Sintia dan Ari saling melirik satu sama lain dengan tatapan bingung. Di hadapannya, terdapat Ryan dan Ken yang saling melempar tatapan tajam. Ralat, hanya Ryan. Ken hanya menatap balik mata Ryan dengan tatapan polosnya sedangkan Ryan menatap cowok itu dengan tajam. Aura permusuhan menguar dari diri Ryan sehingga membuat Sintia tahu ada masalah yang sedang mereka alami
Sintia menggerakan alisnya seakan bertanya "mereka kenapa?" kepada suaminya yang sedang duduk di samping Ken
Ari yang mengerti maksud istrinya pun membalas dengan gelengan kepala serta mengangkat kedua bahunya tak tahu. Ia pun sama bingungnya seperti istrinya
Sintia dengan pelan duduk di sebelah Ryan yang masih menatap Ken yang berada persis di hadapannya dengan tatapan yang menusuk
"Doa dulu sebelum makan" ujar Sintia sambil melirik sekilas ke arah Ken dan Ryan
Mereka berdua langsung menuruti perkataan Sintia, tetapi Ryan tetap tidak ingin memutuskan pandangannya dari Ken. Ia dengan agresif memakan makanan yang sudah tersedia di hadapannya dengan rakus
Berbeda dengan Ken yang memakan makanannya dengan pelan dan anggun
Ari dan Sintia saling melirik keduanya dengan raut wajah aneh
Setelah mereka melakukan makan malam dengan tenang, tanpa ada keributan seperti yang dipikirkan Sintia. Sintia dan Ari terlebih dahulu ke Ruang Kerja mereka untuk melakukan pekerjaan mereka seperti biasa, meninggalkan Ryan dan Ken yang masih berada di meja makan
Ken berpura pura untuk memakan makanan yang tersisa di meja tersebut, padahal sebenarnya ia perutnya sudah sangat kenyang. Tetapi demi menghindari tatapan Ryan kepadanya yang seketika membuat badannya menggigil apapun ia lakukan
Ia lalu dengan pelan berdiri dari kursinya untuk segera pergi keluar dari situ, tetapi belum selangkah ia berjalan Ryan sudah bersuara
"Ken" panggil Ryan dengan suara rendah
Ken langsung berhenti seketika lalu menatap horror ke depannya. Ia tidak berani menoleh ke belakang, ia sudah bisa merasakan tatapan Ryan yang menyeramkan itu
Sepupunya yang satu ini bisa sangat menyeramkan kalau marah, dari antara semua sepupu yang ia punya Ryan sudah pasti juara satu
"Ekhem, kenapa?" jawab Ken sambil berpura pura batuk lalu berpura pura juga untuk santai sambil membalikkan badannya. Ia hampir merasakan jantungnya langsung turun seketika ke dalam perutnya saat melihat Ryan sudah berdiri tepat di belakangnya
Ia lalu meneguk ludahnya diam diam. Ryan sedang berada tepat di hadapannya dengan terdiam juga, hanya menatapnya dengan datar
1
2
3
"WOI! SINI LO! JANGAN KABUR LO BRENGSEK!" teriak Ryan saat tiba tiba Ken berlari dari hadapannya
Ia pun ikut mengejar cowok itu dengan sekuat tenaga, tetapi Ken yang sedang panik hanya berlari tanpa tujuan dengan kecepatan penuh
"GUE TADI GA SENGAJA NGOMONG KAYAK GITU! MAAP WOI!" teriak Ken sambil tetap berlari tanpa menoleh ke belakang. Ini persis seperti film horror yang sering ia tonton, dimana sang peran utama sedang dikejar oleh hantu. Kalau sekarang ia bukan dikejar oleh hantu, ia sedang dikejar oleh setan- eh maksudnya Ryan
"SINI LO!" teriak Ryan dengan kencang sambil terus mengejar Ken yang sedang turun dari tangga tanpa peduli kalau hal yang ia lakukan itu bahaya
"GUA MINTA MAAP!" teriak Ken saat sudah berhasil melindungi dirinya di belakang meja dengan nafas ngos-ngosan
Ryan menggeram kesal saat sebuah meja besar berhasil menghalangi dirinya dengan Ken, coba saja kalau tidak ada meja ini ia bisa langsung menghajar sepupunya itu
"GAADA MINTA MAAP!"
"AH LO MAH!"
Ruangan itu kembali sunyi, yang terdengar hanya suara ngos ngosan dari kedua anak yang sehabis kejar kejaran
"Duduk dengan tenang, gue jelasin" ucap Ken hati hati sambil menunjuk sofa yang berada di sebelah meja. Dadanya masih naik turun karena sehabis berlari larian, begitupun dengan Ryan
Ia lalu berjalan pelan ke arah sofa dengan hati hati sambil tetap mengawasi Ryan, bisa saja kan Ryan seperti harimau yang bisa menerkam mangsanya kapan saja
Ia meneguk ludahnya dengan kasar saat ia sudah berada di dekat sofa, begitupun dengan Ryan
Baru saja ia menghempaskan bokongnya ke sofa, dengan gerakan tiba tiba Ryan langsung berlari ke arahnya
Sontak, ia langsung berdiri dengan cepat lalu kembali berlari dengan Ryan di belakangnya yang sedang mengejar
"MAMAAAAAAA!!!!"
Siapapun! Tolong ia sekarang!
******
Adelia melirik ke arah pintu kelas saat mendengar sebuah ketukan pintu serta ucapan salam
Tumben Ryan telat pikirnya saat melihat Ryan yang baru saja datang ke kelas tempat dimana mereka seharusnya berlatih debat
Saat Ryan baru saja menghempaskan bokongnya di kursi, Adelia memberikan sebuah kertas
Tadi sebelum Ryan datang, Pak Asep memberikan Adelia kertas yang katanya untuk bahan debat hari ini
"Tadi dikasih sama Pak Asep" ujar Adelia masih dengan tangan terjulur ke arah Ryan
Ryan mengambil kertas yang tadi dipegang oleh Adelia lalu membaca sedikit isinya
"Makasih" jawab Ryan dingin dan singkat
Jawaban Ryan membuat Adelia terdiam. Kupingnya yang salah dengar atau tadi Ryan memang tampak... berbeda?
Ini bukan seperti Ryan yang biasanya. Bukannya Adelia berharap atau apa, hanya saja aneh melihat Ryan yang seperti ini
Bahkan sedari tadi pagi, setiap ia berpapasan dengan Ryan cowok itu akan menunjukkan wajah dingin dan juteknya
Adelia bukannya peduli karena itu Ryan, ia hanya berpikir apa ia melakukan kesalahan? Apa Ryan marah karena ia memarahinya kemarin?
Cih, baperan
Adelia mengedikkan bahunya acuh tak peduli lalu kembali ke kursinya
Tak lama kemudian, Pak asep memasukki ruangan lalu mereka mulai berlatih debat
Sepanjang latihan debat, Adelia dan Pak Asep dibuat bingung dengan sikap Ryan. Cowok itu lebih pendiam dan terlihat dingin hari ini, padahal biasanya cowok itu yang selalu memulai percakapan dengan Adelia dan selalu terlihat semangat
Ada apa dengan cowok itu?
Bahkan setelah latihan selesai, cowok itu tetap bertahan dengan sikapnya yang aneh itu
Saat sedang berevaluasi, seorang guru memanggil Pak Asep dan mengatakan kalau Pak Asep sedang ada suatu urusan yang harus dilakukannya
Akhirnya, kelas diakhiri dengan tanpa Pak Asep
Saat membereskan tasnya, Adelia terus menatap kesal sekaligus heran dengan sikap Ryan
Sikap Ryan tidak boleh seperti ini, minggu ini mereka sudah akan lomba dan mereka harus latihan semaksimal mungkin karena latihan hanya tersisa sekali lagi setelah latihan yang hari ini
Ia tahu pasti tadi Pak Asep ingin bertanya tanya tentang sikap Ryan kepada orangnya langsung, tetapi ia sudah dipanggil duluan oleh guru yang lain
Adelia tidak ingin melakukan ini, tetapi ia harus berbicara kepada Ryan
"Lo kenapa sih?" tanya Adelia tiba tiba yang membuat Ryan memberhentikan kegiatannya yang sedang bersiap siap untuk pulang
"Minggu ini kita udah mau lomba. Latihan tinggal besok dan lo tiba tiba hari ini latihan kayak gini. Gue harap sama lo buat bekerja sama untuk lomba ini" ucap Adelia dengan menyembunyikan suara kesalnya
Dalam hati, Adelia berpikir apa Ryan bersikap seperti ini karena putusnya hubungannya dengan Fira? Apa hal tersebut yang membuat Ryan menjadi badmood seperti ini?
Kalau masalah ia memarahinya kemarin, seharusnya Ryan hanya bersikap dingin kepadanya bukan kepada Pak Asep juga
"Ya" jawab Ryan tanpa menatap kepada Adelia dengan nada dingin
Adelia mengangguk mengerti. Setidaknya cowok itu ingin diajak kerja sama, itu sudah cukup untuknya
Setelah membereskan barang barangnya, tanpa berpamitan ia keluar dari ruangan lalu mulai berjalan untuk pulang
Meskipun begitu, entah mengapa sikap Ryan yang aneh itu membuatnya terus bertanya tanya. Ada apa dengan Ryan?
*******
Setelah mendengar langkah kaki Adelia yang mulai hilang karena sudah jauh dari tempatnya, Ryan mengusap wajahnya lalu menghembuskan nafas dengan kasar
Ia tidak ingin melakukan ini, sungguh. Ia tidak ingin dan tidak akan pernah ingin melakukan hal ini terhadap Adelia
Tetapi ia harus melakukannya, demi Adelia
Suara ngos ngosan yang terdengar sangat kencang memenuhi kamar Ryan. Terdapat dua anak muda yang berada di dalam kamar tersebut. Yang satu berada di tempat tidur dan yang satu lagi berada di karpet dengan posisi yang sama, terlentang dengan dada naik turun
"Udah dulu ya please" pinta Ken dengan wajah memerah serta muka yang basah karena berkeringat sehabis berlari lari
Ryan hanya melirik sekilas ke arah cowok yang sedang tiduran di kasurnya tempat ia tidur tanpa menjawab lalu menutup matanya dengan rapat
"Lo berengsek Ryan"
Ryan tetap diam, ia masih tetap terlentang dengan mata terpejam. Tak berniat sedikitpun untuk membuka matanya
"Lo bukan siapa siapa Adelia lagi. Lo gak punya hak untuk marah sama gue kalaupun gue suka sama Adelia"
Ia tetap diam, meski begitu Ken berharap telinga Ryan tetap mendengarkan
"Lo udah pernah bikin Adelia nangis berapa kali. Lo gak tau diri kalo lo bilang lo masih sayang sama dia dan gak suka kalo gue deket sama dia"
Ken tetap berbicara meskipun tak mendapat respon sama sekali dari sepupunya. Sekarang atau tidak pernah, ia harus memberi tahu ini kepada Ryan agar otak sepupunya itu bisa dibenarkan dikit
"Tanpa lo sadari lo masih nunjukkin Adelia perhatian dan lebih baik lo berhenti"
Ken terdiam sebentar lalu kembali melanjutkan
"Lebih baik lo stop perlakuin Adelia kayak gitu dan ngejauh dari dia, dengan deket sama dia cuman ngebuat dia inget apa yang udah lo lakuin ke dia"
Ryan tetap tak bereaksi. Ia hanya dia mendengarkan, sampai Ken mengira kalau cowok itu sudah tidur karena tak peduli dengan apa yang ia bicarakan
"Gue harap lo sadar diri Ryan, jauhin dia" ujar Ken sambil mengubah posisinya menjadi duduk lalu menghadap ke cowok itu
"Biarin dia bahagia, biarin dia bebas sama siapapun yang sayang sama dia dan nganggep dia bener bener sebagai pacarnya dan orang yang dia sayang" ujar Ken denga mata yang menatap ke arah Ryan
Ken menghela nafas lelah saat Ryan tak kunjung menjawabnya, ia merasa Ryan benar benar tak ingin mendengar perkataannya
Ia lalu melihat ke arah jam yang melingkari pergelangan tangannya, lalu mendesah lelah sambil mengusap wajahnya kasar saat melihat waktu dimana ia sudah seharusnya pulang
"Gue duluan" pamit Ken sambil bangkit dari kasur Ryan lalu melangkah ke arah pintu kamar cowok itu
Sebelum menutup pintu, ia melihat Ryan yang masih memejamkan matanya di karpet dengan tatapan yang sulit diartikan. Dengan pelan akhirnya ia menutup pintu tersebut lalu berjalan ke arah ruangan tempat kerja om dan tantenya
Di lain tempat, setelah mendengar suara pintu yang tertutup Ryan membuka matanya. Ia menatap atap kamarnya dengan tatapan yang kosong
Ia yakin kalau pasti Ken sudah sangat kesal dengannya karena tak bereaksi saat mendengar perkataan cowok itu, tetapi sebenarnya ia mendengarkan
Ia mendengarkan dengan baik perkataan sepupunya. Meskipun sedari tadi matanya terpejam, telinganya tetap mendengarkan dengan seksama
Di dalam kepalanya ia terus memutar perkataan Ken
"Lo bukan siapa siapa Adelia lagi. Lo gak punya hak untuk marah sama gue kalaupun gue suka sama Adelia"
"Lebih baik lo stop perlakuin Adelia kayak gitu dan ngejauh dari dia, dengan deket sama dia cuman ngebuat dia inget apa yang udah lo lakuin ke dia"
"Gue harap lo sadar diri Ryan, jauhin dia"
"Biarin dia bahagia, biarin dia bebas sama siapapun yang sayang sama dia dan nganggep dia bener bener sebagai pacarnya dan orang yang dia sayang"
Perkataan Ken.... benar
Ia ingin marah mendengar perkataan Ken, tetapi apa yang dikatakan cowok itu benar
Ia sudah melakukan banyak hal yang sudah membuat hati Adelia sakit, entah sudah berapa kali ia membuat Adelia menangis karena perbuatannya
Ia tidak pantas mendapatkan Adelia, banyak di luar sana yang sudah pasti akan menyayangi dan menjaga Adelia sebagaimana seharusnya
Ia bukan siapa siapa gadis itu, ia tidak punya hak untuk melarang atau marah saat gadis itu berdekatan dengan siapa pun atau disukai siapapun
Ryan hanya masa lalu Adelia yang menyakitkan, ia hanya masa lalu yang tidak perlu diingat ingat lagi
Ryan memang berengsek, disaat ia sudah melakukan semua hal jahat itu kepada Adelia ia masih berharap untuk bisa membuat keadaan seperti dulu
Ia tidak pantas untuk Adelia, ia tidak berhak mendapatkan kembali gadis itu
Ryan terus mengucapkan kata kata tersebut dalam hatinya, tetapi tetap sebagian dari hatinya tetap tidak rela harus merelakan Adelia
Benar kata orang, merelakan orang yang disayang memang berat
Tetapi mau tak mau ia harus melakukan ini, demi Adelia. Ia tidak boleh egois dengan hanya memikirkan dirinya sendiri
Demi senyum dan tawa Adelia ia akan melakukan hal ini
Menjauh dari Adelia
*****
IYA IYA AKU TAU AKU TELAT UPDATE UDAH LEBIH DARI SEMINGGU YA WKWKWKW
MAAP EVERYBODY SORRY SORRY
minggu sebelum lebaran tugasnya banyak bangeud jadi harus dikejer kejerin, harap maklum ya guyss 😌
semoga kalian suka yaa part ini, jangan lupa vote sama comment sebanyak banyaknya hihi
see u all di next part, bye byee :))
lop u all ❤️