Jangan protes kalo mulmed jadinya chef Juna.
Ini kan daya Imajinasinya Thor.
Hehehehee
Promo:
Nantikan POHON SERIBU BANGAU
Happy Reading ^_^
♡♡♡♡
Setelah memakai celemek yang biasa digunakannya untuk bekerja, Pelangi langsung menghambur kedalam pantry dan menyatukan dirinya dengan pekerjaan.
Dengan sigap ia membantu pekerjaan yang sedang ditangani oleh Ken.
"Siap sausnya Rain!" Seru Ken yang langsung mendapat jawaban. "Aye Captain!" Dari Pelangi.
Sebuah senyuman langsung tersungging disudut bibir Ken. Entah kenapa ia suka sekali dengan jawaban dari asistennya itu.
Dan...
Ken memanggilnya Rainbow, bahasa Inggrisnya Pelangi.
Alasan kenapa memanggilnya Rainbow? Adalah karena nama Pelangi sangat jelek jika harus dipanggil secara terpisah.
Pria berusia 27 tahun itu sempat melirik kearah Pelangi. Setelah mendapat perintahnya, gadis itu langsung menyiapkan bahan-bahan sausnya dan mulai mengolahnya.
Ken sangat puas dengan cara kerja Pelangi. Ia merasa cocok dalam bekerja sama dengan asistennya itu. Dan yang paling penting, Pelangi tidak diam-diam suka padanya. Itulah nilai lebih Pelangi.
Setelah menyelesaikan sausnya, ia langsung menerima 4 piring berisi steak dari tangan bosnya itu, lalu menyiram saus buatannya diatas steak.
Dengan gerakan kilat ia mengarnish hidangannya lalu memberikan aba-aba pada salah satu pelayan yang sudah menunggu. Seorang pria berkemeja putih lengkap dengan rompi berwarna hitam dan dasi kupu-kupunya segera mengambil hidangan yang sudah siap itu lalu dibawanya ke meja tamu.
Selanjutnya, Pelangi sudah menghandle pesanan meja 18.
2 porsi chicken fillet dan cream soup.
♡
Tepat jam 10 malam. Pelangi keluar dari pantry.
"Sial!" Desisnya ketika melihat hujan yang turun dengan derasnya diluar restoran. "Hah!" Ia hanya bisa mendesah dan pasrah.
Kakinya melangkah menuju teras restoran. Lalu duduk meringkuk disudut dengan melipat kedua lututnya yang terbungkus dengan celana jeans pensil belel.
Bakal kemaleman kalau nunggu reda. Pikirnya.
Namun ia hanya bisa pasrah. Ia tidak akan nekad menerobos hujan malam ini. Kalau ia sampai jatuh sakit, maka itu malapetaka untuknya.
Mau cari uang kemana lagi untuk memeriksakan diri ke dokter.
1 jam berlalu.
Hujan belum juga menampakkan tanda-tanda akan berhenti.
"Rain?"
Pelangi langsung mendongak. Hanya satu orang saja yang memanggilnya seperti itu.
"Chef Ken?"
"Kamu ngapain disitu?"
"Ehg... Hujan chef, nggak bisa pulang." Jawab Pelangi.
Ken hanya tersenyum, lalu mengulurkan tangan kanannya. "Masuk!" Ajaknya. "Kamu nggak mau kedinginan diluar sini kan?"
Meskipun sempat ragu-ragu, akhirnya Pelangi menerima uluran tangan Ken dan berdiri dari tempatnya meringkuk.
Ketika Pelangi membuka jaketnya yang sudah agak basah karena air hujan ia sudah tidak melihat Ken lagi, sepertinya pria itu langsung masuk kedalam pantry.
Pelangi menyampirkan jaketnya digantungan mantel yang disediakan untuk tamu lalu berjalan menuju pantry.
Benar saja! Ternyata Ken sudah berkutat dengan masakannya.
Apa pria itu belum makan malam? Ini sudah hampir lewat tengah malam.
"Masak apa chef?" Tanya Pelangi. Ia tidak berminat untuk membantu Ken memasak. Jadi ia memilih duduk diseberang meja pantrynya saja.
Ken melihat Pelangi sekilas dan tersenyum. "Masak spagetti." Jawabnya. "Kamu lapar nggak?"
Pelangi mengangguk pelan. Sudah hampir 1 jam ia menunggu diteras restoran, tubuhnya mulai mengigil kedinginan.
"Kamu tunggu dikantor aja. Ntar aku bawa kesana."
"Ehg... Saya bantuin chef." Sahut Pelangi cepat. Ia segera bangkit dari kursinya, lalu melangkah mendekati meja pantry.
Ken menoleh dan melotot galak kearah gadis itu. "Nggak usah Rain!"
Pelangi langsung menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti lalu meninggalkan Ken didapur.
Jujur saja! Pelangi merinding jika melihat sorot mata bosnya itu. Sorot mata yang tajam menyiratkan ketidaksukaan jika perintahnya dibantah.
Kedua kaki Pelangi mulai menapaki anak tangga menuju ke lantai 2. Letak kantor Ken.
Tanpa perlu mengetuknya lagi, ia langsung membuka pintu ruang kerja bosnya.
Pandangan matanya langsung disuguhi dengan nuansa maskulin.
Sebuah sofa berbahan kulit berwarna hitam dengan model minimalis terletak disudut ruangan. Rak TV berbahan kayu partikel berwarna dark brown dipasang menempel di dinding yang berdekatan dengan meja kerjanya.
Lukisan dan gambar-gambar bebingkai koleksi Ken kebanyakan bertema Harley Davidson.
Pelangi melangkahkan kakinya untuk masuk dan melangkah mendekati sofa kulitnya.
Ia mendudukkan pantatnya perlahan-lahan sambil terus mengamati isi ruangan.
Ini kali pertamanya ia masuk kedalam kantor Ken. Selama ini ia hanya berurusan dengan Miss Olive, sepupu Ken yang menjabat sebagai asisten kerja kepercayaannya. Jadi apapun yang berhubungan dengan kontrak kerja, gaji, absen dan lain-lain Miss Olive lah yang menangani.
"Dinner's ready." Suara Ken membuyarkan lamunan Pelangi.
Tangan kanannya langsung mengusap tengkuknya dengan kikuk seolah telah tertangkap basah seperti maling. Ia merasa malu hati jika Ken sampai tahu penyusuran matanya yang lancang meneliti setiap sudut tempat pribadi milik Ken.
Ken meletakkan nampan yang dibawanya keatas meja lalu duduk disebelah Pelangi.
"Ini bukan makan malam lagi chef." Celetuk Pelangi.
Ken langsung menoleh kearah gadis disampingnya itu. "Can you call my name without chef?"
Pelangi sempat menautkan kedua alisnya, tanda bagi otaknya yang sedang berpikir.
Tuk--
Ken malah mengetuk garpu ditangannya kedahi gadis itu membuat Pelangi terkesiap seketika lalu mengelus-elus jidatnya dengan sorot mata -Kenapa chef-
Ken hanya mendengus kesal lalu menjawab. "Sudah! Makanlah lalu pulang."
"Diluar masih hujan chef."
Ken jadi gemas saat melihat ekspresi asistennya itu. Pelangi terlihat 'lola' alias loading lambat. Sangat jauh berbeda dengan Pelangi yang super cekatan saat dipantry.
Mungkin ia sudah terlalu lelah dan mengantuk. Pikir Ken.
"Nanti saya yang antar kamu pulang."
"Ooo."
Tanpa banyak bertanya lagi, Pelangi langsung mengambil garpunya lalu menyendok spagetti bolognese dan memasukkannya kedalam mulutnya.
"Enak Rain?" Tanya Ken. Pria itu bahkan belum menyentuh makanannya.
Pelangi hanya mengangguk. Pipinya menggembung dan bergerak-gerak karena mengunyah isi didalam mulutnya.
Ken tersenyum melihatnya. Pelangi memang tidak pernah menjaga image dihadapannya. Gadis itu memang sangat berbeda. Pikirnya lagi.
Pelangi sangat menikmati santapan tengah malamnya tanpa menyadari kalau pria disebelahnya itu sedang mengamatinya.
Selama bekerjasama di dalam pantry, Ken memang tidak pernah membicarakan hal lain selain menu pesanan.
Tapi tidak malam ini, Ken bisa sesuka hatinya menanyakan apapun tentang Pelangi.
"Kamu udah punya pacar Rain?"
"Uhuukk uhhuukk!"
Dengan cepat Ken mengangsurkan sebotol air mineral ketangan Pelangi. Tangan kirinya juga menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.
Pelangi meraih selembar tissue dari kotaknya yang terletak diatas meja dan mengelap mulutnya.
Ken tersenyum saat melihat gadis itu tengah melotot galak kearahnya. "Sorry! I shouldn't ask you this question." Katanya.
"Itu kan pertanyaan sensitif, chef." Katanya ketus. Ia hampir lupa kalau saat ini sedang berbicara dengan bosnya. Where is the manner?
Ken tersenyum usai mendengar perkataan Pelangi yang lebih mirip dengan omelan itu. "So...do you have a boyfriend?"
Pelangi menggeleng pelan. "Saya nggak mau pacaran chef. Belum pantes!"
Ken mengerutkan dahinya dan menatap heran kepada gadis itu. "Belum pantes?"
Pelangi mengangguk. "Iya chef, saya mau pacaran kalau udah lulus kuliah."
Ken juga ikut mengangguk. Ia yakin sekarang, kalau Pelangi memang sangat berbeda.
"Kalau yang lagi PDKT ama kamu ada nggak?"
"Nggak ada chef! Saya ini mahasiswi yang tak kasat mata dikampus."
Ken tertawa ringan usai mendengarnya. "Masa sih?"
Pelangi mengangguk lagi. Singkatnya, ia memang tidak pernah dilirik oleh lawan jenisnya di lingkungan kampus.
"Kamu percaya kalau saya juga tak kasat mata dikampus dulu?"
Pelangi menghentikan gerakan tangannya, ia mengantungkan genggaman garpunya diudara dan kedua matanya menatap dengan sorot tak percaya pada pria disampingnya itu.
"Iya bener!"
Pelangi malah mendecit lalu berkata. "Chef bukannya tak kasat mata tapi tak kasat buku absen alias nggak pernah datang kekampus."
Dan tawa Ken pun meledak.
♡♡♡