Jaemin senyum-senyum sendiri waktu liat Jeno berkomentar di tweet nya, baru kali pertama Jeno meninggalkan jejak terlebih isi komentar nya sangat membuatnya senang.
Jeno memberitahu cowok yang menggoda nya jika Jaemin sudah menikah dan Jeno adalah suaminya.
Sederhana sih, tapi bagi Jaemin semua itu sangat menyenangkan sekali.
Kalau saja ia boleh meminta kepada tuhan, ia tidak mau kehilangan Jeno, dan kalau boleh ia ingin menjadi satu-satunya orang yang ada dihati Jeno, selama sisa umurnya.
Dua hari lagi ulang tahun Jeno, lantas Jaemin pergi untuk mencari perlengkapan yang akan ia gunakan untuk memberi kejutan kepada Jeno.
Nggak sendiri, ditemani Jungwoo.
"Lo kok bisa sih jaem, nikah muda?" tanya Jungwoo sambil mengambil balon-balon huruf.
"Bisalah, kan cinta."
"Beruntung ya Jeno punya lo, coba aja gue yang lebih dulu kenal lo."
Jaemin terkekeh, menatap Jungwoo "Nggak ada yang spesial dari diri nana, ada juga nana yang beruntung punya jeno" Jaemin mengambil sebuah lilin angka 2 dan 7, memasukkannya ke dalam keranjang.
Mereka berdua pun selesai berbelanja dan memutuskan untuk mampir ke pizza untuk mengisi perut.
"Hari-H bantu nana dekor kamar hotel nya ya??? Maaf lho ngerepotin" ujar Jaemin lalu menggigit sepotong pizza nya.
Jungwoo mengangguk "Santai, gue juga lagi senggang kok."
(*)
Sambil menunggu Jeno pulang, Jaemin memilih menonton televisi yang menayangkan acara komedi, Jaemin butuh hiburan dan tentunya berhasil membuat gelak tawa Jaemin terdengar hingga menggema disetiap sudut ruangan.
Berkali-kali Jaemin dibuat tertawa hingga ia berguling kesana kemari sampai perutnya terasa kram.
"Asli lawaknya nggak pernah ngecewain" monolog Jaemin sambil memberi dua jempol ke depan televisi, kedua sudut bibirnya masih melengkung keatas.
Sekarang sudah jam 10 malam dan Jeno belum juga pulang?
Jaemin sudah mengantuk namun ia nggak mau jadi istri yang buruk karna enak-enakan tidur sedangkan suami nya masih bekerja.
Suara pintu terbuka dan Jaemin buru-buru menyambut kedatangan Jeno, tapi seketika langkahnya berhenti ketika ia mendapati Jeno tidak datang seorang diri melainkan bersama seorang wanita?
Wanita yang sempat Jaemin lihat beberapa hari lalu, berpelukan. Dan sekarang wanita itu menginjakkan kaki di hotel nya??
"Dia mabuk, kenapa kamu diam? bantu!" kata Jeno yang kesusahan memapah wanita itu.
"Nggakkkkk, saya mau nya sama jeno... jeno jeno jenoooo kamu harus jadi milik saya!!!!" racau wanita tersebut sambil menghempas tangan Jaemin yang hendak membantu nya.
"Mas Jeno suami Nana!!!!" Protes Jaemin kesal, lantas wanita itu tertawa remeh sambil menatap Jaemin dengan pandangan jijik, menatap dari atas sampai bawah.
"Benarkah??? penampilan istri lee jeno seperti ini? seperti babu!!!"
Ingin sekali rasanya Jaemin menjambak rambut wanita itu yang sembarangan sekali bicara tapi sadar bahwa bagaimanapun ia tetap laki-laki dan nggak mungkin melukai seorang perempuan.
"Maklum aja ya nana, dia lagi mabuk." ucap Jeno sebelum akhirnya memapah dan menjatuhkan tubuh wanita itu ke atas sofa.
Mata Jaemin memanas, hatinya terluka melihat suami nya begitu perhatian kepada orang lain.
Walaupun niat Jeno baik, tapi tetap saja seharusnya ia bisa menjaga perasaan Jaemin, istrinya.
Sial, Jaemin kambuh. Ia memegangi dadanya yang terasa begitu sesak, wajahnya memerah menahan sakit buru-buru pergi ke kamar dan mencari inhaler nya.
Setelah memakai inhaler, nafasnya kembali teratur namun ia masih memegangi dada nya yang masih terasa sakit.
"Sebentar lagi sekretaris nya datang menjemput, kamu nggak perlu khawatir. Saya nggak ada apa-apa sama dia"
Jaemin sedikit tersentak ketika Jeno tiba-tiba berada dibelakangnya sambil membuka dasi juga kemeja hitam polosnya yang kini memperlihatkan tubuh ideal miliknya.
"T-tapi udah malem, nggak baik dia disini lagian mas ngapain bisa sama dia dan mabuk gitu?"
"Cerita nya panjang, na jaemin?" kalimat terakhir terdengar tegas dan penuh penekanan.
Jaemin menoleh ketika Jeno memakai kaos nya.
"Kenapa?"
"Kamu mengintrogasi saya? memangnya kamu nggak percaya sama pekerjaan saya? saya bukan tipe cowok hidung belang!"
Jaemin dibuat kaget saat Jeno berkata seperti itu, maksudnya menanyai alasan suami nya bersama wanita lain sampai malam hari apalagi wanita tersebut sampai mabuk? mana ada seorang istri yang tidak curiga?
Bukankah wajar untuk Jaemin melontarkan pertanyaan itu?
"Ya nana wajib tau dong mas?"
"Saya kerja untuk siapa, kenapa kamu malah mencurigai saya nana??? memangnya saya terlihat begitu mudah dimata kamu?"
Tatapan Jeno benar-benar menusuk, Jaemin sadar ia harus mengalah.
Percuma memperpanjang masalah dan memperdebatkan hal yang nggak bisa dimengerti suami nya.
Membuatnya lelah sendiri.
"Maaf." Akhirnya Jaemin memilih pergi ke atas kasurnya, menarik selimut dan memejamkan mata.
Walau sebenarnya ia tidak mengantuk, malahan Jaemin ingin sekali berteriak dan menangis sejadi-jadi nya.
Jaemin rindu Haechan.
(*)
(Sedikit kilas balik)
Jaemin dan Haechan, keduanya saling dikenal sebagai sahabat sehati tidak terpisahkan.
Tapi siapa sangka kalau ternyata diam-diam seorang sahabat jatuh hati kepada sahabat lainnya.
Memilih untuk memendam seorang diri, karna ia tau jika ia mengungkapkan isi hati nya maka persahabatannya akan hancur.
Jadi memilih untuk perlahan menghapus rasa walau susah tapi setidaknya ia berusaha, tak ingin kehilangan sahabat hanya karna rasa ego nya.
Tapi ternyata menghapus rasa terlalu sulit dari pada saat jatuh hati, buktinya sampai sekarang ia masih mencintai sahabatnya.
Biarlah, urusan hati nya biar ia yang urus. Begitu pikirnya.
Yang penting ia masih bisa menjaga sahabatnya.
"Nana, udahan ngambis nya. Makan dulu!" Haechan datang keperpustakaan lalu merampas buku-buku yang sedang Jaemin baca, menyodorkan siomay yang ia beli di kantin tadi.
Jaemin mempoutkan bibirnya, menatap Haechan kesal "Diperpustakaan dilarang makan!" katanya sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"Yaudah kalau gitu ayo keluar" tidak menunggu jawaban Jaemin, cowok berkulit tan itu menarik tangan Jaemin untuk keluar perpustakaan.
"Nih makan yang banyak, lo itu harus makan banyak biar sehat. Gue nggak suka liat lo sakit!!" kata Haechan sambil menyodorkan siomaynya.
Jaemin mengangguk "Ngomongnya yang lembut dong, kasar banget"
Ya, Haechan hanya menurut dengan Jaemin. Cowok itu langsung tersenyum dan mengusak kepala Jaemin "Makan yang banyak ya nana, biar makin ganteng" ujarnya dengan nada dibuat-buat namun mampu membuat Jaemin tertawa.
Haechan itu sahabat yang tau persis bagaimana cara menghibur Jaemin.
Karna bagi Haechan kebahagiaan Jaemin adalah kebahagiaannya.
"Jaemin Na, Na Jaemin, Nana, NA NA, ngapain sedih??? lo bisa lulus pasti bisa! Udah jangan nangis, gue gak suka liat lo nangis!"
"Denger gue nggak Nana??? lo lewatin sarapan pagi lagi kan, makanya kambuh? Nih gue bawa roti, habisin!"
"Nana, gue nggak marah. Gue nggak pernah marah, gue cuma perduli sama lo jadi jangan salah paham kalau gue galak sama lo!"
Pokoknya banyak perhatian dan kebaikan Haechan yang nggak bisa Jaemin lupain..
(*)
Tbc
Jaemin kalau sama Haechan jadinya apa? wkwkwkwk gue nggak bisa mikir yang jd seme tuh siapa kalau mereka digabungin?
btw
enjoy!!!
*
*
*
(Dua manusia gemoy)
*
TERPANA AROMA KETEK 😭👍 terngiang ngiang anjir.