SORRY [slow update]

Von fatayaable

11.1K 4.2K 3K

Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tig... Mehr

CUAP-CUAP PENULIS
BUKU HARIAN UNA (BH 1)
1. MISI 30 HARI
2. DUNIA KALE
3. ES DUREN
4. OMELAN KANJENG RATU
BUKU HARIAN UNA (BH 2)
5. PERIHAL KARA
6. BEKAL KALE
7. KESAL!
8. KAKAK KELAS
9. PERMINTAAN
10. PAHAT HATI
BUKU HARIAN UNA (BH 3)
#CAST SORRY
11. SATURSAD
BUKU HARIAN UNA (BH 4)
12. BIOSKOP
13. GELISAH
BUKU HARIAN UNA (BH 5)
14. BACK TO THE MOON
BUKU HARIAN UNA (BH 6)
16. JADI, GUE HARUS GIMANA?
17. TO THE BONE
18. FALL FOR YOU
BUKU HARIAN UNA (BH 7)
19. MELUKIS SENJA
INTERMEZO~
20. STORY OF KALE
21. THE FACT IS ...
BUKU HARIAN UNA (BH 8)
22. PENGUMUMAN
23. KARANTINA
24. TROUBLE MAKER

15. SELEKSI HATI

132 47 19
Von fatayaable

POV KALE

ALUNA: Lele sayang, jgn lupa hari ini pendaftaran.

KALE: Siyapp. Pokoknya lo gak usah khawatir. Tugas lo cuma istirahat, oke?

ALUNA: Wkwkk pegel ih tidur mulu :(

KALE: Hahaha ya mau gmn lagi? Kan cuma itu yang bisa gue saranin. Kalo gak,coba lo stretching kecil2an di kasur. Cari contohnya di yt. Positif thinkingya, Sayang. Gue yakin lo bisa ngelewatin ini semua.

Sesampainya gue di rumah semalam sekitar pukul sembilan kurang, gue duduk di sofa. Suasana rumah ya seperti biasa, sepi. Sambil membuka sepatu menggunakan kaki, gue rebahan. Sumpah, banyak banget kejadian di luar dugaan gue. Bisa-bisanya gue enggak sepeka itu. Ah, pokoknya hati gue hanya untuk Aluna! Enggak yang lain. Titik.

Kalau ditanya perasaan gue bagaimana, ya gue bingung, gue sedih juga pas tahu Aluna nyatanya begitu. Malah gue harusnya enggak usah pulang. Gue harusnya jagain Aluna di sana. Pasti dia kesepian.

"Kale," terdengar suara Papa. Gue enggan bangun dan duduk dengan benar. Menutup mata, berpura-pura tidur mungkin akan jauh lebih baik untuk saat ini. Derap langkahnya berhenti tepat di samping gue. "Papa mau akhir tahun ini kamu bertunangan dengan gadis yang Papa jodohkan itu. Dan kan enggak bisa menolak dengan alasan apa pun."

"Papa aneh," sahut gue masih dengan mata tertutup. Helaan napas lelah gue embuskan. Lalu, gue beranjak bangun, menatap lelaki yang dulu pernah gue banggakan.

"Jangan kurang ajar kamu, ya!"

"Oh, iya. Kabarku baik. Baik banget malah. Tapi sayangnya aku disambut dengan sambutan yang selalu menyuruhku untuk pergi di sini."

"Maksud kamu apa? Jangan ngomong enggak jelas gitu deh."

Ini adalah saat yang tepat untuk mengatakan semuanya. Pun karena gue sudah menetapkan hati gue untuk Aluna. Enggak ada yang boleh mengusiknya lagi.

"To the point aja, Pa." Gue memberi sedikit jeda. "Aku udah punya pacar dan aku enggak akan mengiyakan permintaan Papa."

"Ja—"

"Ini hidupku, Pa. Papa enggak berhak mengatur sedetail itu; pasangan siapa, nanti kerja di mana, dan seterusnya."

"Ka—"

"Aku bukan Kale kecil yang dulu dimanjain Papa. Aku udah besar. Aku punya pilihan sendiri."

Gue melihat Papa terdiam. Keadaan gue mungkin di matanya kini adalah Kale yang frustrasi. Tapi biarkan. Biar Papa mencerna perkataan gue baik-baik.

"Papa enggak pernah tanya kan maunya aku?" Gue mengambil tas, dan segera masuk ke kamar. Entah kapan drama kehidupan gue akan usai. Argh! Kalau saja gue punya uang banyak, kemungkinan gue sudah pindah dari rumah atau kabur bersama Kara. Ya... menjadi anak kos mungkin akan lebih baik ketimbang gila di rumah sendiri.

ALUNA: Eh, bentar. Gue gak salah baca nih, lo bilang "SAYANG" ke gue?

KALE: Iya. Emang knp? Gak mau? Ya udah gue tarik lagi :(

ALUNA: Yah, jgn dong. Gue gak mau stres lagi nih.

KALE: Tenang, ya. Inget, lo juga janji mau ngewujudin permintaan gue!

ALUNA: Iya, iya, gue inget kok. Gue bakal kasih tau kita bakal ke mana setelah acara ambassador.

KALE: Oke.

ALUNA: Gue gak berharap kita menang. Yg penting lo sama gue sampe misi 30 hari gue selesai.

Gue belum tahu apa lagi yang akan menjadi permintaan Aluna itu. Tapi gue akan turuti semua keinginannya.

ALUNA: Yahh gak dibales :(

Ya udah nanti lg. Oya, nanti kalo ke sini, bawa makanan yg banyak yaa.

Ttd, cewek resmi Kale :*

Senyum gue mengembang saat membaca kalimat terakhir dari Aluna. Perasaan pun gue menghangat. Jadi enggak sabar untuk melihatnya nanti.

"Baik, kelas selesai hari ini. Tugas dikumpulin dan kalian boleh istirahat," kata Pak Ismail, guru Sejarah. "Lily, tolong kumpulin buku-bukunya terus bawa ke ruangan Bapak."

"Siap, Pak."

Sementara itu, gue masih menunggu giliran buku gue diangkut sambil menyandarkan kepala di atas meja, menatap layar ponsel. Pikiran gue penuh dengan akal-akalan bagaimana cara menghindari Venya. Pasti dia akan mengira kalau gue bakal ikut acara itu karena ada dia.

"Le, buku tugas lo mana?" tanya Lily sesampainya di meja gue. Tanpa niat menjawab, gue menggeser buku tugas ke arahnya. "Udah, enggak usah dipikirin. Aluna bakal cepet kumpul sama kita, kok."

Gue menegakkan tubuh, menatapnya. "Ly, gimana caranya ngomong ke Venya ya?"

***

"Pendaftaran Ambassador SMA Extraordinary"

Tulisan tersebut terpampang besar di pintu aula. Gue ikut bergabung dengan teman-teman lain yang terlihat lebih excited daripada gue. Dan Aluna termasuk yang akan excited gue kira.

"Eh, Kale ya?" Suara cewek dari arah belakang, membuat gue menoleh cepat. Aubrey merekahkan senyumnya. "Ternyata bener. Ng..., Aluna mana? Masih di kelas?"

Gue tersenyum tipis. "Dia yang ngirim gue ke sini."

"Oh, gitu. Good luck ya kalian! Kalo perlu bantuan, bilang aja ke gue."

Gue melihat jauh ke depan, pintu aula yang kini telah dibuka. Satu persatu siswa kelas 11 memasuki aula. "Aubrey, eh, sorry... Kak, bisa ngobrol bentar enggak?" tanya gue. Gue rasa gue benar-benar butuh bantuan. Dalam hal ini, Javier apalagi Gema enggak akan bisa membantu gue.

"Panggil Aubrey aja. Enggak apa-apa, kok." Aubrey terkekeh sambil menyisipkan anak rambut ke belakang telinga. "Ya udah. Lo daftar aja dulu. Gue tunggu di kantin."

Gue mengangguk. Sekarang gue tinggal menjalankan niat, bersiap untuk menyeleksi keadaan hati. Maka dari itu, gue harus menguatkan hati dan bersikap tak acuh kepada Venya kalau bertemu nanti.

Semilir udara dinginnya ruangan menyambut kedatangan gue, membuat perasaan gue sedikit tenang. Gue memandangi seenggaknya ada 100 siswa kelas 11, dan enggak sedikit siswa laki-laki yang ikut dalam kompetisi setahun sekali ini. Rupanya mereka ingin unjuk gigi dengan keahlian masing-masing. Masa gue kalah, sih?

Tapi, tunggu! Apa keahlian gue nanti?

"Kale?" Suara Venya mengagetkan gue. "Kok lo di sini? Bukannya lo enggak mau ikut, ya?"

Kan mulai deh! Gue menggaruk tengkuk leher pun sambil mencari cara untuk tetap bersikap sewajarnya di hadapan Venya. Karena jika kalau tidak, jiwa bucin gue bersemi lagi dan itu dapat menghancurkan semua rencana gue.

"Tadinya sih gue enggak mau ikut, tapi anak-anak maksa buat gue buat ngewakilin kelas," jawab gue sekenanya. 

"Oh, gitu. Terus pasangan ceweknya siapa?"

Argh! Kenapa Venya jadi kepo banget, sih? gerutu gue lagi. Gue jadi enggak betah lama-lama berada di ruangan ini.

"Eh, gue ikut ngantri dulu ya," kata gue. Cuma cara itu gue bisa lolos dari hadapan Venya.

"Tunggu!" Venya menarik lengan gue. Ugh. "Lo mau duluan? Gue bantu, yuk! Enggak apa-apa, kok." Lalu, gue diseretnya sampai ke barisan paling depan. Tentunya perlakuan Venya terhadap gue tersebut menjadikan pusat perhatian siswa lainnya.

"Ngapain sih narik-narik gue, Nya?" Gue berusaha melepaskan tangan Venya dari tangan gue. 

"Eh, awas dong. Ada yang urgent!" kata Venya seraya menyelak siswa lain di barisan depan. "Cowok gue mau daftar!"

"Apaan, sih? Jangan bikin gue malu deh." Gue terpaksa menghentakkan tangan gue dengan kasar agar terlepas darinya. Gue merasa enggak nyaman. Cewek itu terlihat angkuh sekali. Dan mungkin, enggak lebih baik dari Aluna tentunya. "Biar gue ikut ngantri aja, Nya."

"Apaan, sih? Lo pantas untuk gue istimewakan."

Gue beneran ilfeel melihat Venya seperti itu. Iya, gue dulu menyukainya. Dan gue menyesalinya sekarang.

Ah, sudah cukup! Masalahnya di rumah dan Aluna saja sudah membuat gue hampir gila. Jangan ditambah dengan Venya.

 "Nya, gue ke sini demi Aluna. Bukan karena mau ketemu lo." []

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

110M 3.4M 115
The Bad Boy and The Tomboy is now published as a Wattpad Book! As a Wattpad reader, you can access both the Original Edition and Books Edition upon p...