelan atau aku cubit nih ginjal kamu hmm!!" ancam Glory.

Devon bergidik ngeri dan langsung melepaskan genggaman tangan Glory pada pinggangnya, "Yaudah-yaudah, pegang bahu aja deh." Devon mengarahkan tangan Glory pada bahunya.

Devon kembali menekan gas sepeda motornya, melaju tidak terlalu cepat seperti biasanya.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Sesampainya didepan toko Sinar Terang, Devon pergi mengambil Troli.

"Ini pegang," Glory menyerahkan tas kantong.

Devon yang kebingungan hanya menatap tas kantong itu.
"Buat apa hm? Troli kan udah cukup Glo."

"Kamu gak liat daftar yang harus dibeli dari bunda kamu? Gak bakalan cukup kalau cuma Troli Dev!"

Devon menggelengkan kepalanya, "Cukup, udah simpen aja tasnya."

"Yauda lihat aja nanti, gak bakalan muat!" Glory memasukkan tas kantong itu pada sakunya kembali.

Devon dan Glory mulai memasuki toko Sinar terang. Glory mengecek kembali hp Devon.

"Susu Anlene." Glory segera berjalan ke arah rak ketiga yang biasanya terletak disana.

5 menit setelah memilih bahan-bahan yang ada, mereka mulai lelah dan berhenti sejenak.

Belum semua bahan dan barang yang dibeli, benar-benar trolinya sudah penuh.

Glory mengeluarkan tas yang ia simpan tadi dan menatap Devon dengan penuh kemenangan.

"Udah aku bilang kan? Gimana? Mau pakai kanton tas?"

Devon tersenyum dan mengangguk.

"Dibilangin ngeyel mangkanya, urusan kayak gini nih gampang buat perempuan." Glory menjentikkan jarinya pertanda sepele.

"Kamu pegang trolinya aja, aku yang pegang tas kantongnya," perintah Glory mengatur semuanya.

"Emang tas nya gak berat? Sini biar aku pegang dua-duanya," ucap Devon mau merampas tas kantong itu.

"Udah gapapa aku masih sanggup. Nanti kalau udah berat, baru aku kasih kamu."

Glory kembali mengecek barang apa yang harus dibeli selanjutnya.

"Quaker dan Ritz." Glory mengingat-ingat tempat biasa diletakkan nya kedua barang itu.

"Kamu ambil Ritz di bagian rak nomer 6 dari sini, aku ambil Quaker dulu," perintah Glory dan meninggalkan Devon.

Devon menggeret troli menuju rak yang sudah Glory bilang. Namun, setelah Devon telusuri dari ujung rak pun tidak ada.

Akhirnya Devon kembali menghampiri Glory.

Glory sepertinya sedang memilih teh.

"Glo, aku udah nyari Ritznya tapi gak ada," lapor Devon.

Glory mengerutkan keningnya, "Itu makanan kesukaan bunda kamu kan? Masak kamu gak tau tempatnya? Terus kemarin-kemarin kalo bunda kamu nyuruh kamu belanja gini, kamu gimana?"

Jati diri seorang ibu-ibu dari diri Glory keluar begitu saja. Sudah seperti layaknya seorang ibu yang sedang memarahi anaknya.

"Aku biasanya dibantu sama kasir perempuan disini," ucap Devon polos.

"Pftttt!!" Glory berusaha tidak menertawakan Devon. Tapi yang benar saja, Devon merepotkan si kasir.

Tapi, kalaupun dipikir-pikir, siapa yang akan menolak Devon yang memiliki tampang yang membuat siapapun terpikat seketika. Semua orang akan membantu Devon dengan sukarela.

"Sini deh, coba aku cek." Glory menarik lengan Devon menuju rak ke 6 lagi.

Devon hanya pasrah lengannya ditarik. Meskipun Devon mulai pegal karena sudah menggeret troli yang beratnya sudah hampir seperti 10× lipat bola tolak peluru.

Glory berdiri dan mengecek, "Emm, biasanya sih bagian sini." Tunjuk Glory dan menjelajahi rak itu.

"Ah ketemu!" Glory mengambilnya dan menunjukkan pada Devon.

"Ini bukan?"

Devon meraup wajahnya pasrah, "Tadi beneran gak ada Glo."

Glory menggeleng dan menghampiri Devon.

Drrttt.... Drrttt...

Hp Devon kembali bergetar. Devon merogoh sakunya.

"Aku angkat telfon bentar," izin Devon dan pergi.

"Hm? Ya bunda?"
'Kamu gimana? Sanggup belanja semua barangnya?'
"Sanggup kok bunda, ini Devon lagi dibantuin sama temen."
'ih baik banget temen kamu, bilangin makasih ya dari bunda. Bunda pengen lihat deh anaknya kayak gimana. Nanti, ajak kerumah yaa.'
"Siap bunda, Devon matikan dulu ya hpnya."
'Hmm oke deh jangan pulang malam-malam inget ya!'
"Iyaa bundaa, assalamualaikum."
'Waalaikumsalam.'

Devon memperhatikan Glory dari jauh dan seulas senyum terpatri dibibir Devon.

Glory menghampiri Devon dengan kantong tas belanjaannya yang sudah penuh.

"Udah, aku gak sanggup tas nya berat."

"Yaudah, sini aku yang pegang."

Glory membaca barang terakhir yang harus dibeli dan beranjak berjalan ke rak paling belakang dengan Devon yang membuntuti seperti seorang Bodyguard.

"Nah udah ketemu, ayo cepet ke kasir," ajak Glory memasukkan sebuah susu santan pada Troli.

Glory dan Devon mengantri menunggu giliran pembayaran. Banyak yang memperhatikan mereka berdua, bahkan ada anak siswa SMP yang berbisik-bisik disamping mereka.

"Glo," panggil Devon pelan.

Glory menatap Devon, "Hm?"

"Bunda aku tadi bilang makasih kamu udah bantuin belanja, terus abis ini ikut aku kerumah ya, bunda pengen ketemu kamu," tutur Devon.

Glory mengulas senyum dan mengangguk semangat
"Iya sama-sama." "Tapi kayaknya aku gak bisa deh," sambung Glory menunduk kebawah.

"Soalnya, nanti malam ada acara. Aku harus siap-siap bantuin bunda."

Devon mengangguk mengerti,"Gapapa, nanti aku bilangin bunda."

Devon dan Glory maju kebarisan pertama untuk membayar semua barang yang sudah mereka pilih.

Setelah mereka selesai membayar dan membawa barang belanjaan mereka keluar menuju parkiran.

"Taruh bagian depan aja Dev, dibelakang gak cukup," usul Glory. Devon menuruti.

"Ayo pulang," Devon memasangkan helmnya kearah Glory.

Damn! Jantung Glory berdetak tidak karuan oleh sikap Devon yang membuat perutnya geli.

"Inget, besok aku jemput jam 7 pas."

"Gak usah dijemput juga gapapa kali," ucap Glory dengan suara kecil.

"Ck, gak ada penolakan Glo."

"Dih, kamunya kan yang maksa! Aku tau kamu cuma mau modus kan bener kan??!!" Cibir Glory berkacak pinggang.

"Coba pikir dulu, buat apa aku modus hm?" Devon menunjuk² kening Glory.

Devon menaikan jagrak motornya sambil terus-menerus mendengar dumelan Glory.

"Ya mungkin, karena kamu suka aku kan." Jawab asal Glory

Glory mulai menaiki sepeda motor Devon dan memperbaiki duduknya.

Brumm brummm

Devon mulai menjalankan sepedanya, percakapan mereka terhenti sejenak.

Glory memukul-mukul kepalanya.
"Astagaa, bego-bego. Ngapain tadi ngomong gitu ampun dah kepedean kan jadinya," batin Glory.


Bersambung~~~

NEXT yaa???
NEXT???
NEXT 👉🏻👉🏻

Seguir leyendo

También te gustarán

1.4M 133K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
3.3M 34.6K 30
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
255K 713 7
Vote masa cuma sange aja vote juga lah 21+
7.2M 350K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...