BLACK SWAN

Por AnfaaDa

7.3K 2.9K 2.1K

[Camillo High School Series 2] "Kak Rey tau gak? Kadang tuh cowok suka gak sadar kalo kelakuannya bikin cewek... Más

Annyeonghaseyo-!
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15

Part 5

459 200 72
Por AnfaaDa

Follow akun ini-!
Udah? Gomawoyo-!

•••

5. The Usual Problem

•••

Revanya masuk ke gerbang rumahnya dengan membawa tote bag di satu tangannya yang berisi beberapa novel yang ia beli dari Gramedia tadi.

Saat hendak membuka pintu, matanya tak sengaja menangkap dua pasang sepatu yang tergeletak di atas lantai. Dengan semangat, Revanya membuka pintu dan langsung menoleh kesana-kemari mencari keberadaan orangtuanya.

"Assalamualaikum! Ayah, bunda, Revanya udah pulang!" Teriaknya membuat sepasang suami istri keluar dari kamarnya dan menghampiri Revanya.

"Waalaikumsalam."

Senyum Revanya mengembang dan langsung berlari ke arah mereka untuk memeluknya. "Aaaa kangenn."

Bram -ayah Revanya- dan Bella -bunda Revanya- pergi keluar kota sejak 2 minggu lalu karena urusan pekerjaan. Perusahaan dan kedai mereka ada di beberapa cabang dengan kota yang berbeda, karena itulah dua bulan sekali orang tua Revanya pergi ke luar kota untuk memantau langsung keadaan kedai mereka.

"Bunda juga kangen." Ucap Bella sambil mengelus sayang rambut Revanya.

"Gak kangen ayah nih?"

Revanya berhenti memeluk bundanya, dan menatap sinis sang ayah. "Enggak. Ayah boongin Rere. Katanya hari ini gak jadi pulang dan besok cuman mau ngirim uang." Revanya melipat kedua tangannya dan memalingkan wajahnya dari sang ayah.

Bram terkekeh melihatnya. "Iya iya, maafin ayah. Besok kita ke Gramed borong novel semau kamu."

Revanya mengulum senyumnya dan lekas memeluk sang ayah. Revanya gak bohong, dirinya memang kesal karena Bram ternyata bohong padanya. Revanya paling benci kebohongan. Entah keluarganya ataupun orang lain, jika berbohong, mereka akan tetap sama di mata Revanya.

Beberapa saat kemudian, sang ayah mengurai pelukannya dengan sang anak. Kemudian sang bunda berbicara. "Kamu udah tau, kalo dua hari lagi oma sama opa pulang?" Tanya Bella hati-hati.

Revanya terdiam. Teringat ucapan Kinara saat meneleponnya di Gramedia tadi. Bahkan saat di perjalanan pulang tadi mereka tidak membuka suara sama sekali, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Melihat respon Revanya, Bella dan Bram saling pandang beberapa saat. Mereka tahu betul yang dirasakan anak itu. Khawatir, takut, dan resah bercampur menjadi satu. Mengingat perlakuan oma nya yang selalu kurang baik terhadap Revanya, membuat mereka selaku orang tua menjadi sedikit tergores hatinya.

"Rere udah tau dari kak Nara." Jawab Revanya sambil mengangguk.

Bella tersenyum menenangkan. "Gapapa, ada bunda sama ayah, Rere gak perlu takut." Ucapnya sambil mengelus rambut Revanya.

Revanya hanya merespon dengan senyuman. Nyatanya, Bram dan Bella tidak bisa melakukan apapun untuk membela Revanya jika sedang berhadapan dengan omanya. Terkadang Revanya heran mengapa perlakuan sang oma seperti sangat membenci dirinya.

"Udah gak usah dipikirin. Sok ganti baju, bunda udah masak di dapur. Kita makan bareng abis ini."

Revanya mengangguk semangat. Harusnya dirinya tidak perlu merasa cemas, cukup jalani seperti biasanya saja. Lagipun, ini bukan pertama kalinya ia bertemu dengan sang oma. Revanya hanya perlu menguatkan mentalnya untuk acara makan malam keluarga besar dua hari mendatang.

•••

Revanya tidur terlentang di atas karpet bulu di kamarnya. Heran dengan dirinya sendiri, tidak biasanya ia seperti ini. Merasa cemas berlebihan pada sesuatu yang ia sendiri tidak tahu apa itu.

Revanya hanya diam sedari tadi sambil menatap langit-langit kamarnya. Sampai suara ketukan pintu membuatnya bangkit dan duduk bersandar pada ranjangnya.

"Kok belum tidur?" Tanya Bram yang kini sudah duduk di depan Revanya.

Revanya menatap Bram, lalu teringat sesuatu. "Eh iya, Yah. Rere sebenarnya udah beli banyak novel tadi pas pulang sekolah." Ucap Revanya dengan cengiran di bibirnya.

"Oh ya?" Bram melipat kedua tangannya di depan dada. "Yaudah besok gak jadi ke Gramed. Kan katanya udah beli banyak tadi."

Revanya melotot tak terima. "Dih ya gak bisa gitu dong, tadi kan Rere beli pake uang jajan Rere, kalo besok kan pake uang ayah." Sewotnya.

"Buat apa sih novel banyak banyak gitu? Dibacain juga enggak. Ayah liat kamu lebih sering baca buku sekolah daripada novel."

"Enggak ya, gak usah alesan. Pokoknya besok harus pergi." Tekan Revanya. Namun sebuah ide tiba-tiba terlintas begitu saja di pikirannya.

Revanya menjentikkan jarinya. "Mending gini aja, kita main permainan 'Tang-su-yuk'. Kalo Rere bisa menang 3 kali berturut-turut, besok harus jadi ke Gramedia. Sebaliknya, kalo ayah yang menang 3 kali berturut-turut, besok gak jadi ke Gramedia. Gimana?" Tawar Revanya.

Bram menatap Revanya dengan wajah heran. "Gimana Ayah mau menang kalo Ayah aja gak tau cara mainnya."

"Ih yakan belum Rere jelasin Ayah." Gemas Revanya. "Nih ya dengerin." Revanya mulai menjelaskan bagaimana cara kerja permainan tersebut.

Revanya beberapa kali memasang wajah kesal saat Bram mengeluh tidak paham dengan penjelasan Revanya. Padahal Revanya udah jelasin nyampe akar-akarnya. Tetep aja gak paham.

"Sekarang paham gak?" Tanya Revanya untuk kesekian kalinya.

Bram tertawa kencang. "Iya paham. Paham dari tadi malah." Jawabannya seolah-olah tak bersalah.

"IH AYAH MAH GITU! DEMEN BANGET BIKIN RERE TERTEKAN!" Teriak anak itu frustasi. Ya gimana enggak. Kayaknya Rere udah jelasin aturan mainnya dari setengah jam lalu. Kalo udah paham kenapa gak bilang dari tadi.

Bram menghentikan tawanya lalu berdeham. "Yaudah yaudah, ayo main sekarang, abis itu langsung tidur."

Revanya melirik sinis ke arah Bram. "Inget, semuanya kalo menang 3 kali berturut-turut. Kalo gak berturut-turut ya berarti gagal."

Permainan pun dimulai dengan Revanya yang masih tetap memasang wajah kesalnya. Namun tak berlangsung lama sampai anak itu berhasil memenangkan permainan dan langsung tertawa girang karenanya.

Dalam hati Bram tersenyum. Dirinya tau Revanya sedang merasa cemas menyangkut masalah omanya, maka dari itu dia berinisiatif untuk mencoba menghibur Rere-nya. Kesayangannya.

Sampai ia tiba-tiba teringat ada satu fakta yang selalu membuatnya resah ketika memikirkannya.

•••

Revanya keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. Melirik jam digital di atas meja belajarnya yang menunjukkan pukul 19.23.

Revanya aslinya capek karena seharian tadi ngabisin waktu di Gramedia sama ayahnya. Mau tidur tapi belum ngantuk.

Revanya tengkurap di atas ranjangnya sembari membalas pesan singkat dari Dean dan beberapa temannya yang lain. Menunggu sampai rasa kantuknya datang. Tangannya yang sedang mengetik balasan terhenti saat tiba-tiba ada panggilan masuk yang membuatnya menahan senyum.

Kak Rey-! Is calling.

Cepat-cepat ia menggeser tombol hijau untuk mengangkatnya. "Yoboseyo?"

Revanya dapat mendengar suara tawa dari seberang sana. "Kenapa ketawa ih."

"Enggak. Lucu aja denger lo ngomong logat Korea."

"Aku mah emang udah lucu dari lahir."

Di seberang sana, Reynanda mengangguk menyetujui. Namun sayangnya Revanya tidak bisa melihatnya.

"Pede amat adeknya."

Revanya ikut tertawa saat mendengar tawa Reynanda.

"Eh Re, jalan yuk. Temenin beli Starbucks, biar gak kentara banget jomblonya."

•••

[To be continued]

•••

Jangan lupa voment nya-!

Seguir leyendo

También te gustarán

343K 15.9K 29
Valerie Grazella Margaretta adalah gadis yang bebas melakukan apapun semau dia. Pakai rok mini? Boleh. Mabuk? boleh. Punya banyak pacar? Kenapa tidak...
7.1M 300K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
2.7M 136K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
586K 45.3K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...