ᴄᴀᴍᴀʀᴀᴅᴇʀɪᴇ [ᵂⁱⁿʷⁱⁿ ˣ ʸᵒᵘ]

By firasbluelight

27.5K 4.8K 240

[END] "Aku tidak pernah menyesal mempercayaimu karena itu adalah salah satu pilihanku." -(y/n) "Kepercayaanm... More

💮하나💮
💮둘💮
💮셋💮
💮넷💮
💮다섯💮
💮여섯💮
💮일곱💮
💮여덟💮
💮아홉💮
💮열💮
💮열하나💮
💮열둘💮
💮열셋💮
💮열넷💮
💮열다섯💮
💮열여섯💮
💮열일곱💮
💮열여덟💮
💮열아홉💮
💮스물💮
💮스물하나💮
💮스물둘💮
💮스물셋💮
💮스물넷💮
💮스물다섯💮
💮스물여섯💮
💮스물일곱💮
💮스물여덟💮
💮스물아홉💮
💮서른💮
💮서른하나💮
💮서른둘💮
💮서른셋💮
💮서른다섯💮
💮서른여섯💮
💮서른여곱💮
💮서른여덟💮
💮서른아홉💮
💮The End💮
💮Q & A💮
Sequel?

💮서른넷💮

505 100 2
By firasbluelight

~Happy reading♡~

Selesai makan kalian berdua kembali ke kamar, kali ini Winwin tidak menggendongmu lagi karena katanya dirimu berat.

Sialan memang.

Tapi akhirnya dia membopongmu perlahan menaiki tangga, mencoba agar kamu tidak merasakan ngilu di pinggulmu saat menaiki tangga.

Sesampainya di kamar kalian berdua mengerjakan kegiatan masing-masing, Winwin yang sibuk bermain ponselnya sedangkan kamu sibuk menatap Winwin yang sibuk dengan ponselnya.

"Win."

Kamu memanggil suamimu itu tapi tidak di gubris olehnya, padahal jarak kalian sangat dekat.

"Win!"

Memperkeras panggilanmu akhirnya Winwin menoleh ke arahmu lalu mengangkat sebelah alisnya.

"Mau nanya," ujarmu yang langsung di angguki oleh Winwin, laki-laki itu bersandar di bantal sembari bermain ponselnya.

"Kalau ada orang nanya tuh simpen dulu handphonenya ganteng," ujarmu menyindir Winwin yang malah memainkan ponselnya di banding mendengarkan ceritamu.

Winwin langsung mematikan ponselnya dan meletakannya di atas meja, wajahnya beralih menatap ke arahmu yang membuatmu entah kenapa menjadi gugup.

"Jangan natap gue kayak gitu," ujarmu seraya membenarkan posisimu yang asal mulanya tengah tiduran menjadi duduk.

Kenapa menjadi canggung jika Winwin menatapmu seperti itu.

"Nggak gue mau nanya, tadi lo ngobrol apa aja sama Luna?" tanyamu mencoba bertanya baik-baik kepadanya.

"Kapan?"

"Pas tadi di koridor kelas," ujarmu dengan nada penasaran, Winwin terlihat berpikir sebentar lalu menatapmu kembali.

"Oh, bukan apa apa." Kamu yang mendengar jawaban Winwin langsung mengerutkan keningmu tak percaya.

Laki-laki di hadapanmu ini terlihat tidak jujur, entah kenapa firasatmu mengatakan seperti itu.

"Jujur win," ujarmu mengubah nada suaramu menjadi lebih serius, pasalnya jika menyangkut Luna kamu benar-benar tidak ingin ada candaan disana.

Winwin menatap ke arahmu yang menatapnya dengan serius lalu menghela nafasnya panjang.

"Dia sakit," ujar Winwin.

"Kepribadian ganda kan?" tanyamu mencoba mengetes kebenaran informasi yang diberikan Changbin untukmu tadi.

"Jadi karena itu maklumin aja."

Mendengar hal itu kamu langsung tertawa tak percaya, telingamu tak salah dengar? Winwin berkata seperti itu?

"Maklumin? Lo tau dia mau ngancurin hubungan kita?" tanyamu dengan nada kesal.

"Tau," jawab Winwin santai yang membuatmu semakin tidak percaya.

"Win, kok lo jadi ngebela dia sih," ujarmu tak percaya mendengar jawaban Winwin, kenapa bisa laki-laki itu malah membela Luna.

"Bukan ngebela, tapi kenyataan," ujar Winwin.

"Lo juga salah disitu karena pancing amarahnya," lanjut Winwin yang membuatmu semakin tak percaya mendengarnya.

Memancing amarah?

Harusnyakan kamu yang bilang seperti itu, tapi kenapa disini seperti Luna yang jadi korbannya sedangkan kamu pelakunya.

Lebih parahnya lagi Winwin sendiri yang bilang seperti itu.

"Kok lo kayak mojokin gue sih," keluhmu kesal pada Winwin.

"Itu kenyataannya."

Kamu langsung mendengus tak percaya mendengar jawaban Winwin lalu berdiri dari dudukmu, menahan rasa ngilu di pinggulmu.

BRAK!

Kamu membanting pintu kamarmu setelah keluar dari dalamnya, entah kenapa Winwin malah memojokanmu seperti itu.

Melihatmu yang baru saja membanting pintu kamar, Winwin menghela nafasnya panjang lalu mengambil ponselnya yang berada di atas meja.

Dia menyalakannya ponselnya dan melihat panggilan Luna yang masih terhubung dengan ponselnya, Winwin kembali menempelkan ponselnya di telinganya.

"Puas?"

Terdengar tawa yang kencang dari sebrang sana, membuat Winwin yang mendengarnya menghela nafas panjang.

'Inget perjanjian kita tadi Winwin'

Tut

Dan Luna menutup panggilang mereka secara sepihak, Winwin menurunkan ponselnya dari telinganya lalu melemparnya asal ke atas kasur.

Lalu bergegas keluar kamar dan menyusulmu yang sudah pergi ke bawah meninggalkan kamar.

"Sus, lihat istri saya?" tanya Winwin saat suster yang menjaga papahnya lewat di hadapannya.

"Ah tadi sedang bersama Bibi Nam di kamar tamu," ujar suster tersebut.

"Makasih sus."

Winwin berlari ke depan kamar tamu dan membuka kamar tamu yang langsung terdengar tangisanmu di telinga Winwin.

Dia melihat dirimu yang tengah di olesi arak oleh bibi nam di bagian pinggulmu sembari menangis, sesekali Bibi Nam menenangkan dirimu yang masih menangis keras.

"Ya terus mau gimana Non?" tanya Bibi Nam sembari memijit pinggulmu.

"Ya-ya aku maunya ka-AAA aduh sakit bi," ringismu yang membuat Bibi Nam tertawa.

"Maunya gimana? Yang namanya rumah tangga gak ada yang mulus Non," ujar Bibi Nam.

"Ya tapi kan masalahnya tuh si Win-AAA biii sakit," ringismu memotong ucapanmu yang langsung di tertawai oleh Bibi Nam lagi.

"Kalau punya masalah kalian harus bicarain baik-baik berdua, jangan pakai emosi kabur-kaburan kayak gini," ujar Bibi Nam menasehati dirimu.

"Tapi Winwin yang salah bi, nih ya bi Winwin tuh kadang baik kadang jahat. Saya juga heran sama dia tapi mau gimana lagi soalnya yang diheranin ya Winwin," keluhmu kesal.

Hingga kamu tidak sadar kalau Bibi Nam sudah tidak ada disana, di gantikan oleh Winwin yang duduk di belakangmu, mendengarkan keluh kesahmu tentang dirinya.

"Bibi juga sama kan? Dia tuh nyebelin bi, sok tau."

"Kadang perhatian kadang cuek, terus jug- eh bi?" Kamu yang mulai sadar bahwa tidak merasakan pijatan lagi di pinggulmu langsung berhenti berbicara.

Lalu menoleh ke belakangmu dimana tak ada Bibi Nam disana melainkan Winwin yang tengah memperhatikan serta mendengarkanmu sedari tadi.

"Kenapa jadi lo?" ujarmu sewot.

"Udah ngomelnya?" tanya Winwin yang membuatmu terdiam lalu menyilangkan tanganmu di depan dada.

"Y-ya belom lah," ujarmu sembari memalingkan wajahmu ke arah lain, hingga tiba-tiba sebuah tangan berada di kepalamu dan memutarnya menghadap ke arahnya.

Tangan tersebut menangkup wajahmu hingga menatap wajah winwin dari bawah.

"Maaf," ujar Winwin yang membuatmu memalingkan matamu dari wajahnya.

"Ayo kita bicara dulu," ajak Winwin lalu melepaskan tangannya dari wajahmu lalu duduk di sampingmu, kamu menghela nafasmu panjang danenoleh ke arahnya datar.

"Apa yang mau dibicarain? Lo mau nyalahin gue lagi?" keluhmu sedikit tidak mau jika berbicara tentang Luna lagi.

"Gak."

"Terus?"

Tiba-tiba Winwin menaruh kepalanya di pahamu yang membuatmu langsung terkejut, lalu mendorong kepala Winwin dari atas pahamu.

Tapi kepalanya kembali ke atas pahamu dan menahan tahanmu untuk mendorong kepalanya lagi.

"Ngapain sih?" tanyamu dengan nada kesal, bukannya menjawabmu Winwin malah menutup matamya dan menyilangkan lengannya di atas dada.

"Coba ceritain kejadian di lorong tadi."

Mendengar ucapan Winwin kemu menoleh ke arahnya kesal.

"Lo mau nyalahin gue lagi?" tanyamu dengan nada sarkas.

Kali ini Winwin membuka matanya dan menatap wajahmu dari bawah, meneliti setiap sudut wajahmu dari arah bawah.

Membuatmu sedikit risih dan menutup matanya dengan tanganmu. "Apaan sih."

"Makanya cerita," suruhnya sembari menyingkirkan tanganmu dari matanya dan menatapmu kembali.

"Gue dengerinnya sambil tutup mata," ujarnya

"Biar lo gak risih." Dia kembali menutup matanya yang langsung membuatmu menghela nafas panjang, lalu menatap wajah Winwin yang berada tepat di bawahmu.

"Mau mulai darimana?" tanyamu masih dengan nada kesal, kamu melihat Winwin menyunggingkan senyum kecil di wajahnya.

"Terserah."

Akhirnya kamu mulai menceritakan awal mula pertengkeranmu dengan Luna hingga Winwin datang dan melerai kalian berdua, Winwin hanya terdiam dan menyimakmu berbicara tanpa berniat bertanya apapun.

"Udah segitu aja, oh satu lagi  tadi di uks gue juga ketemu changbin," ujarmu yang membuat Winwin membuka matanya dan menatapmu heran.

"Cuma kebetulan aja, jangan salah paham," lanjutmu saat melihat Winwin yang sudah membuka matanya dan menatapmu dengan tatapan khasnya.

"Sekarang giliran lo," ujarmu menyuruh Winwin untuk menceritakan pembicaraannya dengan Luna saat kamu ke UKS tadi. 

"Apa?"

kamu memutar bola matamu malas mendengarnya, dia seakan mencoba mengalihkan pembicaraannya setiap kamu bertanya tentang pembicaraanya dengan Luna.

"Win jangan sok polos," ujarmu dengan nada kesal, laki-laki itu menghela nafasnya panjang.

"Dia sakit," ujar winwin singkat.

"Kan tadi lo udh bilang di kamar," jawabmu kesal.

"Ya udah itu doang pembicaraan tadi," ujar Winwin.

Karena kesal kamu mendorong kepala Winwin dari atas pahamu hingga tubuh laki-laki itu ikut terjatuh ke lantai, kamu berdiri dari dudukmu dan berjalan pergi keluar kamar tamu.

Winwin menghela nafasnya panjang lalu menyusulmu keluar, dia melihatmu yang berjalan tertatih di tangga.

Tangan Winwin langsung menarik tanganmu dan melingkarkannya di pundaknya.

"Nanti gue ceritain," ujar Winwin yang membuatmu menoleh ke arahnya.

"Kalau udah waktunya."

•●•

"Ah..ini dia sisi lo yang lain." Winwin menatap perubahan sikap pada Luna yang membuatnya tertawa kecil.

"Luna? ini sisi lo yang lain?" tanya Winwin pada Luna yang masih menatapnya tajam, tiba-tiba saja perempuan itu tertawa dengan keras.

"Ah lo tau juga akhirnya," ujar Luna sembari merapihkan rambutnya dan menyelipkannya di selipan telinganya.

"Gimana kaget gak? Luna yang kenal dulu udah gak ada Win," ujar Luna diiringi tawa remehnya.

Perempuan itu menjinjitkan kakinya agar kepalanya bisa sejajar dengan kepala Winwin.

Perempuan itu mendekatkan kepalanya ke telinga Winwin. "Istirahat temui gue di ruang musik, ada yang mau gue bicarain sama lo." 

Bisikan Luna di telinga Winwin seolah membuat laki-laki itu terhipnotis, Winwin terdiam tak bisa bergerak setelah mendengar bisikan Luna. 

Tepat saat itu bel masuk jam pelajaran berbunyi, dan tepat saat itu kepribadian Luna kembali berubah, tatapan tajam peremuan itu berubah menjadi lugu.

"Win kenapa masih berdiri?" tanya Luna menatap Winwin yang terdiam di hadapannya.

"Udah masuk kelas yuk," ajak Luna seraya menarik Winwin masuk kedalam kelas, tapi saat baru saja melangkah masuk Luna memberhentikan langkahnya dan menatap ke arah Winwin yang ada di belakangnya.

Perempuan itu menyunggingkan senyum kecil yang seketika berubah menjadi seringai remeh ke arah Winwin.

"Semakin lo menghindar, semakin istri lo bahaya Win," ujarnya penuh penekanan, lalu langsung duduk di kursinya.

Winwin menghela nafasnya panjang dan kembali duduk di kursinya, karena guru mata pelajaran sudah datang ke kelas, selama jam pelajaran Winwin sama sekali tidak memperhatikan pelajaran.

Melainkan dirimu yang dalam bahaya karena Luna.

Hingga Winwin tidak tersadar amunannya sudah menghabiskan waktu 2 jam pelajaran, sudah waktunya untuk istirahat pertama sekarang.

Winwin menoleh ke arah Luna dimana perempuan itu mengkodenya untuk pergi ke ruang musik, Winwin melirik ke arah sebrang kelasnya dimana kelasmu yang masih berada di dalam jam pelajaran tambahan.

Akhirnya Winwin mengikuti Luna dan pergi ke ruang musik.

Di ruang musik hanya ada mereka berdua, Winwin langsung mengunci pintu ruangannya dan menatap luna yang tengah memainkan piano disana.

Winwin melipat tangannya di depan dada dan menatap Luna yang tengah memainkan piano.

"Apa mau lo?" tanya Winwin.

Luna yang mendengar pertanyaan Winwin langsung menoleh ke arahnya.

"Gue mau lo," jawab Luna tanpa ragu diiringi tawa kecil.

"Tapi gue nggak," ujar Winwin yang membuat Luna menatap ke arah Winwin.

"Serius? sekalipun lo pertaruhkan perusahaan keluarga lo?" tanya Luna.

Perempuan itu langsung menghampiri Winwin yang berdiri tak jauh darinya.

"Lo mau perusahaan yang ayah lo bangun bertahun-tahun hancur karena istri lo?" tanya Luna kembali.

"Kenapa lo bawa perusahaan gue?" tanya Winwin heran karena menurutnya topik ini sudah melenceng dari pembicaraan mereka sebelumnya yang membahas dirimu.

Luna tertawa kecil mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Winwin dengan nada sedikit terkejut.

"Karena gue, bisa lakuin apa aja demi dapetin lo, termasuk hancurin perusahaan Papah lo." 

Winwin menatap manik kecoklatan Luna dengan tatapan serius lalu melontarkan pertanyaan yang ia simpan sedari tadi.

"Lo yang racunin papah di rumah sakit?"

Luna menyeringai kecil. "Kalau iya, gimana?" 

🐣🐣🐣

To be continued...

Janlup vote & comment guys. Jangan diem ajaaaa:( semoga sukaa, see you next part💙-💨💨💨

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 280 37
"jangan sok cool deh lo" "suka - suka gue lah bodo " Mengisahkan 2 orang sahabat yg terlibat perasaan dan tak ingin memulai karna takut hubungan mrek...
131K 13K 61
[COMPLETED] Lee areum, ralat, Park Areum. Seorang gadis muda yang berasal dari keluarga berkecukupan dengan jumlah saudara laki-laki yang jika di hit...
58.9K 7.4K 67
makasih buat semua yang Lo korbanin buat kami. maaf kalo kami belum bisa balas kebaikan Lo. Lo bawa perubahan buat kami. makasih buat Lee (Y/N).
1.3M 97.7K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...