Blackcurrant โœ”

De BiruVanila

52.2K 6.5K 807

"BERISIK! Lo tau? Lo cuma orang asing yang tiba-tiba ikut campur sama semua masalah gue. Berhenti sekarang ju... Mais

๐Ÿ‡ Prolog
๐Ÿ‡ 1
๐Ÿ‡ 2
๐Ÿ‡ 3
๐Ÿ‡ 4
๐Ÿ‡ 5
๐Ÿ‡ 6
๐Ÿ‡ 7
๐Ÿ‡ 8
๐Ÿ‡ 9
๐Ÿ‡ 10
๐Ÿ‡ 11
๐Ÿ‡ 12
๐Ÿ‡ 13
๐Ÿ‡ 14
๐Ÿ‡ 15
๐Ÿ‡ 16
๐Ÿ‡ 17
๐Ÿ‡ 18
๐Ÿ‡ 19
๐Ÿ‡ 20
๐Ÿ‡ 21
๐Ÿ‡ 22
๐Ÿ‡ 23
๐Ÿ‡ 24
๐Ÿ‡ 25
๐Ÿ‡ 26
๐Ÿ‡ 27
๐Ÿ‡ 28
๐Ÿ‡ 29
๐Ÿ‡ 30
๐Ÿ‡ 31
๐Ÿ‡ 32
๐Ÿ‡ 33
๐Ÿ‡ 35
๐Ÿ‡ 36
๐Ÿ‡ 37
๐Ÿ‡ 38
๐Ÿ‡ 39
๐Ÿ‡ 40
๐Ÿ‡ 41
๐Ÿ‡ 42
๐Ÿ‡ 43
๐Ÿ‡ 44
๐Ÿ‡ 45
๐Ÿ‡ 46
๐Ÿ‡ 47
๐Ÿ‡ 48
๐Ÿ‡ 49

๐Ÿ‡ 34

467 77 8
De BiruVanila

Guysss maap baru update, authornya kemaren-kemaren dilanda kemalasan 😭✊

Jangan lupa vote sama vomment yaaa

Selamat membaca! ☺️

🍇🍇🍇

Seseorang menyalakan keran di wastafel yang ada di salah satu area WC perempuan SMA Canopus. Orang itu kemudian mencuci tangannya dengan pandangan turun yang redup dan sedu.

Seusainya, keran dimatikan lalu gadis itu pun mengeringkan tangannya dengan alat di sana. Masih belum beranjak, gadis dengan pakaian bebas itu memilih untuk memandang pantulan dirinya di cermin. Kinta, turut ke sekolah di hari libur ini untuk menjalankan tugasnya sebagai anggota eskul jurnalistik--mendokumentasikan pengangkatan petinggi basket angkatan sekarang. Mungkin benar kata orang, kelas 11 memang waktu tersibuk untuk berorganisasi, dan Kinta tak ingin menyia-nyiakan ini karena 1 tahun yang sekarang sedang ia jalani belum tentu terulang lagi di masa depan. Sebelum ia disibukkan oleh tugas dan ujian di tingkat berikutnya, Kinta dengan senang hati melakukan hobinya sekarang-sekarang ini.

Menghela napas, satu tangan Kinta tergerak untuk memegang perutnya. Kemudian, hal buruk berputar kembali dalam pikirannya berkat sakit di perutnya yang semakin hari semakin bertambah kadarnya. Kinta semakin cemas. Dan Kinta tidak akan tahu akan separah apa lagi rasa sakit itu ke depannya. Padahal, bekas luka yang ada di perutnya benar-benar tidak muncul kembali setelah Kinta cek ke sekian kalinya beberapa saat yang lalu.

Suara ketukan sepatu terdengar. Kinta kemudian menengokkan kepalanya ke samping saat seorang cewek datang kemari. Sesaat, cewek itu melemparkan senyum pada Kinta sebelum masuk ke dalam bilik. Yang Kinta tahu, dia Vallen, orang yang bahkan mendapat Juara 1 Putri SMA se-Kota Bandung. Dan yang Kinta tahu juga ... Vallen hidup di keluarga cukup 'berada' yang keadaannya harmonis. Senang ya jadi dia? Cantik, kaya, bahkan orangtuanya baik-baik saja.

Kadang Kinta suka berpikir, apa orang-orang seperti Vallen tak pernah merasa sedih? Lagipula, Kinta tak mendapat jawaban juga tentang apa yang harus disedihkan oleh orang-orang semacam Vallen. Kinta jadi bertanya pula, kenapa rasanya orang lain bisa mendapatkan hidup yang sebahagia itu, sedangkan dirinya? Ah, sudahlah.

Baru beberapa detik Kinta masih berdiri sejak masuknya Vallen ke bilik WC, tapi tiba-tiba cewek itu sudah keluar lagi.

"Hai," sapa Vallen ramah.

"H-hai ...." Kinta menjawab dengan ragu, pula dengan tatapan yang masih belum sepenuhnya fokus pada Vallen.

"Anggota PMR?"

Kinta menggeleng.

"Oh ... hehe, sorry sok tau, soalnya biasanya yang suka ada pas acara tuh ..." Vallen menghentikan omongannya saat ia melihat kamera di pinggir wastafel. "Ah ... anak jurnalistik ya?"

"Iya."

"Semangattt!" Vallen mengangkat satu kepal tangannya ke udara.

Melihat itu, Kinta jadi tersenyum lebar dan mengikuti gerakan Vallen. "Semangat!" ucapnya.

"Balik ke lapang?" tanya Vallen sekaligus sebagai kode ajakan untuk jalan bersama ke lapangan.

Kinta mengangguk.

Kemudian, keduanya pun berjalan keluar area WC. Vallen berjalan lebih depan sembari melihat-lihat pemandangan di SMA Canopus, sedangkan Kinta yang sedikit tertinggal di belakang berjalan cukup lesu sambil mengarahkan pandangannya ke arah ramainya orang-orang di lapang.

"Taaaa, sini cepetan! Rame banget!" Vina berteriak sambil melambaikan tangan. Karenanya, Kinta pun berlari menjumpai gadis itu.

"Canopus masih unggul nih," lapor Vina.

"Wahhh. E-!" Kinta langsung membelalakkan matanya saat dia baru saja mau meneriaki nama pacarnya. Jangan Kinta, tahan. Jangan sampai semua orang curiga.

Erkan bilang jangan beritahu yang lain dulu, lelaki itu takut malah terjadi sesuatu ke depannya jika orang lain tahu mereka berpacaran.

"E?" tanya Vina.

Kinta mulai menunduk dengan matanya yang tetap melotot. Bibirnya kemudian ia gerakkan seolah sedang berkumur, tapi dengan gerakan yang pelan. "E ...," ucapnya sembari berpikir.

"Erkan?" tanya Vina sambil mendekatkan wajahnya.

"GA!" Kinta berteriak, membuat Vina terlonjak dan langsung menjauhkan lagi wajahnya dari Kinta.

"Eeee Kinta baru inget maksudnya. I-ni udah di-dokumentasiin kan Vi-Viina?"

"Ohhh, udah dong!" jawab cewek berambut gelombang itu.

"Oke."

Vina lalu kembali menyimak pertandingan. "AYO CANOPUS MENANGIN!!!" Ia berteriak tak tahu malu, pasalnya hanya dia saja penonton di luar anggota basket yang ikutan heboh.

Di lapangan, Rafa men-dribble bola dan menghindari tim lawan, mengecoh Erkan, tapi tahunya Erkan lebih cerdik sehingga tidak menghalangi gerakan Rafa yang seolah ingin belok ke kanan, padahal sebenarnya ia akan pergi ke kiri.

Menepuk bola, sekarang benda bulat itu benar-benar dikuasai Erkan.

Setelah beberapa kali sempat mengoper pada temannya, sekarang Erkan sudah cukup dekat dengan ring lawan dan ia mengambil ancang-ancang untuk melempar. Namun, Devan merebut bola tersebut dan melempar bola kuat-kuat ke ring lawan yang jaraknya jauh.

Drnggg ....

Ajaibnya, bola itu masuk dan tentu poin tersebut bernilai tinggi.

Peluit dibunyikan sebagai tanda usainya waktu.

Tim Devan mengungguli pertandingan.

"Gila anjir lo Dev," ucap Vano sembari menggeleng tak percaya. Ia kemudian tertawa kecil sambil bersalaman dengan teman setimnya. "Good job, Brooo."

Satria menoel hidung dengan jempolnya, menunjukkan wajah bangga pada orang-orang, meski daritadi bukan ia yang mencetak skor. Cowok itu memang lebih unggul di sepak bola daripada basket, tapi meski begitu Satria tetap memiliki kemampuan untuk tanding-tanding seperti ini.

"Paham cara main mereka?" bisik Vano pada Erkan.

Erkan yang tadinya tidak bisa menerima keadaan langsung menghela napas lebih tenang saat bisa melihat sisi baik dari pertandingan saat ini.

Kemudian, karena tak mau berlama-lama di sana, Erkan pun meninggalkan lapangan.

"Er, balik?" tanya Yanfa yang nyatanya menyusul cowok itu.

"Hm."

"Oke." Yanfa kemudian melihat ke belakang. "Pam, Gen, temenin gue!"

"Temenin ape?" Genta menyaut sangat keras.

"Ke mall, cari barang!"

Pampam yang sedang minum langsung memfokuskan matanya pada Yanfa. "Ada traktiran kagak?"

"Ada! Buruan!"

Jantung Kinta berdetak lebih kencang saat Erkan yang sedang berjalan menoleh ke arahnya. Lelaki itu sedikit menggerakkan kepala seolah mengode Kinta untuk ikut dengannya. Menggigit bibir bawah, Kinta bingung sendiri bagaimana caranya pamit dengan Vina.

Tiba-tiba, dering ponsel terdengar, semakin lama semakin keras. Vina--si pemilik ponsel yang menyala itu--pun mengangkat telepon dan mendekatkan ponselnya ke telinga. "Idih, masih idup lo?" tanyanya sewot sebagai kalimat pembuka untuk Adel.

Anjir banget emang lo! Pengen gue cepet mati?

"Nggalaa ululuuu sensian amat. Ada apa, Beb?"

Ada babi ....

"Ngok ngok ngok."

Oink oink oink, bege!

"Ngok anjir!"

Do amat deh Vin.

Vina menoleh pada Kinta. "Ta! Babi ngok ngok apa oink oink?" tanyanya.

"Oink oink oink," jawab Kinta dan satu orang lainnya.

Satria, dia berjalan mendekat ke arah dua cewek itu. "Ada babi."

"Oink oink oink," balas Kinta.

"Ada babi."

"Oink oink oink," balas Kinta lagi.

"Oh, ada lagunya?" Vina mulai mengerti.

Siapa tuh? Adel bertanya.

"Kepo lo!" balas Vina.

Serius bjir itu siapa?

"Anak Arcturus, kenapa lo, mau kenalan?"

"Ada monyet." Satria kembali bicara sambil menatap Vina dengan tatapan yang polos.

Vina membelalakkan mata dan langsung menjauhkan ponsel dari telinganya. "LO NGATAIN GUE MONYET?"

"KAGAK!"

"MAJU LO SINI!"

"ASTAGA, DEMINYA GUE KAGAK NGATAIN LO."

Genta datang. Melihat ke kanan dan ke kiri secara bergantian. Bukan pohon cemara yang ia temukan, melainkan dua orang yang sedang beradu mulut. Satu tangannya lantas ia arahkan ke depan dengan gerakan yang dramatis. "Tenang tenang Saudara sebangsa setanah air."

"DIEM LO GEN!" omel Vina.

Genta melirik Vina. "Sesungguhnya diam itu emas, nah berarti kalo diam-diam itu?"

"Emas emas!" jawab gadis tersebut.

"Bukan anjir."

"Diam-diam itu nahan boker!" Pampam ikut mendekat.

"Cepirit!" teriak Genta.

"Jhaaaa."

"Pale pal pale paleee," ucap Satria, Pampam, dan Genta sambil berjoget ria.

Yanfa yang masih menunggu Genta dan Pampam untuk mendekat hanya bisa melihat mereka dengan tatapan pasrah. Bisa-bisanya dua makhluk itu bertemu spesiesnya lagi, yang tak lain adalah Satria.

"Ta, bawa gue pergi dari sini ceffattt!" pinta Vina. Dan Kinta hanya tertawa sebagai meresponnya.

"Eh." Vina ingat sesuatu. Ia lalu mendekatkan lagi ponselnya ke telinga dan benar saja Adel sedang teriak-teriak.

HALO? HALO? SUARA GUE PUTUS-PUTUS? VINAAAA KEDENGER KAGA?

"Kedenger anjrot gausah bacot."

Buruan beliin jamu datang bulan!

"Iye Maemunah!"

Vina lalu menutup sambungan.

"Ta, lo mau ikut ke rumah Adel gak? Dia nitip jamu njir. Ah, tuh anak kudu dikasih cowo emang, seenaknya nyuruh gue."

"Um, kali ini Kinta ga ikut Vina, gapapa?"

"Ohhh, gapapa Ta. Yaudah gue duluan, babay!"

***

Erkan sedikit menunduk saat berjalan ke parkiran bersama Kinta. Ia memerhatikan gadis itu karena sedang tak seperti biasanya. Tangan Erkan terangkat ke atas kepala Kinta, lalu cowok itu memainkan jemarinya seolah sedang menekan tuts piano tapi dengan gerakan yang cepat.

Kinta mendongak. "Erkannn," ucapnya sedikit kesal. Namun, Erkan malah terkekeh.

"Lagi badmood?"

"Hm?" Kinta menggeleng.

"Mau jalan-jalan dulu?" tawar Erkan.

"Ngga. Erkan kan lagi cape," tolak Kinta tanpa pikir panjang, tapi Erkan segera menggeleng.

"Enaknya ke mana yah?"

Kinta berhenti berjalan dan menatap manik mata Erkan dengan lekat. "Erkan ...."

"Hm?"

"Serius mau ajak Kinta jalan-jalan?"

Erkan mengangguk.

"Oh iya. Gue telfon orang tua lo?"

"Ngga usah Erkan, Kinta aja yang bilang."

"Ke Cartil yah?"

"Caringin Tilu? Erkan ... kejauhan(?) Taku--"

"Gue bakal ati-ati bawa motornya," potong Erkan. "Mau gak?"

Kinta masih belum menjawab, jujur ia sedikit was-was untuk bepergian jauh.

Erkan lalu membungkukkan badannya dan menatap wajah Kinta sambil tersenyum kecil. "Gue kan bawa berlian, jadi gak akan ngebut kayak kalo gue naik sendiri lah."

Segera Kinta mengigit bibir bawahnya supaya tak senyum terang-terangan di hadapan Erkan.

"Gak usah baper, sebutan berlian nya kan dari Nai-nai."

Sial, Kinta langsung dijatuhkan dan ekspresinya pun berubah masam.

"Iya tau, pacar Kinta kan emang rese!" Gadis itu mulai bicara dengan suara seperti biasanya, melengking.

Erkan lantas tertawa sampai matanya menyipit dan hampir menyisakan lengkungan saja.

***

Bandung, sore hari, di atas motor.

"Erkan?"

Erkan tak menjawab karena barangkali Kinta hendak melanjutkan omongannya. Namun tahunya tidak.

"Erkan?"

"Erkan ...."

"Errrrkan."

"Kenapa manggil terus pacar lo yang rese ini, hm?" tanya cowok itu.

Seketika Kinta langsung memunculkan wajahnya di atas bahu Erkan. "Suka," jawabnya.

Erkan terkejut dan spontan membalas, "Suka juga." Namun karena jawaban itu, Kinta jadi mengerutkan kening.

"Hah?"

Bukan Kinta saja yang bingung sekarang, melainkan Erkan juga. "Hah? Lo tadi ngomong suka maksudnya apa?" Lelaki itu bertanya.

"Suka manggil nama Erkan maksudnya."

"O-oh, kirain."

"Erkan?" panggil Kinta lagi.

"Apa?"

"Sayang."

"Sayang manggil nama gue?"

Kinta menggeleng kemudian langsung memeluk cowok itu. "Sayang Erkannya ...."

Langsung saja kedua ujung bibir Erkan tertarik karena hal tersebut.

"Erkan sayang sama Kinta?"

"Ga," jawab Erkan tegas yang kemudian merasakan pelukannya dipererat oleh gadis itu.

"Erkan bohong," balas Kinta optimis.

"Lo tau, maka dari itu, gue ga perlu bilang yang sebenernya."

"Perlulah Erkan ...," tandas gadis itu. "Gak selalu firasat Kinta bener, makanya Erkan harus tetep jelasin. Sampe sini paham?"

"Paham ...." Erkan mengangguk sambil mengelus pelan tangan Kinta sebelum melajukan motornya sedikit lebih kencang.

***

Motor Erkan berhenti. Punggung cowok itu rasanya berat sedaritadi. Jelas saja karena cewek di belakangnya malah tertidur. Seolah dirinya terlalu menikmati angin hingga tak sadar bahwa ia telah dininabobokan.

"Kin ...." panggil Erkan sambil menepuk pelan tangan Kinta.

"Kinta?"

Erkan kemudian melepaskan pelukan Kinta dan turun dari motornya. Walau begitu, tangan Erkan tetap tak menjauh dari tubuh Kinta, menghindari sesuatu yang buruk takut-takut Kinta terpentok motornya karena tubuh gadis itu terhuyung ke depan.

"Bangun ...," suruh Erkan.

Perlahan Kinta membuka mata dan baru sadar bahwa ia bukan sedang di kamarnya.

"Tadi malem begadang?"

"Ngga Erkan. Kinta ngantuk gara-gara angin aja ...," ucapnya sambil mengucek mata. Kinta lalu melepas helm dan membiarkan Erkan membantunya untuk menyimpan helm itu di atas motor.

Turun dari motor, Kinta kemudian membalikkan badannya. "Wahhh ...."

🍇 Bersambung ....

🌼 Jangan lupa vomment yaaa 🌼
Makasiii 😘

Continue lendo

Vocรช tambรฉm vai gostar

98.9K 5.7K 38
TAHAP REVISI "๐™†๐™–๐™ก๐™–๐™ช ๐™จ๐™–๐™ฎ๐™– ๐™จ๐™ช๐™™๐™–๐™ ๐™Ÿ๐™–๐™ฉ๐™ช๐™ ๐™˜๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™จ๐™–๐™ข๐™– ๐™ ๐™–๐™ข๐™ช, ๐™œ๐™ž๐™ข๐™–๐™ฃ๐™–?" - ๐™Ž๐™š๐™ฃ๐™ž๐™ค๐™ง. โš SEMUA QUOTES BERASAL DARI GOO...
33.6K 4.5K 53
[Nusa Alexandria series#1]โœ“ ๐Ÿ“ Romance-Comedy story "Waktu bisa mengubah kehidupan manusia , tapi tidak untuk kenangannya" ----SHILLAVAND----- M...
TRANMIGRASI ZEA & NEYRA De Dinda_ Lilis

Ficรงรฃo Adolescente

1.9M 95.4K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET ๐Ÿšซ "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
ARENA De kdlzzz

Ficรงรฃo Adolescente

58.8K 5.9K 71
Arya memperhatikan gadis itu, "suka, dia manis." "permen juga manis," sahut Rena kembali. "tapi dia lembut," jawab Arya tetap kekeh. "gulali lembut t...