"Eh kalian udah pulang?!" seru Sintia saat melihat Ryan dan Fira sudah berada di depan Rumah
Dengan sedikit berlari ia menghampiri anaknya lalu memeluk anaknya erat
"Gimana campingnya?" tanya Sintia dengan senyuman hangatnya sambil berjalan pelan mengiring mereka ke Ruang Tamu
"Seru" jawab Ryan singkat yang membuat Sintia menatap cowok itu bingung. Dengan pelan ia melirik ke arah Fira yang sepertinya belum menyadari sikap aneh Ryan
"Seru banget Tan! Disana kita main lomba lombaan terus nanti kita dapet poin gitu gitu!" oceh Fira tiada henti lalu kembali melanjutkan ceritanya kepada Sintia yang hanya mendengarkan sambil sesekali tertawa
Saat mereka sudah sampai di Ruang Tamu, Ryan melihat kedua orangtua Fira yang sedang duduk di sofa
"Eh? Kalian udah nyampe" ujar Tina senang lalu memeluk anaknya dengan erat
"Iyaa ma" jawab Fira sambil membalas pelukan sang ibu lalu memeluk sang Ayah sedangkan Ryan masih terdiam kaku di posisinya
Matanya terus memperhatikan interaksi anak dan ayah yang sedang tertawa bersama. Apa perkataan Adelia benar? Bahwa Fira dan Ayahnya berbohong kepadanya tentang penyakit gadis itu?
"Ryan kamu kenapa? Tegang banget" ujar Tina yang menatap khawatir ke arah Ryan yang memerhatikan suami dan anaknya. Fira dan Ayahnya, Herman pun langsung mengalihkan perhatian mereka ke Ryan
Ryan yang tertangkap basah itupun langsung gelagapan
"H-Hah? Enggak, agak ngantuk aja soalnya tadi bangun pagi" jawab Ryan dengan sedikit terbata bata lalu mengusap tengkuknya. Tanda ia gugup dan canggung
Orang orang yang berada di Ruang itu pun hanya mengangguk maklum yang membuat Ryan diam diam lega
"Papa kamu ada di depan. Salim dulu sana"
Ryan mengangguk mengerti lalu berjalan ke tempat dimana ayahnya berada. Disana ia bisa melihat ayahnya yang baru saja mengakhiri panggilannya
"Assalamualaikum Pa" ujar Ryan lalu mencium tangan Ayahnya
"Waalaikumsalam" jawab Ayahnya sambil mengusap rambut anaknya itu
Ari menaikkan satu alisnya bingung melihat kelakuan anaknya yang terlihat gelisah dan tegang
"Kamu kenapa?" tanya Ari masih dengan tatapan yang sama. Tatapan curiga dan menyelidik
Ryan mengacak rambutnya kasar bingung untuk menceritakan hal yang sedang menganggu pikirannya ini kepada Ayahnya atau tidak
Apa ia harus memberi tahu Ayahnya?
"Inget kan Pa yang aku kasih tau ke Papa tentang Fira yang sakit?" tanya Ryan dengan pelan pelan dan hati hati. Matanya terus melirik ke sekitar, takut ada yang mendengar hal ini
Ari terlihat berpikir lalu mengangguk pelan
"Tadi malem Adelia bilang ke aku kalau Fira bohong sama aku" lanjut Ryan serius
Ari mengangkat kedua alisnya tak yakin dengan apa yang ia dengar
"Hah?"
"Kata dia Fira ga sakit, Fira sama Ayahnya bohong ke aku" perjelas Ryan agar ayahnya mengerti
"Kamu percaya? Gimana kalau-"
"Adelia bilang dia denger itu pas tunangan aku Pa. Dia denger kalau Ayah Fira ngebohongin aku" ucap Ryan menuntut
Ari masih terlihat tak yakin dengan ucapan Ryan
"Pa, aku kenal Adelia. Dia tipe orang yang selalu jujur dan gak mau bohong. Apalagi kalo udah ngebahas soal ginian" ujar Ryan dengan nada yakin
Ari terlihat menghela nafasnya kasar lalu terdiam
"Ryan? Ganti baju dulu nak" panggil Sintia yang baru saja datang dengan Tina sambil berjalan menghampiri mereka
Ryan tersentak kaget saat mendengar suara ibunya
"I-iya ma" ucapnya sambil melirik sekilas ke arah Ayahnya lalu pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang masih berada di taman
Saat ia memasuki Rumah, ia melihat Herman dan Fira yang sedang berbicara serius satu sama lain.
Fira yang menyadari bahwa seseorang mendekat pun langsung menghentikan pembicaraannya lalu menoleh ke arah siapa yang datang, Ryan
"R-Ryan, kamu mau ngapain?" tanya Fira dengan nada sedikit terbata bata
Ini penglihatan Ryan saja atau Fira dan Herman terlihat gugup?
"Mau ganti baju dulu" jawab Ryan lalu berjalan ke arah tangga
Fira terus memerhatikan Ryan yang sedang menaiki tangga, setelah cowok itu hilang dari pandangannya ia melemaskan badannya yang tadi tegang
"Hampir aja" keluh nya kepada Herman yang sedang duduk di depannya
"Kamu kalau sama dia jangan keliatan gugup, nanti bakal ketawan" peringat Herman kepada Fira
Fira membuang nafas kasar
"Gimana gak bisa Pa? Aku tadi malem ngeliat Adelia ngomong sesuatu ke Ryan. Aku gak terlalu denger mereka ngomongin apa tapi aku takut kalau Adelia ngasih tau ke Ryan Pah" ujar Fira dengan cemas saat mengingat apa yang ia lihat tadi malam
Flashback on
"Gue mau ke toilet dulu ya. Ada yang mau nemenin gak? Gue takut" ujar Fira kepada teman sekelompoknya yang sedang bersiap siap untuk tidur
"Tadi perasaan Fitri lagi di toilet. Lo susul aja, siapa tahu masih disitu" jawab salah satu temannya yang sedang merapihkan selimutnya
Fira mengangguk mengerti lalu keluar dari tenda. Ia mengambil sendalnya lalu mulai berjalan ke arah kamar mandi
Belum sampai ia di kamar mandi, ia melihat Ryan yang sedang berjalan. Saat ia ingin memanggil tunangannya tersebut, Adelia terlebih dahulu menghampiri cowok itu
Hal tersebut membuatnya sedikit menjauh lalu bersembunyi di belakang pohon agar tak terlihat oleh mereka berdua
Ia bisa melihat dengan jelas tetapi ia tidak bisa mendengar perbincangan mereka
Ia hanya bisa melihat Adelia yang terlihat sedang kesal dan Ryan yang terlihat menyeramkan. Apa mereka sedang berdebat? Tentang apa?
Sebuah pikiran tiba tiba menghampiri otaknya, apa jangan jangan Adelia memberi tahu tentang kebohongannya? Pikirannya pun kacau seketika
Keesokan harinya ia menyadari bahwa tingkah Ryan yang aneh kepadanya, cowok itu terlihat lebih pendiam
Hal itu membuat perasaan cemasnya mulai menghilang, kalau Adelia memberi tahu Ryan sudah pasti cowok itu marah kepadanya kan? Bukannya mendiaminya?
Perasaan cemasnya pun lama lama juga berkurang saat Ryan kembali bersikap manis kepadanya. Ia yakin bahwa yang tadi malam mereka bicarakan bukan tentangnya
Flashback off
Fira menceritakan hal tersebut kepada Ayahnya. Sesekali matanya melirik waspada ke sekitar, ia terus memastikan tak ada seorang pun yang mendengar tentang rahasianya ini
Herman yang mendengarnya pun hanya mengangguk ngangguk dengan raut serius
"Kalau misalnya dia tau Papa boong ke dia gimana? Papa kenapa sih bohong sama dia juga dari awal!" ucap Fira dengan nada marah ke Ayahnya
"Papa cuman mau biar dia ga nolak kamu!" jawab Herman
"Aduh pa, terus nanti gimana dong kalau misalnya dia curiga? Kenapa aku gak berobat terus kenapa aku ga keliatan sakit gitu gitu?" tanya Fira lagi kepada Ayahnya
"Dia pernah gak nanyain kamu tentang penyakit kamu?" tanya Herman yang membuat Fira berpikir
Tidak, Ryan tidak pernah menanyakan hal itu kepadanya. Entah Ryan yang tidak peduli atau cowok itu ingin menjaga perasaannya dengan tak membahas penyakit bohongannya itu
"Enggak" jawabnya sambil menggelengkan kepalanya
"Untuk saat ini dia gak mungkin bakal curiga sama kamu, dia juga gak pernah nanya nanyain kamu kan?"
Fira mengangguk tetapi raut cemas tak hilang dari wajahnya
"Untung masalah kalau dia curiga atau enggaknya karena kamu gak keliatan sakit, serahin sama Papa" lanjut Herman dengan nada mantap yang membuat Fira mengerutkan dahi bingung
"Papa emang ngapain nanti?"
"Biar gak lama lama dia curiga sama kamu, kamu bersikap biasa aja. Papa yang bakal kasih tau ke dia kalau kamu udah mulai sembuh. Selesai kan?" perjelas Herman kepada anaknya itu yang sedang mengangguk pelan
"Mama tau Pa?" tanya Fira
Herman menggeleng pelan sambil mengambil sebuah minuman yang berada di meja depannya
"Enggak, dia gak tau" jawab Herman santai
"Muka kamu gak usah dicemasin kayak orang berlebihan, sembunyiin muka kamu yang keliatan kayak orang panik gitu. Yang ada nanti kita ketawan kalau kamu mukanya kayak gitu."
Otomatis Fira pun mengganti ekspresi wajahnya agar menjadi lebih rileks
Baik baik, ia akan menyerahkan hal ini kepada Ayahnya. Ia percaya kepada Ayahnya untuk hal seperti ini
"Udah ketawan juga, apa yang perlu disembunyiin?"
Fira yang tadinya sedang berusaha untuk rileks, merasakan badannya seperti tak bisa digerakkan seketika. Pikirannya tiba tiba menjadi kosong saat mendengar sebuah suara yang sangat ia kenali di belakangnya. Degupan jantungnya terdengar dengan sangat kencang dan cepat
Matanya menatap kosong ke arah Ayahnya yang sedang terdiam kaku dengan tangan yang masih memegang gelas. Ekspresi horor terlihat jelas di raut pria yang sudah tak muda lagi itu
Mereka berdua hanya bisa diam saat suara langkah kaki yang terdengar mulai mendekat. Tak berani menoleh atau bergerak sedikitpun, ruangan yang sangat hening pun menambah suasana tambah tegang
Untuk saat ini, Fira hanya bisa berharap ia memutar kembali waktu agar tidak dihadapkan dengan keadaan seperti sekarang
Ryan dengan wajah datarnya berjalan pelan ke arah mereka yang masih tidak ingin menatapnya
Fira menatap Ryan yang sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan yang susah dijelaskan
Takut, cemas, gelisah, dan sedih menjadi satu
Ia bisa melihat bahwa Ryan masih memakai seragamnya. Yang artinya, sedari tadi kemungkinan Ryan tidak pernah ke kamarnya. Cowok itu sepertinya dari awal mendengar percakapannya dan ayahnya
Ryan duduk di sofa besar yang posisinya berada di depan Herman dan Fira, hanya terpisah oleh sebuah meja besar yan terbentang. Badannya ia sandarkan ke sandaran sofa dengan gaya tenangnya, tangannya pun mulai mengambil gelas yang berisi minuman di depannya
Ia menyesap minuman tersebut perlahan dengan tatapan yang masih berpusat ke arah dua pembohong di depannya
Ia menatap datar bergantian ke arah Fira dan Herman. Fira yang sekarang sedang menunduk dengan wajah terkesiapnya dan Herman yang masih terdiam kaku tak menatapnya
"Jadi..."
Ucapan menggantung Ryan membuat degupan jantung mereka bertambah cepat, laki laki itu seperti sengaja mengulurkan waktu agar suasana menjadi lebih tegang dan menakutkan
Fira bisa merasakan keringat dingin mulai membasahi kepalanya. Tangannya yang sedang memegang hape itu terasa lemas seketika
"Ada yang mau menjelaskan?"
*****
DENG DENGG!!!
UPSSS ADA YANG KETAHUAN NIH HIHI
Gimana nih guys? Part yang kalian tunggu tunggu, Puas gak tuh ketawan akhirnya wkwkwk
Siapa yang gak sabar sama next part nih?
Semoga kalian suka part ini yaaw 😆
Jangan lupa vote sama comment biar nanti aku update lagi hihi
See u guys di next chapter! :))
Byeee! Lopyu all ❤️