Fragile Fantasy

By J14070b

15.1K 1.9K 79

[Bukan Novel Terjemahan] / [Slow Update] Lena mati karena menjadi sasaran tembak perampok bank. Padahal ia ha... More

Profile
00
01
02
03
04
05
06
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
- 22 -

07

864 107 2
By J14070b

"Hatchim!"

"Kamu sakit?" tanya Grand Duke yang langsung menghentikan acara makannya.

Jadwalku hari ini seperti kemarin, makan malam bersama ayah tentunya. Tapi bedanya, hari ini aku malah terserang flu.

[Dewa Kaerus: Kau terlalu asik menangis di dalam bathtub saat mandi, pantas saja sakit ( ͡° ͜ʖ ͡°)]

Diam, aku juga tau itu.

Grand Duke akhirnya berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Ia bertekuk lutut dan mensejajarkan wajahnya dengan milikku.

Tangannya yang besar menyentuh dahiku. "Kamu demam."

"Ren! Cepat panggil dokter!" titahnya seraya bangkit.

Hah ... sepertinya dia benar-benar menyayangiku. Meski tidak pernah mengatakannya, tapi setiap tindakannya menunjukkan hal itu.

Definisi love languages.

Grand Duke segera mengangkatku, membawaku ke dalam pelukannya. Dengan kepala yang terasa berat sekali, aku memejamkan mata.

Dikawal Glen dan Charles, kami pun sampai di kamar megah dan juga mewah ini. Ornamen khas barat yang terlihat sangat mahal menghiasi dinding kamar ini.

Bahkan kasurnya tiga kali lipat besar dari milikku.

Grand Duke membaringkanku di atas kasur. Ia berdiri dan menatapku sejenak sebelum pergi keluar bersama Glen. Sebelum itu, ia berpesan pada Charles untuk menjagaku sampai dokter sampai.

Hah ... padahal aku berharap akan dipeluk oleh ayahku sekarang. Karena tubuhku sedikit menggigil.

"Nona, apa ada yang tidak nyaman?" tanya Charles yang berdiri sedikit jauh dariku. Ia terlihat sangat khawatir sekarang.

Aku membuang napas berat. "D-dingin, Challes ...." Aku melenguh kecil.

Pengawal pribadiku itu mendekat dan mengulurkan tangannya. "Jika Anda berkenan, Anda bisa memegang tangan saya."

Tanpa banyak bicara lagi, aku segera mengambil tangan Charles dan meletakkannya di pipiku.

Napasku sedikit berat. Pandanganku pun sedikit kabur. Benar-benar melelahkan.

Hei, Dewa, apa kau tak bisa menyembuhkan diriku?

[Dewa Kaerus: Hm ... sebenarnya bisa, sih, hanya saja itu akan aneh, bukan?]

Hm ... kalau begitu bisa hilangkan rasa sakitnya? Ini tidak nyaman.

[Dewa Kaerus: Tidak bisa kalau hanya setengah seperti itu, Jiwa Muda. Tidak ada dewa atau dewi yang melakukan hal seperti itu selama ini (・ω<)☆]

Tapi kau memberitahu tentang penculikan juga setengah-setengah.

[Dewa Kaerus: Itu berbeda, Jiwa Muda. Apa sakit ini membuatmu sedikit bodoh?]

Kenapa kau selalu mengataiku bodoh terus-terusan, hah?

[Dewa Kaerus: Tidak ada? (*´▽'*) Hanya saja kenalanku selalu mengataiku bodoh, jadi aku suka menggunakannya(╯✧▽✧)╯]

Aku kasihan pada kenalannya. Bagaimana bisa dia tahan dengan kelakuan Dewa Kaerus yang bikin geleng-geleng kepala?

Tak lama setelahnya, dokter datang. Ia tergopoh-gopoh membawa tas besarnya dengan Grand Duke dan Glen di belakangnya.

Sepertinya dia pergi untuk menjemput dokter.

Dapat kulihat wajah pucat dan lelah sang dokter. Dia panik, bahkan menjatuhkan beberapa peralatan karena tangannya gemetar saat mengambilnya.

Ya ampun, apa yang sudah mereka (re: Grand Duke dan Glen) hingga dokter ketakutan seperti ini?

Setelah mengecek seluruh tubuhku, dokter segera berkata, "Nona muda terserang flu dan demam. Tidak ada masalah serius selain itu."

"Apa hanya benar-benar seperti itu? Tidak ada masalah serius? Kau tidak berbohong, bukan?" tanya Grand Duke dengan ekspresi horornya.

Sang dokter menggeleng. Ia membungkuk sembilan puluh derajat dengan tubuh gemetar hebat. "M-maafkan saya, tapi saya hanya m-mengatakan yang sejujurnya! Anda bisa m-memenggal kepala saya jika saya salah!"

Hei ... itu berlebihan.

Hening sesaat sebelum Grand Duke kembali berkata, "Glen, jadikan dia dokter keluarga."

"Ini akan mempermudah kita memenggal kepalanya jika terjadi kesalahan," lanjutnya tanpa rasa bersalah sama sekali.

Wajah sang dokter langsung berubah pucat pasi. Sepertinya dia benar-benar tidak mau bekerja untuk keluarga Clary.

Ya ... jika berada di posisinya, aku juga akan menolak. Lebih baik jadi pekerja dengan hidup pas-pasan daripada bekerja di bawah tiran seperti Grand Duke Clary.

"Bagaimana jika kepala rumah sakit menolaknya, Master?" tanya Glen.

Grand Duke meliriknya sekilas. "Lakukan semaumu."

"Apa saya boleh membakar semuanya?" tanya Glen dengan nada antusias yang samar.

"Ya. Cepat kerjakan."

...

Harusnya aku tidak heran dengan bawahan langsung ayahku. Sudah pasti ... mereka sama gilanya.

Jika Glen dengan atribut api akan membakar, apa Charles yang memiliki atribut angin akan menurunkan angin puting beliung? Lalu Ren dengan atribut airnya akan membawa banjir besar?

...

...

...

Ya ... tidak perlu dipikirkan, aku sangat pusing.

Setelahnya, dokter yang entah namanya siapa itu – aku terlalu pusing untuk mengecek namanya – digiring keluar oleh Charles. Tentunya setelah memberiku obat.

Tersisalah aku dan Grand Duke Clary. Pria itu mengusap pelan dahiku yang berkeringat.

Aku segera menggapai tangannya. Mataku yang sayu berusaha menatapnya. "Ayah ... temani Ala."

Mengembuskan napas panjang, Grand Duke yang terkenal akan kekejamannya di Kekaisaran Lambnorch ini pun menatapku teduh. Tidak ada lagi tatapan tajam yang biasa mengintimidasi.

Ah ... hatiku kembali menghangat.

Aku ... memiliki ayah. Meski dia sadis, dia tidak pernah menyiksaku.

"Baiklah, aku akan menemanimu."

---

Alena Agatha hanyalah seorang anak tanpa orang tua. Pada saat bayi, ia temukan oleh pemilik panti di sebuah halte terbengkalai.

Lena besar di lingkungan panti yang kurang sehat. Makanan tak pernah disajikan. Anak-anak ditelantarkan, dibiarkan tidur di atas lantai yang dingin. Mereka hanya mendapatkan pakaian yang kurang layak dipakai selama bertahun-tahun.

Namun ada kalanya mereka mendapat makanan dan juga pakaian yang cukup bagus. Itu hanya ketika ibu donatur datang berkunjung. Hari itu mereka sebut Hari Istirahat Sesaat.

Namun setelah ibu donatur jatuh sakit, Lena dan lainnya harus menjalani neraka dunia lagi. Tanpa ada tempat 'istirahat' bagi mereka.

Ketika anak seusianya bersekolah, Lena dan yang lainnya justru dipaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri. Bertahan hidup dengan mengandalkan diri sendiri. Karena tidak ada yang bisa dipercaya, bahkan teman seperjuangan di panti sekalipun.

Lena sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena lelah dengan semua cobaan tanpa henti ini. Rasa putus asa karena kebahagiaan yang tak kunjung datang. Tapi itu hanya pikirannya dan tidak pernah terealisasikan.

Orang-orang bilang, kita akan bahagia pada waktunya. Tapi bagi Lena, kebahagiaan hanyalah ilusi semata yang dibuat diri sendiri agar merasa puas.

Tepat setelah menginjak 17 tahun, Lena segera keluar dari panti. Mencari pekerjaan yang menerimanya tanpa syarat mengenai pendidikan. Ya ... ini sangat sulit. Lena bahkan rela bekerja menjadi buruh hanya demi mendapatkan uang sehari-hari.

Namun setelah dua tahun melakukan semua kerja keras itu, Lena berhasil mendapatkan pekerjaan yang cukup menguntungkan dan tidak begitu berat. Ada sebuah kedai kopi yang menerimanya dengan gaji harian yang cukup besar.

Lena cukup puas dengan pencapaiannya. Bahkan terbesit pikiran sederhananya, "kebahagiaan yang akhirnya datang."

Hanya saja ... itu semua tak berlangsung lama. Di saat ia mulai menikmati hidupnya, Lena harus kehilangan nyawanya.

Bahkan ia berpikir, "kenapa dia tidak diperbolehkan menikmati kebahagiaan yang akhirnya ia rasakan?"

Lena ingin marah, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Ia tidak memiliki kekuatan untuk memberontak. Benar-benar menyedihkan, pikirnya.

Beruntung Dewa Kesempatan memberikan kesempatan hidup yang baru.

Memulai hidup baru sebagai Arabella de Clary. Hidupnya cukup bahagia. Walau sekali lagi, ia tidak memiliki ibu, tapi ada sosok yang menggantikan peran itu.

Namun terkadang terbesit di benaknya. Perasaan aneh yang selalu menjanggal hati kecilnya.

Seperti ada batas yang membuatnya tidak bisa menikmati kehidupan barunya. Walau sebenarnya ini bukan masalah besar jika dipikir secara keseluruhan, namun bagi yang mengalami, ini sangat menganggu.

Setiap kali ia ingin berbaur dengan yang lain, kakinya berhenti. Seakan-akan ada sekat yang menghalangi jalannya. Tembok tinggi yang muncul entah dari mana. Ia terus menerus merasa sendiri walau di kelilingi orang-orang.

Tapi ... entah mengapa akhir-akhir ini ia mulai merasakan perasaan senang berinteraksi dengan orang di kehidupan barunya. Walau selama ini ia merasa biasa saja karena terlalu sering berpura-pura di hadapan yang lainnya.

Hatinya mulai menghangat ketika orang sekitarnya mulai menunjukkan kasih sayangnya. Menatapnya dengan tatapan teduh yang lembut. Perasaan tulus itu berhasil mencapai hatinya.

Karena cobaan yang terus menimpanya, Lena menutup hatinya. Ia berubah menjadi orang yang tak peduli dengan kasih sayang orang lain, menganggapnya sebagai perasaan palsu – seperti yang ia lakukan.

Tapi ... Lena menyukainya. Hatinya yang sekeras batu mulai meleleh. Ya, ia bahkan berpikir, jika ini hanyalah tipuan mata saja, ia tak akan peduli lagi. Lena hanya akan menikmati hidupnya.

Ia memiliki ayah yang menyayanginya. Ia memiliki pengasuh yang selalu mencintainya. Ia memiliki pengawal yang selalu menjaganya. Dan juga orang-orang di rumah yang selalu membantunya.

Lena berpikir, "Ah ... apa ini kebahagiaan yang telah dijanjikan?"

---

To Be Continued

Thank u for reading!

And semangat menjalani minggu ini!

- Zee, 11 Apr 2022

Continue Reading

You'll Also Like

1M 100K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
2.3M 119K 75
Ini gila, benar-benar gila. Bagaimana mungkin jiwa seseorang yang tertidur setelah dipaksa mencari pasangan tiba-tiba sudah pindah ke raga orang lain...
2.6M 178K 41
Follow dulu sebelum baca 🥰 BIASAKAN JANGAN BACA SETENGAH SETENGAH, JIKA ADA KEMIRIPAN CERITA DI AWAl MURNI KETIDAK SENGAJAAN. Tamara gadis yang beru...
788K 70.7K 32
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...